Liel tidak tahu bagaimana bisa pria yang akan menjadi calon ayah tirinya bisa berada di ruangannya saat ini karena saat ia terbangun pria itu sudah berada di sofa yang ada di ruangannya. Mama dan kakaknya tidak tahu ada di mana. Sungguh, Liel tidak menginginkan kehadiran pria itu sekarang ini.
Karena tidak ingin bicara dengan calon ayahnya, Liel kembali berpura-pura tidur.
"Kau harus sarapan."
Liel mengacuhkan suara Herry dan tetap memejamkan matanya. Masa bodo dengan sarapan, dia tidak menyukai makanan rumah sakit dan lebih baik pagi ini dia langsung pulang.
Herry yang tahu calon putranya itu bersikeras berpura-pura, ia menutup laptop dan memindahkannya ke sisi sofa. Herry berjalan mendekati Liel yang ternyata sangat betah menutup mata.
"Kau ingin terus terpejam? Papa bisa menyuruh dokter untuk membius mu kemudian memberi mu makan lewat selang."
"..."
"Masih tidak ingin bangun? Baiklah--"
Liel membuka matanya dan dengan cepat menahan tangan calon ayahnya yang mungkin akan benar-benar melakukan hal yang dikatakannya tadi. Sial, ia benci sekali dengan calon ayahnya ini! Boleh ganti aja nggak?
Salah satu sudut bibir Herry terangkat memberi kesan angkuh karena berhasil membuat calon putranya patuh padanya. Ia segera berbalik hanya untuk mengelus rambut Liel. Tak lama setelahnya seorang suster membawakan sarapan untuk Liel.
Bubur dengan toping ayam dan wortel yang hanya dikukus tanpa bumbu, potongan buah kiwi, dan terakhir air mineral. Liel tidak suka semuanya! Akan lebih baik jika ia diberikan nasi telur kecap, nafsu makannya pasti akan meningkat!
Setelah tempat tidurnya diatur pada posisi yang baik, Liel menatap calon ayahnya yang bersiap menyuapinya bubur tadi. Ia memberanikan diri untuk meminta.
"Nggak mau bubur, mau nasi goreng aja.."
Herry cukup senang karena Liel berani meminta sesuatu padanya, ini sebuah kemajuan namun waktunya tidak tepat. Dia tidak akan mengabulkan permintaan calon anaknya itu saat ini.
"Lain waktu saja," ujarnya yang membuat ekspresi Liel menjadi hampa. Liel terpaksa menerima suapan dari calon ayahnya. Ia sudah tidak mood bicara.
Beberapa menit setelah Liel menghabiskan buburnya, Sera dan Gama datang. Gama membawakan berbagai jenis buah kesukaan adiknya. Namun ekspresi Liel sama sekali tidak bersemangat melihat kehadiran mama dan kakaknya.
Sera langsung menghampiri putra bungsunya.
"Tidak perlu khawatir lagi, kondisinya sudah lebih baik," ujar Herry memberitahu.
Sera tersenyum lembut kemudian mencium pipi serta kening Liel yang membuat Liel merasa sedikit malu karena ada calon ayahnya. Di rumah saja dia tidak suka dimanja apalagi di depan orang lain seperti ini. Liel melirik Gama yang berada di sisi lainnya. Kakaknya itu hanya menatapnya namun Liel yakin Gama pasti mengejeknya! Gama pasti sedang tertawa jahat karena pemuda itu suka saat-saat Liel dimanja dan menjadi manja.
Diam-diam satu tangan Liel yang bebas infus bergerak untuk menjangkau tangan kakaknya hanya untuk dicubit. Kalian terkejut? Gama pun sama! Ia mendesis pelan dan menatap tajam adiknya yang nakal itu namun hanya dibalas dengan senyum puas oleh Liel.
Oh? Sepertinya adiknya ini ingin bermain-main dengannya. Gama tersenyum evil.
"Mah, Liel kayaknya harus nginap sehari lagi. Tuh, mukanya masih pucat."
"..."
WTF!!
_____________
Tbc>>Yoo, balik lagi ma Liel! Masih aman kan yaa??
Maaf yaa up nya telat. Harusnya kemarin tapi aku baru bisa up hari ini karena selain belum kelar nulis di rumah juga lagi sibuk-sibuknya. Oh, Aren juga aku belum up karena chapter nya belum selesai ku tulis, senin nanti pas up kok.
Jangan lupa dukungannya ya.. karena tanpa kalian pasti cerita aku ini nggak akan berlanjut.
Btw, satu kalimat buat papa Herry sama kak Gama dong>>
See you next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of Liel [On Going]
Teen Fiction----- Liel si anak bungsu yang keras kepala dan sulit diatur memiliki Gama, seorang kakak yang sangat protektif dan keras dalam mendidik. Liel sangat tidak suka dengan sikap sang kakak ditambah lagi kedatangan seorang ayah tiri yang membuatnya semak...