.
.
.
."Telmia lo kenapa?" Buru-buru arcelo mendekat kearah gadis itu. "Kok bisa demam?"
"Ka-"
"Kita keluar" baru saja ingin membuka suara, Kazeil lebih dulu menyeretnya keluar.
"Intinya gue cuman jagain anak ay--, gue cuman disuruh jagain cewe itu sama dokter UKS" Kazeil bingung ingin menjelaskan darimana. Intinya tadi itu tidak seperti yang gadis ini lihat. Sebenarnya bisa saja dia tidak menjelaskan hal tadi. Tapi gadis didepannya ini sangat berisik.
Karna malas memperpanjang, pemuda itu memutuskan untuk pergi dengan Cazzia yang mengekor dibelakang nya.
Beralih ke arcelo. Pemuda itu dari tadi hanya diam mengamati. "Lo mau pulang aja ga? Nanti gua yang ngizinin"
Telmia mengangguk. Disini dia tidak bisa beristirahat dengan tenang. Lebih baik izin sehari lagi.
Tapi perjalanan pulang nya tidak semulus itu. Saat diperjalanan menuju parkiran, tepatnya di lorong kelas mereka dihadang beberapa orang.
Karena memiliki perbedaan tinggi yg lumayan jauh Telmia harus mendongakkan kepalanya dengan lemah untuk melihat siapa yg menghadangnya.
"Ini yang itu rel?" Celetuk Arlan. "Cantik kok darimana jeleknya?"
Telmia menghembuskan nafas lelah. Ini bukan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan kecantikannya. Dan lagi, kenapa Darel muncul diwaktu yang tidak tepat?. Sekarang kondisinya tidak memungkinkan untuk bermain kejar-kejaran.
Saat ingin mengambil jalan lain, Darel kembali menghadang. "Biar gue aja yang nganterin dia, lo bisa balik ke kelas"
Arcelo mencoba untuk tetap tenang. "Dia ga bakal mau sama lo jadi bisa minggir?" Ucap pemuda itu datar. Arcelo takut kondisi Telmia bertambah buruk. Pasalnya gadis itu tidak ingin digendong, jadi dia hanya bisa memegang tangan dan pinggang gadis itu agar tidak terjatuh.
"Yang ga mau itu lo bukan dia" sanggah Darel
Wajah Darel terlihat angkuh. "Oke, kalo ga mau juga gapapa. Tapi gua juga bakal ikut nganterin dia? Gimana Telmia?"
Reflek gadis itu langsung kembali melihat kearah Darel.
"Gimana?" Pemuda itu bertanya lagi
Jika bisa, Telmia ingin langsung terbang saja ke apartemen nya. Masalahnya dia bukan kupu-kupu maupun belalang.
Telmia menarik nafas dengan panjang. Dia melepaskan tangan arcelo.
"Gue bakal ikut lo" Gadis itu menyambut uluran tangan Darel dengan malas.
Darel dengan senang hati menggenggam tangan gadis itu. "Jadi? Urusan kita udah selesai kan? Lo bisa pergi" pemuda itu tersenyum mengejek melihat arcelo didepan sana memandang nya dengan datar.
Setelah mengucapkan itu dengan segera dia menggendong telmia. Tidak mengindahkan tatapan protes dari gadis itu.
Di perjalanan menuju rumah pemuda itu terus saja mengoceh. Ntah apa yang pemuda itu katakan.
"Lo segala mancing gue pake tobrut-"
"Tobrut?" Kening gadis itu mengernyit kala satu kata asing masuk ke telinganya.
Darel menunduk, menatapnya. Perlahan mulut pemuda itu mendekat untuk membisikkan sesuatu yang membuat Telmia melotot.
Reflek gadis itu langsung memukul mulut pria disampingnya. Bunyi nya cukup kuat. Bisa dilihat dari reaksi Darel yang langsung diam. Ntah karena kesakitan atau apa Telmia tidak ingin memikirkan nya karena kepalanya sudah benar-benar pusing.
Tidur adalah pilihan yang baik.
"Gue tidur sini rel?" Tanya Arlan saat mereka sudah sampai
"Terserah" jawab pemuda itu
Dia sedang memikirkan cara agar Telmia bisa meminum obatnya sekarang. Jika ditunda sembuhnya juga akan lama.
"Coba cariin sedotan yang lumayan besar lubang nya" celetuk Darel tiba-tiba
"Random amat mintanya, buat apaan?" Tanya heran Arlan. "Yang semana? Sedotan Boba?"
Darel mengangguk. Sedotan itu lumayan besar lubang nya, pasti bisa.
***
Telmia terbangun. Ada yang aneh dengan lidah nya. "Kok pahit?" Tanya nya bingung. Melihat kearah samping kanan dia langsung terkejut.
"Udah bangun? Enakan?" Tanya pemuda itu. Duduk di diatas sofa tidak jauh dari kasur yang Telmia duduki. Pemuda itu seperti cctv yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik Telmia.
"Lo apain lidah gue sampe pahit gini?" Dia terduduk saat Darel mendekat kearahnya.
"Cuman gue kasih obat" setelah mengecek suhu Telmia pemuda itu kembali duduk.
Dia baru sadar kalau mereka tidak berdua saja. "Caranya?" Tanya nya bingung.
Arlan menunjuk benda yang ada diatas nakas samping tempat tidur. "Keren kan?"
Diambilnya benda itu. "Lo serius?" Telmia paham, tapi dia ragu. Seberapa jauh benda ini masuk ke tenggorokan nya? Menelan ludahnya. Sekarang dia bisa merasakan jika tenggorokan nya sedikit sakit. "Gimana?"
"Apanya?" Tanya balik Darel
"Gimana caranya anjir?!!"
Darel melirik ke arah Arlan. Paham dengan apa yang Darel isyaratkan dia membungkukkan tubuhnya sedikit dengan didukung kedua tangan didepan yang saling bertautan. Terlihat serius Telmia menegakkan tubuhnya juga.
"Itu" mengarah pada sedotan. "Dibuka mulutnya, masukin sedotannya, terus-"
"Masukin sedotannya sampe tenggorokan?" Potong Telmia
"Ya engga lah bego!" Tubuhnya kembali dia sandarkan pada sofa. "Pas obatnya dimasukin lewat sedotan aja lo kelelep kayak mau metong, gimana kalo sedotannya masuk sampe tenggorokan?" Sanggah Arlan
"Tapi tadi pas lo gerak ga sengaja masuk ke dalem"
.
Kayaknya part ini kurang
Kayak kurang srekk tapi pengen cepet cepet up 😥🙏Kayaknya bakal nunggu masing-masing chap 100 vote dehh biar semangat. see u papay sancuu
Jangan lupa tinggalkan jejak ~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Harem
Fantasy⚠️Follow sebelum membaca⚠️ Telmia Hayara gadis pas-pasan yang meninggal waktu berumur 20 tahun karena penyakit asma. Dia kira hidupnya sudah berakhir, tapi mengapa dia malah memasuki dunia kegelapan ini?!!! ... "Mau kemana?" "Kabur" "Kenapa?" 'YA...