chapter 8

1.4K 113 2
                                    

.
.
.
.

Pagi yang indah, waktu yang tepat berada di sekolah. Pukul 6 tepat!!

"Serli" Telmia beralih menghadap ke gadis disebelahnya. "Ini ruangan kepsek lo nanti tinggal nyebutin nama dan tanya kelas lo dimana. Kalo udah nanya jangan lupa minta anter sama orang. Gue ga bisa nganter karna ada urusan yang penting."

Serli mengangguk. "Makasih ya kak"

"Panggil nama aja" sanggah Telmia. "Yaudah gue duluan" pamit gadis itu.

"Eh tunggu Mia" panggil serli. "Kamu kelas apa?"

"11 IPS 2"

Setelah itu gadis pergi menemui urusan penting nya.

Dan disini lah Serli. Dia menuju ruang kepsek yang tadi Telmia tunjukkan.

"Permisi"

Baru akan mengenalkan dirinya, pria paruh baya ini langsung berkata. "Serliana? Murid baru kan?" Tanya nya langsung.

Serli mengangguk. "Iya pak, kelas saya dimana ya?"

"Kamu masuk IPA 3, kamu bisa sendiri kan?" Tanya nya lagi yang dibalas gelengan.

"Nahh kebetulan, Celo sini!!" Panggil nya pada salah satu murid laki-laki.

"Apa pak?" Jawabnya dengan wajah yang membuat orang lain kesal.

"Apa apa apa, ga sopan kamu. Ini anterin murid baru kelas 11 IPA 3. Bapak sibuk"

Sepeninggalan guru itu wajah arcelo terlihat jengkel. "Nyenye, udah tua juga masih songong" nyinyir nya pelan.

Beralih ke murid baru yang tak lain serliana. "Ikut gue"

"Emm kak? Bisa sekalian tunjukin kelas 11 IPS 2 ga?"

Celo berbalik menghadap gadis itu. "Kenapa?" Dan dia sempat salah fokus dengan sesuatu yang menonjol.

"Aku cuman kenal cewe dari kelas 11 IPS 2 disini, namanya Telmia"

***

"Huhh cape mikir terus. Akhirnya bisa berduaan sama kasur dengan tenang" monolog gadis itu dengan dramatis.

Tapi memang benar dia merasa sangat lelah. Jadi tolong kasihanilah dia, biarkan dia istirahat sejenak. Akhirnya dia bisa menjalankan urusan penting ini.

Tapi baru saja ingin memejamkan mata dia dikejutkan dengan dengkuran halus.

Apa? Suara siapa itu?

Dengan memberanikan diri Telmia membuka gorden disampingnya. Dia menemui kebo pingsan!

Tidak sungguhan.

Tapi tunggu, ini orang yang waktu itu kan? Semakin lama semakin dekat Telmia melihatnya. Sepenasaran itu dirinya.

Tampan, manis, putih, mancung, bibir tebal, bulu mata panjang, alis tebal!

Ini kah yang dinamakan jodoh? Benci berubah cinta? Oh tidak, sebenarnya tidak benci juga. Masa iya hanya karena masalah debu jadi saling membenci?

Hanya saja pertemuan pertama mereka tidak begitu menyenangkan. Andai waktu bisa diulang, pasti dia akan menjadi gadis manis didepan pemuda ini.

"Stop ngeliatin gue kayak gitu. Badan gue jadi panas dingin karena lo liatin."

Telmia tersentak lalu menormalkan penglihatan nya. Dia tidak sadar jika kakinya sudah melangkah dekat sekali dengan pemuda ini.

"Oh? Sorry" ucapnya enteng lalu kembali ke tempat awalnya.

Suara geseran gorden kembali terdengar. "Lo sakit?" Tanya polos Telmia.

"Tapi kayaknya engga, liat tu mukanya--"

"Ganteng?" Sambung orang di sebrang

"Engga, kayak Dugong" Elak gadis itu.

Telmia menutup kembali gorden nya. Tapi semenit kemudian dia membukanya lagi. "Kita pernah ketemu kan? Tapi kayaknya muka lo berubah"

Pemuda disebrang mendengus kesal. Memang dia power ranger yang bisa berubah-ubah?!

Telmia menutup kembali gorden nya.

Setelah itu tidak ada suara lagi di kasur sebelah. Karna gorden nya tertutup pemuda itu tidak bisa melihat apa yang dilakukan gadis itu.

Setelah sekian lama hening, suara gadis itu kembali terdengar. "Plester yang waktu itu mana?" Tanya gadis itu.

Orang di kasur sebrang mengernyit.

"Masih ada ga?"

Dia bangun dari posisi tidurnya. Suara gadis ini benar-benar mengganggu nya. Cerewet sekali! "Udah gada" jawabnya malas

"Serius, gue butuh"

Pemuda itu menggeser gorden nya. Memperlihatkan Telmia yang sedang menunduk sambil memegangi tangannya.

Mendengar suara gorden digeser Telmia mendongak. Memperlihatkan tangannya. "Kena pinggiran kasur yang tajem" adu nya.

Entah kerasukan apa tiba-tiba Telmia menjadi gadis manis yang banyak tingkah.

Tangan gadis didepannya ini berdarah. Bukannya cepat mengobati, gadis ini malah diam melihat lukanya seperti orang bodoh!

Plester Hulk dengan background pink terarah didepannya. Lagi lagi Telmia hanya mendongak dan menatapnya polos. Sesaat kemudian gadis itu menyodorkan tangannya yang terluka.

Pemuda yang bernama Kazeil itu mendengus dengan kasar. Lantas memakaikan nya dengan malas.

Tapi tunggu!

Saat tangan nya menyentuh tangan kecil itu, Kazeil merasakan hawa panas. Segera tangannya beralih menuju kening gadis itu.

Tubuhnya terasa panas.

Dia harus bagaimana? Meninggalkan nya sendiri? Atau?

Atau? Mengapa dia harus peduli.

Kazeil berlalu meninggalkan Telmia sendiri. Tapi tidak lama setelah itu datang dokter yang biasanya menjaga UKS.











38°

"Dia demam tinggi, sebaiknya dibawa ke rumah sakit atau diantar pulang saja temannya"

"Saya ga kenal dia" jawab pemuda itu sambil menunjuk kearah Telmia menggunakan dagu.

"Kamu kenal temannya tidak?" Kazeil menggeleng. Jika dengan gadis di kasur UKS saja dia tidak kenal, bagaimana dia bisa mengenal temennya?

Dokter perempuan itu menghela nafas. "Kamu jagain dulu aja disini, saya panggilin anak PMR"

Setelah dokter itu pergi, Kazeil menyandarkan punggungnya di dinding menghadap Telmia yang tertidur.

"Cewe bego, tapi ga lebih bego dari Cazzia" monolog nya.








Obsession HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang