chapter 6

1.7K 115 3
                                    


.
.
.
.



Telmia termenung di balkon apartemen nya. Menopang dagu nya dengan satu tangan. Dari tadi siang dia belum mengisi perut. Makanan yang dia pesan dikantin juga batal gara-gara perdebatan dua orang gila.

Pikirannya berkecamuk.

Dia harus apa supaya terbebas dari peran ini?

Menghela nafas berat. "Kalo ada cewe terus nasibnya sama kayak tokoh telmia yang hidupnya pas-pasan tapi lebih cantik, mereka bakal berpaling ga ya? Apalagi kalo cewe nya seksi"

Nahh bingo!!

Dia mendapatkan ide. Mungkin peran nya akan tergantikan oleh gadis baru yang menjadi rebutan mereka!

Tapi apa ada gadis seperti itu di novel ini?

Tiga menit kemudian matanya mulai melotot seolah-olah mendapatkan jack pot.

"SERLIANA!"

"Omaygattt si cewek tulang lunak itu kan adaaa" antusias nya

Tapi sedetik kemudian dia kembali lesu "Tapikan sekarang dia belum muncul, harus dipancing pake duid"

"Nanti duid gue abis" desahnya frustasi

"Biar ga abis cari brondong kaya raya" lanjutnya kembali semangat.

"Sekarang si serli ada dimana? Desa Kamboja kan? Mumpung liburan, otw sana!!"


***



Ketukan sepatu memenuhi lorong apartemen. Sang empunya berjalan dengan mata tajam yang lurus kedepan.

Memasukkan kata sandi yang dia tahu lalu membuka pintu tersebut. Tapi ruangan ini kosong.

Langkah nya menuju ke kamar dengan nuansa baby blue. Tidak ada orang disana.

Setelah tidak mendapati orang yang dicari nya dia turun gedung.

"Pak penghuni apart nomor 32 kemana?" Tanya nya pada satpam disana.

"Yang penghuninya masih SMA dek?" Tanya pak satpam itu yang diangguki pemuda jangkung didepannya.

"Kemaren sore pergi sampe sekarang belum balik. Siapanya dek?"

"Calon" jawabnya asal

"Ketemu siapa si rel?" Tanya Arlan saat teman nya kembali ke mobil.

"Cewe yang gua bayar"

Tampak Arlan berfikir sejenak. "Yang kabur itu?" Tanya nya yang diangguki Darel.

"Kok bisa lah dia kabur? Mana cctv-nya mati lagi. Ga mungkin tu cewe nekat lompat" ucap bingung Arlan

Darel menatap lurus jalanan didepan. "Kalo lompat dari balkon dia ga mungkin sekolah dua hari setelahnya."

Arlan mengangguk. "Bener si ga salah"

"Emang secantik apa dia?" Lanjut pemuda itu antusias.

"Jelek, kayak Dugong"

***

Nyatanya Telmia sudah berada di desa Kamboja sedari tadi malam. Dia tidak bisa menunda-nunda hal yang penting seperti ini.

"Disini gada yang sepantaran kayak saya ya bi?" Tanya Telmia pada tuan rumah.

"Ada, keponakan bibi seumuran sama kamu. Namanya serli, rumah nya yang di ujung itu" tunjuk bi Nani.

Mata Telmia langsung berbinar. "Untung saya ada temen disini. Saya kira disini cuman ada anak kecil."

"Anak kecil di desa ini memang banyak, yang gadis nya jarang. Kalo yang bujang bujang pada merantau ke kota semua." Jelas wanita paruh baya di sampingnya.

"Yaudah Telmia masuk duluan ya bi, udaranya makin dingin" ucap Telmia

Disinilah dia, kamar berdinding kayu yang di beri warna hijau. Tidak terlalu buruk lah.

Sinyal disini juga tidak buruk, tapi bukan berarti sinyal disini bagus. Mana ada desa dengan sinyal bagus? Namanya juga kan desa pastinya daerah terpelosok.

Saat sedang bersantai tiba-tiba dia merasa haus. Satu yang ada di otaknya, teh hangat.

Tapi kalau hanya bikin untuk dirinya sendiri tidak enak kan? Lebih baik buatkan juga untuk bi Nani.

Saat teh nya sudah jadi dia membawanya ke teras tempat bi Nina berada.

"Tapi sekolah di kota mahal bi"

Samar-samar Telmia mendengar suara seorang gadis.

"Gapapa, kita jual sawah untuk biaya kamu disana"

"Tapi kenapa harus di kota?" Tanya gadis itu. Tidak bisakah dia mengenyam pendidikan disini saja? Di tanah kelahirannya.

Telmia mengintip, mata bi Nani menjadi sedikit sayu. "Tapi alm ibu dan bapakmu pingin kamu sekolah di kota biar cita-citamu tercapai." Jelas wanita itu

Apa ini?

Apakah ini alasan serli pindah ke kota?

Secepat ini?

Mengapa saat ini dia begitu beruntung!! Tidak perlu susah payah untuk membujuknya. Betul katanya kan? Ini semua masalah uang.

Pelan-pelan Telmia berjalan ke luar, dia berdehem agar mendapat atensi keduanya. "Ini Telmia buatin teh bi udaranya dingin banget"

"Sini neng, ini ada keponakan bibi yang tadi bibi ceritain. Serli, ini namanya Telmia, yang nginap disini"

Telmia dah serli saling pandang. Pertama-tama mata Telmia melihat ke wajahnya namun lama-kelamaan pandangannya turun kebawah.

Buah jeruk nya gede banget astaga!! Lalu dia melihat kearah dadanya sendiri. Bagai langit dan bumi.

Gadis itu berdehem menormalkan kembali ekspresi nya. "Hai salam kenal ya, Telmia" ucapnya sambil tersenyum.

"Aku serli" gadis itu menerima uluran tangan Telmia.

Aduhh tangannya lembut, kembang desa ini mah!!






Obsession HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang