𝐁𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚

40 7 41
                                    

Bandung, Ibu Kota Jawa Barat yang dulunya merupakan sebuah danau purba. Tercatat dalam cerita Sejarah bahwa morfologi Bandung terletak di bagian tengah Cekungan Bandung akibat letusan Gunung Sunda. Kebanyakan dari wilayahnya memiliki iklim yang sejuk, bisa jadi salah satu faktor yang memengaruhi yaitu karena Bandung dikelilingi oleh tujuh gunung. Bagaimana Dita tidak cinta dengan kota yang penuh cerita ini?

Aphrodita Daksha Ishwari, biasa orang-orang terdekatnya memanggil wanita berusia 21 tahun itu dengan nama Dita. Seorang mahasiswi diploma jurusan Seni Pengolahan Patiseri di salah satu kampus di sekitaran Jalan Setiabudi ini merupakan sosok yang ceria, supel, pintar, kreatif, dan tangguh. Tipikal yang santai namun siapa pun setuju bahwa daya tarik terbesarnya adalah sifat Dita yang mudah disukai oleh kebanyakan orang. Perawakannya yang ideal, berambut panjang, berkulit kuning langsat, dengan padu-padan style yang kasual adalah ciri khas dari seorang Dita. Sebagai bagian dari dunia Perhotelan, tentu kemampuan public speaking-nya tak perlu diragukan lagi.

Teman-teman Dita berkata bahwa ia seharusnya memilih jurusan Ilmu Komunikasi atau Hubungan Internasional saja daripada berada di dunia masak-memasak. Namun tidak bagi Dita, mampu membuat makanan 'imut, lucu, nan manis sepertinya' adalah sesuatu hal yang sudah menjadi impiannya sejak TK. Ya, sejak sosok seorang Kristian teman kecilnya berkata bahwa Dita tidak cocok menjadi seorang dokter.

Dita sempat menangis setiap kali wajah Kristian muncul di hadapannya, hal tersebut berlangsung selama satu minggu. Sebenarnya Dita ingin sekali menjadi dokter hewan, namun saat Dita dengan sengaja menginjak seekor kecoak yang berada di depan pintu kelas, dengan histerisnya Kristian berteriak bahwa Dita begitu kejam pada hewan. Dari sana, Dita berpikir bahwa sepertinya ia harus mengganti cita-citanya sesegera mungkin. Jika ia tak bisa merawat hewan-hewan lucu karena disebut tidak berperikehewanan, maka Dita harus beralih pada sesuatu yang lucu lainnya. Pada akhirnya, ia melabuhkan impiannya untuk membuat makanan yang lucu, dan kini dirinya sedang berusaha untuk menjadi seorang ahli dalam melakukan seni patiseri.

"Kapan touring?" tanya Sandhi, salah satu temannya yang hobi naik gunung. Julukannya, 'Sandhi si anak gunung'.

Dita memutar matanya jengah, ia menutup buku novel yang sedang berusaha dituntaskannya minggu ini. "Yakali. Skripsi depan mata."

Sandhi cekikikan. Ada benarnya perkataan Dita, padahal ia sudah enam bulan melewatkan hobinya untuk nanjak. "Keliling Dago Pakar, bisa kali?"

"Kamu, tuh, ngajakin apa ngasih saran, sih?" tanya Dita sembari celingukan. Ia menunggu satu porsi mie ayam yang dipesannya di kantin dekat kampus namun bakmie Sandhi mendarat di meja lebih cepat dari dugaan. Jangan salahkan Dita kalau es jeruknya surut hampir setengah gelas karena ia juga tipikal yang tidak sabaran.

"Ngwajak, lah. Rwumi ma Twania jwuga kwu ajwak." (Ngajak, lah. Rumi sama Tania juga ku ajak).

Dita menatap kesal pada Sandhi yang sibuk mengunyah satu sumpit mie dengan potongan bakso. Sial, perut Dita sudah keroncongan namun semangkok mie ayamnya entah nyasar ke mana. Apa mungkin pedagangnya sedang sibuk mengejar ayamnya yang mencoba kabur dari kuali?

"Kamu nggak mau makan?" tanya Sandhi setelah menyelesaikan kunyahan terakhir dan berhasil membuat makanannya terjun ke kerongkongan kemudian berpindah ke lambung melalui usus.

Memang Sandhi tidak punya mata? pikir Dita. Sudah jelas wajahnya pucat pasi seperti seorang pasien tipes yang kabur dari rumah sakit karena tidak mampu bayar tagihan rawat inap. Kenapa juga manusia tak peka ini harus bertanya hal sensitif. Apakah anak itu tidak tahu bahwa orang yang lapar sama sensinya seperti perempuan yang sedang datang bulan?

"Emang kamu mau bagi makananmu, San?" Dita nyengir dengan perasaan miris. Apakah ia tampak seperti gembel yang sedang mengemis di emperan ruko sekarang? Biar begitu biasanya mereka punya setumpuk uang yang tersembunyi di balik kardus. Bahkan mereka memiliki rumah dan tanah berhektar-hektar di kampung halamannya. Bagaimana dengan Dita? Memiliki uang apa gunanya jika semangkok mie ayam yang dipesannya saja tak kunjung datang.

The Magic Shop | Part of Purple Universe ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang