gegara foto📸

33 13 5
                                    

*Warning* ada kata kasar, jangan lupa beristighfar😉

🌲Selamat membaca🌲

✨🍁✨

"Bu, dengarkan saya dulu, kejadian itu tidak disengaja. Lepasin saya Bu!" Lirih Rhea membantah berharap sang ibu akan mempercayai dirinya.

Ibu hanya diam tak ada minat membalas perkataan dari Rhea. Wanita itu malah semakin mengeratkan cengkeramannya membuat cewek itu meringis.

Sesampainya di gudang ibu langsung melemparnya kelantai. Lalu mengambil sapu untuk melayangkan gagang sapu tersebut ke tubuh sang anak berulang-ulang.

Hingga muncul tanda biru keunguan disekitar tubuh Rhea. Puluhan bahkan ratusan bulir air mata sudah jatuh membasahi pipinya. Ia tak henti-hentinya mohon ampunan agar sang ibu setidaknya mengasihinya.

Sudah puas memukuli anak perempuannya, ibu pun melempar sapu tersebut ke sembarang arah, lalu pergi meninggalkan Rhea yang sedang meringkuk diatas lantai keramik itu.

Melihat ibu keluar dari gudang Roni pun masuk kedalam. Ia mengulurkan tangannya membantu Rhea. Saat sudah berhasil menerima uluran tangan dari sang Abang dan mencoba berdiri.

Tiba-tiba Roni melepaskan genggamannya mengakibatkan Rhea terjatuh kembali kelantai. Rhea mengelus pelan bokongnya menetralkan Rasa ngilu mulai menjalar dibagian tubuh tersebut.

Roni menarik satu sisi sudut bibirnya menciptakan senyuman miring bak seorang psikopat. Ia mencengkram erat dagu sang adik tak lupa ia menarik sebagian rambut sang adik juga. "Mampus Lo, (kata kasar)!"
Ucapnya menghempas kasar dagu Rhea. Pergi begitu saja meninggalkan cewek itu.

Rhea menatap tubuh Roni yang semakin lama menjauh. Ia menghela nafas berusaha mengumpulkan tenaganya yang masih tersisa untuk bangun menuju kamarnya. Ia berpegangan pada dinding rumah sebagai tumpuan berjalan.

Sesekali ia menghapus jejak air mata yang terjatuh dari kelopak matanya. Dengan jalan yang tertatih akhirnya berhasil sampai ke kamar.

Ia langsung duduk dipinggir kasurnya menatap banyak luka lebam di beberapa bagian tubuhnya paling banyak luka itu berada di bahu, punggung dan kaki.

Rhea beralih melihat pantulan wajahnya di cermin, rambut ikat satu dibalut hijab dan Ciput yang semulanya rapi kini berantakan gara-gara dijambak oleh Roni dan ibunya serta pipi merah

Ia beralih menatap tas berwarna navi miliknya. Perlahan tangannya membuka resleting yang melekat diatas itu. Mengambil buku-buku pelajaran hari itu. Ia membuka buku-bukunya melihat apakah ada tugas rumah atau tidak.

Rhea bersyukur karena tidak ada tugas, tubuhnya sudah lelah. Niat ingin mengistirahatkan tubuh setidaknya sebentar. Malah harus berhadapan dengan kejadian yang tak disengaja. "Tapi...siapa yang sudah memotret aku waktu itu?" Batin cewek itu penasaran.

"ADDINA RHEA ALIFA!!" Teriakan dari ibu beranak empat itu menggelegar keseluruh rumah. Bahkan orang yang tuli pun bisa mendengar teriakkan wanita itu.

"Rhea keluar kamu!!" Teriak ibu kembali didepan pintu kamar Rhea.

Dengan cepat Rhea membuka pintu kamar. "Ada apa, Bu?"

"Pake nanya lagi ada apa! cuci piring sana, jangan lupa masak nasi. Nasi udah habis tuh di rice cooker!" Titah ibu, tatapannya menyalang kearah Rhea.

"Bu, apa saya boleh ikut makan dimeja makan?"
Pertanyaan Rhea hanya dihadiahi deheman oleh ibunya. "Udah, cepetan sana!"

Rhea pun mengangguk patuh. Ia pergi menuju dapur tak lupa bertumpu pada dinding. Ia mencuci piring dan perabotan dapur lainnya bertumpuk di wastafel.

Dear best friend {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang