bab 10

3 2 2
                                    

Happy enjoyy....
.
.
.
.
Liana berjalan di koridor sekolahnya sembari menyeruput minuman dingin ale-ale ditangannya. Dan Kevin?

Setelah berbasa-basi dikantin tadi, Kevin sudah tidak mau mengikutinya dengan alasan ingin bermain dengan teman-teman yang lain. Lalu apa peduli liana diberitahu itu?, dari awal juga bukan Liana yang meminta Kevin untuk mengikutinya.

Tatapan mereka masih sama. Sinis,, dingin dan juga menusuk dipelupuk indra penglihatan Liana. Sangat menjengkelkan ditatap miris seperti itu. Jangan paksa Liana untuk melawan, ia tidak akan bisa.

Saking asiknya menyeruput minumannya, ia tidak fokus kejalannya hingga kepalanya tak sengaja menubruk salah satu kakak kelas atau bisa dibilang seniornya disekolah dari belakang.

Liana terduduk menyebabkan bokongnya sakit, minumannya jatuh, kepalanya juga sakit, lengkap sudah sakitnya.

Si korban yang melihat Liana terjatuh kemudian sesegera mungkin memberikan tangannya berniat membantu si adik.

Tentu Liana menerimanya, siapa lagi yang mau menolongnya dengan keadaan seperti itu.

"Aaww" rintih lianaa masih memegangi kepalanya yang masih perih.

Liana lalu mendongak menatap pemilik tangan tadi.

"Ehmmmm, maa-maaf kak, liana nggak Sengaja" ucap Liana terbata-bata, ia sudah pasrah kalau memang harus menerima amarah dari kakak kelasnya itu.

Tentu balasannya hanya gelengan kepala oleh sang kakak. Liana menatap bingung, masih mendongak menatap manusia itu yang lebih tinggi darinya.

"Nggak apa-apa" senyum gadis itu mampu membuat liana terpanah, itu senyuman yang menyentuh hati. Baru kali ini ia mendapat senyuman dari siswa sekolahnya.

Biasanya pun mereka semua hanya akan menyeringai menatapnya dan bukan tersenyum, itu seolah memberitahukan Liana bahwa ia dibenci oleh semua orang disekolahnya.

"Oh Iyya, kamu sendiri nggak papa kan"

Liana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia menunduk takut. Bisa jadi senyuman itu hanya palsu..

"Udah yuk, kita kekelas aja" ajak siswi yang berada di samping gadis yang tadi Liana tabrak.

Sepertinya temannya?

"Iyya" angguknya.

Mereka berdua akhirnya pergi dari hadapan Liana yang masih menunduk. Kan kan kan, lagi-lagi ia tidak diperdulikan.

Rasanya benar-benar muak bertahan disekolah ini. Ia kira kakak kelas tadi memandang lain dirinya. Ternyata salah. Huffh lianaa Pusing ...

Liana melanjutkan jalannya, tidak lagi mempedulikan minumannya yang sudah jatuh sambil menumpahkan segala isinya. Tentu dihadiahi tatapan sinis petugas kebersihan disana.
Liana peduli? Tidak...
.
.
.
"Mishel? Kok kamu senyam senyum sih dari tadi" tanya gadis berkuncir dua pada teman nya yang duduk manis disampingnya.

Gadis bernama mishel itu semakin melengkungkan bibirnya, ia seolah baru saja diberi hadiah oleh kekasihnya.

"Khhh, kamu tau nggak, kakak kelas dulu itu?"

Gadis kuncir dua menggeleng, kakak kelas siapa yang dimaksud mishel.

"Ck, masa lupa, namanya Ray!" Sebal mishel, ia sudah menggembungkan pipinya..

"Yang manaa sih, aku nggak ingat" lagi-lagi si kuncir dua menatap bingung ke mishel.

"Ihhh, itu lho kakak kelas kita yang masih kelas enam SD dulu, kita masih kelas satu?!! Ingat nggak!!" Mishel muak, ia menyesal telah memberitahukan teman laknatnya ini.

Dinding PemikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang