16. Menghilang?

81 5 0
                                    

Happy reading kawan!

Jangan lupa bintang and komen!
kalau ndda, nanti aku ngambek!

Nemeni kalian sebelum buka nih~

AKU POST ULANG, GA ADA NOTIF SOALNYA!


Seperti apa yang di ucapkan Jeno kemarin, ia benar benar menaruh penyadap pada Renjun, tepat di tas yang sering Renjun gunakan.

Setelah berbincang di cafe tempo hari, dan benar saja, renjun meninggalkan tempat lahirnya saat itu, tempat ia besar, tempat ia di didik dan sukses seperti saat ini.

Walau begitu, padahal ia ingin sekali memamerkan pada sang ayah, sangat ingin.

Tetapi bagaimana lagi, jika tuhan sudah berkehendak?

Renjun kembali ke rumah untuk membereskan kopernya, dan renjun mengganti pakaian, beserta tas miliknya.

Benar, tas yang Jeno tempelkan penyadap, renjun tinggalkan begitu saja di rumah nya, dan renjun sendiri memilih membawa tas miliknya yang lain.

Sepertinya memang tuhan tidak mengizinkan mereka untuk bersama.

Dengan segera, renjun memesan taksi untuk segera menuju bandar udara, meninggalkan rumah pertama nya.

Disisi lain Jeno tengah menghubungi Renjun, mungkin kah ucapan nya tadi membuat Renjun terluka?

"Apa kau tidak berniat menikah dengan ku?" tanya Jeno tiba tiba, ketika mereka berdua bertemu untuk kedua kalinya.

"Tidak sama sekali hal itu terlintas di benakku." balas Renjun dengan arogan.

"Melihat mu saja sudah membuat ku muak, bagaimana menikah, sudah mati mungkin." lanjut Renjun berbicara sambil menjentikkan tangan nya.

"Jalang, benar benar menjijikan!" ucap Jeno sambil menatap Renjun penuh amarah.

"Apa maksudmu dengan mengatakan itu kepada ku, sialan!?" tanya renjun sambil berdiri menunjuk ke arah Jeno.

"Kau memang seperti itu, aku hanya mengucapkan fakta saja." ucap Jeno dengan smirk di wajah nya.

"Brengsek!!" balas Renjun dengan menampar Jeno, yang mana langsung membuat semua orang bertuju pada mereka berdua.

Renjun langsung mengambil tas nya dan keluar dari cafe itu.

"Cih, memang tidak tahu di untung." ucap Jeno sambil menatap remeh renjun yang tengah berjalan tergesa gesa.

Entah apa yang Jeno pikirkan sampai berkata sejahat itu pada Renjun, ia sakit hati di tolak dengan mentah mentah, benar benar sakit hati.

Jeno sudah berusaha memisahkan kedua orang tua mereka agar ia dan Renjun dapat bersatu, tetapi yang ia dapatkan hanya tamparan dan tolakan mentah?

Benar benar Jeno merasa di permalukan olehnya!

Tetapi sesampai nya Jeno di rumah miliknya, ia baru merasa menyesal dengan ucapan kasar nya tadi, benar benar menyesal.

Ia masih bertuju pada handphone nya, mengetikan permintaan maaf sebanyak mungkin, dan berusaha menghubungi Renjun berkali kali, tapi nihil, renjun seperti nya telah memblokir nomor miliknya.

Sedangkan Jeno sendiri tidak tahu sosial media milik Renjun, benar benar sial sekali! Ia bertindak terlalu gegabah.

Jeno baru ingat, ia telah menaruh penyadap pada tas renjun tadi, bagaimana ia mengecek nya?

Jeno langsung berjalan tergesa gesa menuju kamar nya untuk segera membuka komputer miliknya, agar ia tahu dimana renjun saat ini.

Tunggu! Perumahan Ttehet?

Jeno mengezoom daerah itu, dan benar saja, penyadapan itu mengarahkan nya pada salah satu rumah elit yang bisa di bilang sangat megah.

Haruskan ia mendatangi sekarang? Tapi Renjun mungkin akan semakin membenci nya kalau ia bertamu di malam hari.

Baiklah, Jeno memutuskan untuk mendatangi rumah itu pada pagi hari nanti.

Dan benar saja, saat ini sudah menjelang pagi, dan Jeno langsung membersihkan diri.

Jeno bahkan menggunakan baju yang cukup rapi, entah mengapa, seperti nya ia memang harus menggunakan nya.

Bahkan ketika berangkat Jeno masih sempat ke toko bunga hanya untuk sekedar membeli bunga putih.

Mungkin beberapa orang tidak tahu, bahwa bunga putih memiliki makna ketulusan, kesucian, keagungan dan juga kemurnian. Biasanya bunga warna putih sering digunakan untuk melambangkan cinta sejati.

Maka dari itu saat ini Jeno membeli bunga putih, agar renjun tahu, bahwa Jeno akan terus mencintai renjun, selamanya.

Jeno melirik handphone nya sesekali, agar ia tahu letak rumah renjun, dan benar saja, panah itu bertuju pada salah satu rumah yang benar benar besar.

Ting Dong!

Ting Dong!

Ia memencet bel itu dari balik pagar, dan sepertinya tidak ada orang di rumah itu(?)

Beberapa menit kemudian datang seorang wanita yang seperti nya pembantu dari rumah itu?

"Maaf ada apa mas?" tanya wanita yang sudah berumur itu.

"Rumah renjun disini Bu?" tanya Jeno balik.

"Betul mas, ada perlu apa ya?"

"Anu Bu, apa saya bisa bertemu renjun sekarang?"

"Dek renjun nya sedang tidak ada di rumah mas." ucap pembantu itu menjelaskan.

"Sampai kapan ya Bu? Saya ingin bertemu dengan nya." ucap Jeno sambil menatap pembantu itu.

"Entah mas, setahu saya dek renjun sudah tidak tinggal disini."

"Dari kapan Bu?" tanya Jeno dengan terkejut.

"Baru kemarin mas." jelas pembantu itu.

"Kemana kalau boleh tau Bu?" tanya Jeno lagi.

"Kurang tau mas, intinya luar negara, saya juga tidak di kasih tau dimana."

"Oh, yasudah terimakasih Bu."

"Sama sama mas."

Jeno masih diam di depan gerbang itu sambil menatap bunga ditangan nya, berarti ia tidak bisa tahu kemana renjun pergi?

Renjun serius dengan ucapan nya kemarin? Renjun takut dengan nya?

Jeno menyesal, sungguh, kalau saja ia tidak malu, mungkin ia sudah menangis saat ini.

Renjun, orang sangat ia sayangi, cintai, meninggalkan nya tanpa memberitahu nya kemana ia pergi.

Tetapi Jeno berusaha berfikir positif, ia akan berusaha mencari renjun, kemana renjun pergi.








Hmmmm, bagaimana, bosen ya kalian:(

Sebenernya ini cerita bakal panjang alur nya....mampu ndda kalian baca!?

Mana dikit lagi mau sanlat, malas betul!

Selamat berbuka semua!

Jangan lupa komen dan vote nya kawan!

Untuk Kamu | NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang