Walau tahu Liel marah padanya. Tapi nyatanya Herry tidak melakukan apapun untuk membujuk putranya itu. Herry membiarkan Liel marah bahkan sampai sekarang sudah dua hari berlalu. Padahal Gama sudah memberitahunya bahwa Liel itu mudah dibujuk dan anak itu suka dibujuk. Namun Herry belum melakukan apapun.
Liel dengan wajah murung nya, duduk di sofa setelah kembali dari sekolah. Gama memilih langsung pergi ke kamarnya.
"Selamat sore, tuan muda," sapa Roy pada Liel.
Liel hanya mengangguk singkat sebagai respon. Karena melihat wajah Liel yang sepertinya dalam kondisi mood yang tidak baik, Roy memilih pergi namun sebelum dia pergi suara Liel akhirnya terdengar.
"Si Herry balik nggak malam ini?" tanya Liel.
Roy yang merasa ucapan tuan mudanya tidak sopan pun menegurnya. "Tuan Herry adalah ayah anda, tuan muda. Anda tidak boleh memanggilnya seperti itu."
Liel yang ditegur hanya memutar bola matanya malas.
"Balik, nggak?" tanyanya lagi tanpa peduli dengan teguran Roy.
"Tuan besar akan kembali sebelum makan malam. Anda perlu sesuatu, tuan muda?"
Mendengar jawaban Roy, Liel terlihat senang. Anak itu berdiri dan memakai kembali sweater warna putihnya. Hal itu membuat Roy bertanya-tanya.
"Anda ingin pergi, tuan?"
"Hm. Bilangin ke kakak gue kalau gue main sama Tio. Dia udah tahu kok," ujar Liel sebelum melangkah.
"Tuan muda sudah minta ijin pada tuan besar?" tanya Roy lagi, menghentikan pergerakan Liel.
"Gue lagi marah sama dia. Dia juga nggak akan peduli. Yang penting kakak gue udah tahu,"
"Tapi tuan--"
"Gue pulang sebelum tuan besar lo pulang. Jadi, tenang aja."
Liel bergegas keluar sebelum Roy bisa bertanya-tanya lagi yang bisa mengundang Gama turun dan memergokinya. Btw, dia berbohong soal itu. Kakaknya tidak tahu dia akan bermain dengan Tio hari ini. Dia tidak meminta ijin. Bisa dibilang sekarang ini dia sedang kabur. Jadi, bisa dipastikan Roy akan terkena masalah nantinya.
...
"Gila! Lo kabur?!"
Tio melotot melihat kehadiran Liel di rumahnya. Pasalnya mereka tidak ada janji bermain hari ini dan kalaupun ada, pasti Gama yang akan mengantar Liel. Sekarang anak itu datang sendiri dan masih mengenakan seragam sekolah mereka. Tio menyimpulkan anak ini sudah pasti kabur.
"Si Roy tahu, kok."
"Hah? Roy?"
"Anak buahnya si Herry. Gue udah bilang sama dia kalau mau main sama lo," jelas Liel. Dia tidak berbohong, kan? Dia memang mengatakan ini pada Roy.
"Hm? Oke cus!"
Tio akhirnya merangkul Liel dan mengajaknya ke kamarnya untuk bermain ps.
...
Di sisi lain, Gama turun setelah berganti pakaian. Karena tak melihat keberadaan adiknya, ia akhirnya bertanya pada Roy.
"Di mana Liel?"
"Tuan muda Liel pergi ke rumah temannya, tuan."
"Apa? Siapa yang mengijinkannya pergi?"
Roy bingung bagaimana harus menjawab Gama. Sebenarnya ia merasa ini adalah kesalahannya yang tidak bisa menahan tuan mudanya.
"Maafkan saya, tuan muda. Tuan muda Liel bersikeras pergi dan saya tidak bisa menahannya," ujar Roy pada akhirnya.
Gama menghela nafasnya. Ia tidak bisa menyalahkan Roy karena pria itu baru kali ini menghadapi Liel yang keras kepala. Jika Liel saja berani melawan kakaknya, apalagi Roy.
"Dia bilang pergi ke rumah Tio, kan?" tanya Gama, memastikan.
"Benar, tuan."
Setelah memastikan, Gama akhirnya mengangguk sebelum kembali pergi ke kamarnya. Untuk kali ini ia biarkan anak itu pergi tanpa ijin. Kini hanya perlu menunggu Liel pulang, baru menginterogasinya. Kenapa tidak menjemput? Tidak perlu. Gama hanya melakukan itu jika Liel pergi dengan orang lain.
...
Liel akhirnya pulang sebelum gelap. Ia duduk di sofa sambil memperhatikan sekitar yang sepertinya belum ada tanda-tanda kepulangan mama dan papanya. Ia menghela nafas lega karenanya.
"Lain kali, jangan keluar tanpa ijin," ujar Gama yang membuat Liel tak hadir bernafas lega.
Liel menatap malas kakaknya yang menghampirinya. Sebenarnya sumber dari kekangan nya ini adalah pemuda ini. Gama yang entah kenapa bisa begitu protektif dan posesif padanya membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Liel tidak tahu kenapa kakaknya bisa seperti ini karena memang Gama sudah protektif sejak mereka kecil. Pemuda itu selalu memperhatikan hal-hal kecil yang menurutnya buruk dan pasti melarangnya.
"Ke rumah Tio doang," sahutnya malas.
"Sama aja."
Liel mendengus dan memilih tak menanggapi lagi ucapan tersebut. Gama mengambil posisi duduk di samping adiknya. Sembari bermain ponsel, ia memberikan titah pada Liel.
"Mandi," suruh nya.
"Nanti," jawab Liel yang masih ingin beristirahat. Hari ini cukup menguras banyak tenaganya. Ia sangat jarang bermain setelah pulang sekolah dan setiap dia melakukannya pasti rasanya melelahkan seperti ini. Liel cukup membenci tubuhnya yang lemah ini.
Gama menghentikan fokusnya pada handphone dan berpindah pada adiknya. Tangannya bergerak mengecek suhu tubuh Liel dan merasa lega karena suhu tubuhnya normal. Liel tidak demam dan hanya kelelahan saja. Gama kembali berucap dan kali ini lebih lembut dari sebelumnya.
"Mandi dulu, abis itu baru boleh tidur."
Liel bergumam sejenak sebelum membuka matanya. Ia menuruti perintah Gama dengan segera bangkit dan pergi menuju kamarnya.
"Lewat lift, Liel," tegur Gama saat Liel malah menuju tangga sehingga anak itu berpindah arah.
Gerak-gerik Liel yang tampak malas itu membuat Gama menggeleng kecil. Fun fact, Liel itu sangat malas untuk mandi sore. Apalagi jika anak itu sudah mengambil posisi nyamannya sepulang sekolah. Gama bahkan pernah mengancam akan memandikannya jika dia tidak bergerak juga dan barulah Liel bergegas pergi ke kamar mandi. Mereka bukan anak kecil lagi yang bisa mandi bersama apalagi dimandikan. Liel merinding saat Gama mengancamnya dengan hal seperti itu.
____________
Tbc>>Liel up lagi~
Maaf sempet php in kalian:)
Nggak tau kenapa otak aku mentok banget mikir alurnya jadi nulis cuman sekalimat doang dan itu bikin badmood banget.Jadi aku nggak paksain nulis karena takut melenceng alur yang udah disiapin. So, maaf ya guys.
Makasih untuk yang selalu dukung aku dan karyaku. Jangan bosen ya sama ceritanya.
See you next part 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of Liel [On Going]
Teen Fiction----- Liel si anak bungsu yang keras kepala dan sulit diatur memiliki Gama, seorang kakak yang sangat protektif dan keras dalam mendidik. Liel sangat tidak suka dengan sikap sang kakak ditambah lagi kedatangan seorang ayah tiri yang membuatnya semak...