bab 7

2 2 1
                                    

Tandain typonya!!
Dan maklumin, soalnya masih pemula 🥲

Ray menyusuri jalanan Yang ramai akan kendaraan. Fokusnya tetap pada ibunya sekarang, ia akan pergi menuju rumah itu.

Lantas dimana Ray mendapat alamat rumah Rangga?. Tentu saja, saat telepon itu berakhir, si pemilik nomor juga meninggalkan sebuah alamat yang akan mengantarnya menuju kekediaman Rangga.

Hingga motornya sampai tepat didepan rumah tujuannya. Rumah besar bak istana yang bernuansa putih dengan campuran emas. Gerbang yang juga besar akan menuntunnya masuk kedalam rumah sultan itu.

Terlihat 2 orang pria yang sepertinya memang sudah menunggu kedatangannya, Ray kemudian beranjak menghampiri dua orang itu dengan amarah yang sedari tadi muncul di benaknya.

Ray langsung menerjang kerah salah satu pria itu.

"DIMANA PRIA ITU!!!"

Pria yang mendapat serangan mendadak berusaha untuk melawan, tapi kekuatannya sepertinya tidak sebanding dengan milik Ray yang jauh lebih kuat.

Sedang pria yang satunya terkejut, Lalu menghampiri mereka, Ia berusaha melerai keduanya.

"Tenang tuan, saya akan mengantarkan anda kedalam!" Tegas pria kacamata hitam.

Ray melepaskan kerah baju pria tadi, lalu beralih menatap pria kacamata hitam itu. "Dimana ibuku!"

Sang pria hanya menunduk seolah sedang tunduk kepada majikan. "Mari saya antar"

Ray tidak berkutik lagi, ia berjalan mengikuti si pria kacamata hitam itu dengan tangan yang benar-benar sudah terkepal.

Suasana malam seolah menganggu ketenangan gadis yang sedang tidur dikasur empuknya, kerongkongannya tiba-tiba mengering. Ia membuka matanya perlahan.

"Ahh. Liana haus" Liana beralih menatap jam alarm yang tertera di atas nakas disamping ranjangnya. "Udah tengah malam ternyata..." Sebutnya

01.30

Ia beranjak dari tempat tidurnya, berniat akan menuju kedapurny. Namun sebuah suara tiba-tiba menghentikan langkahnya yang sebentar lagi sampai di dapur.

Ia mengedarkan pandangannya, terlihat di sofa ruang tamu, sudah nampak ayahnya sedang duduk dengan 6 bodyguard yang berdiri sambil menunduk.

Liana yang penasaran segera mencari tempat bersembunyi untuk melihat apa yang akan dilakukan pria tinggi itu.

Hingga pandangannya teralihkan dimana seorang pemuda jangkung dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan,, membuka pintu utama lebar-lebar.

"PRIA BERENGSEK!!, dimana ibuku!" Tangan Ray terkepal kuat, hingga kukunya melukai telapak tangannya.

Suara jeritan itu mampu membuat Ray benar-benar naik pitam.

Sedang Rangga hanya menoleh ke suara bariton itu dengan raut wajah Santai. Ia beranjak dari duduknya lalu menghampiri sang empu.

Rangga mendekati Ray. Ia menepuk bahu lebar itu lalu mengelilingi Ray.

"Santai aja dulu, kau bisa saja membangunkan putri kesayanganku, ayok ikut duduk bersamaku" tawar Ray.

Dinding PemikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang