chapter 5

1.9K 140 0
                                    

.
.
.
.


Pelajaran olahraga kali ini sangat menyebalkan. Kenapa bisa pelajaran olahraga kelasnya berbarengan dengan kelas Arcelo?

Dan lagi, disana ada Darel! Telmia merasa kesialan nya double.

"Yang perempuan boleh duduk, biarin yang laki-laki tanding dengan kakak kelas"

"Baik pak!"

Telmia memilih duduk didekat teman sebangkunya. Lumayan canggung juga kalau berteman dengan orang introvert seperti Luna.

Matanya tanpa sengaja melirik Arcelo. Pemuda itu juga meliriknya lalu mengarahkan dua jarinya ke depan mata dan ke arah depan berulang. Seperti anak kecil saja!

Berpindah ke Darel. Ah tidak, Telmia tidak sanggup bertatapan dengan pemuda gila itu!

Pertandingan didepan sudah terlihat sangat jelas bahwa anak kelas 12 lah yang akan menang. Tapi anak anak di kelasnya juga tidak pantang menyerah.

"Ke kantin aja yok?" Ajak Telmia pada orang disebelahnya. Luna mengangguk. Gadis itu sudah berdiri duluan.

Telmia sudah akan berdiri saat suara Luna terdengar. "Awsss" Telmia menunduk menahan tangan nya yang kebas. Dia menepis bola basket itu dengan tangannya.

Dia dengan jelas melihat Darel yang dengan sengaja melempar bola itu kearahnya. Darel sialan!

Orang orang jadi mengerubungi nya. Di posisinya yang menunduk seperti ini, dia yakin mereka mengira bahwa yang terkena adalah wajahnya.

"Temen nya mana temennya? Bawa aja ke uks dulu" Suara guru olahraga menyelamatkan nya. Mereka perlahan bubar dan Luna membawanya ke uks.

Telmia mendongak. Wajahnya memerah menahan sakit. Tangannya seperti terkilir, saat di gerakan sakit.

"Untung tadi ga kena muka lo"

Telmia memutar bola matanya malas. "Ga kena muka tapi tangan gua, sakit anjir" gadis itu menyodorkan tangannya di depan Luna.

"Kayaknya terkilir ini" Luna membolak-balikkan tangan manusia didepannya. "Untung ga lepas" lanjutnya.

***

Berkat kejadian tadi pagi sekarang tangannya harus diperban. Bukan masalah risih atau apanya, malahan dia beruntung. Pengurus UKS akan membuatkan nya surat sakit. Tapi sekarang yang ada di otaknya, bagaimana dia bisa makan dengan tangan kanan yang terkilir?

Telmia mendongak ketika ada yang menghalanginya.

"Ikut gue pulang" ajak pemuda itu

Telmia menggeleng seperti anak kecil. Dirasa orang didepannya tidak berbicara lagi gadis itu memutuskan untuk melanjutkan jalannya.

Tujuannya sekarang adalah ke kantin.

Setelah mengisi perut dia akan langsung pulang. Tetap di sekolah juga pun percuma tangannya tidak bisa menulis.

Telmia menunggu pesanannya dengan tenang. Tidak peduli ada Darel duduk didepannya. Lagipula Darel tidak akan mengikutinya sampai ke apartemen. Ini kan masih jam belajar, mana berani pemuda ini bolos.

"Lo kenapa sih ngikutin gue terus?" Tanya Telmia serius

"Lo yang kenapa? Lo kenapa ga ngikutin perintah gue?" Jawab pemuda didepannya. Telmia jadi sedikit ngeri, tatapan pemuda ini setajam elang.

"Kenapa gua harus ngikutin perintah lo?"

Alis Darel mengernyit. Mau tidak mau alis Telmia juga ikut mengernyit memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Brakk

Telmia menggebrak meja didepannya. "Gue bukan babu lo kan?"

Darel menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Lo pikir ada babu yang dibayar 100 juta sekali kerja?" Tanya balik Darel.

Sekarang Telmia bertambah syok. Kerja apa yang dimaksud Darel. Seketika terlintas bayangan saat dia pertama kali masuk dunia ini.

"Gue..."

"Jadi lo dapet uang sama hp dari dia?"

Telmia menoleh

"Lo yakin mau sama ni anak? Ni anak mukanya kayak kucing belepotan, cebol lagi" Arcelo berdiri tepat memunggungi Telmia.

"Lo cari yg laen aja, gua ikhlas dapet yg begini" lanjut Arcelo sambil menarik pelan pergelangan Telmia yg tidak sakit. Tapi kerah seragam bagian belakang Telmia ditarik oleh Darel.

Situasi yang awewark dan cukup mencekek

"Dia udah gue bayar, jadi gua harus ikhlas nerima nya"

Telmia mendongak kesamping secara bergantian. Kalau begini bukan cuman tangannya saja yang sakit, lehernya juga bisa patah karena mendongak terus!!

Arcelo kembali menarik tangan Telmia. "Gua balikin duit lo"

"Gue ga mau, jarang ada yang bisa puasin gua kayak dia" ucap ambigu darel membuat Telmia reflek menendang aset pria itu.

Telmia menjauh dari keduanya. "Gila lo berdua, gua bukan cewek kayak gitu!" Sesudah mengucapkan itu dia berbalik berlalu pergi.

"Upss gila ngilu nya luar dalam" ujar arcelo prihatin. Terlintas bayangan saat choko nya juga ditendang Telmia.






Obsession HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang