🍒🍒🍒
.
.
.
.
."Kalau begitu kau bisa pergi sendiri. Maaf, sepertinya aku tak bisa ke sana," ucap Jungkook. Dia mengukir senyum kecil yang dengan susah payah ia lakukan.
Jungkook menarik tuas pintu lalu masuk ke dalam. Dania melirik manager-nya dengan tatapan penuh arti.
"Kau tetap ingin pergi ke Persona Club tanpa Jungkook?"
"Aku hanya akan pergi jika ada Jungkook di sana. Kalau tak ada dia, aku tak mau," jawab Dania.
Gadis itu pun berlalu pergi dari depan pintu. Namun, saat melewati satu ruangan, Dania sempat mendengar seseorang mengatakan kau harus segera menemukan kekasih Jungkook saat ini juga sebelum dia mengamuk.
"Kekasih? Jungkook punya kekasih?" gumam Dania. Dia melirik manager-nya. "Kau tahu, kan, apa yang harus kau lakukan?"
Manager Dania yang bernama Dylan itu pun mengangguk paham. Entah apa yang mereka berdua rencanakan, Dania menyeringai ketika melewati ruangan dimana Hobeom berada.
Sedangkan Jungkook, setelah mengganti pakaian dan membersihkan wajahnya dari make up, dia bergegas bersama Hobeom untuk pergi ke suatu tempat dimana lokasi terakhir Ara berada.
Tempat itu sebenarnya tak jauh dari rumah tempat Ara tinggal, tetapi memang di Venice terlalu banyak persimpangan dan mencari alamat pun cukup kesulitan bagi turis seperti Ara. Jungkook berusaha untuk menghubungi Ara tetapi tak ada jawaban dari gadis itu.
Sepertinya Ara merajuk sungguhan.
Di suatu tempat, Ara tengah bersembunyi di balik pohon bersama seorang perempuan yang seumuran dengannya. Mereka berdua sama-sama turis yang menyewa rumah sementara di Venice. Nama perempuan itu Yumiko.
Ada tiga ekor anjing besar berwarna hitam yang sangat menyeramkan mengejar mereka tadi. Ara menangis sesenggukan. Dia takut.
Kakinya terasa sakit karena berlari cukup jauh. Ara menutup mulutnya ketika kawanan anjing jalanan tadi berlari ke sana kemari seakan sedang mencarinya. Mereka menggonggong keras membuat Ara semakin takut.
Namun, dering ponsel Ara membuat binatang menyeramkan itu menyadari di mana Ara berada. Ara berlari sekuat tenaga tak tau arahnya ke mana, begitupun perempuan yang tadi. Yang ada dalam pikiran mereka hanya menghindari anjing-anjing di belakang.
"Ya ampun! Kenapa tak ada toko atau cafe, sih? Aku harus kemana?" ucap Ara lirih. Langkah kakinya terseok sebab terlalu kencang berlari.
Kamera Yumiko terjatuh dari genggaman tangannya. "Kamera ku!"
Ara menoleh ke belakang. "Cepat lari!"
"Kamera itu sangat penting. Benda itu hidupku, Ara. Aku tak bisa meninggalkannya. Aku sedang melakukan pekerjaan besar disini dengan kamera itu. Hidupku bergantung pada kamera itu."
"Kau larilah lebih dulu. Biar aku yang mengambil kameramu," ujar Ara lalu berbalik sekitar sepuluh langkah ke belakang.
Ara mengambil kamera milik Yumiko yang terjatuh dijalan. Terlambat sedetik saja, tangannya hampir digigit oleh anjing. Ara kembali menangis. Dia berlari kencang walau matanya melirik ke kiri dan ke kanan mencari Yumiko.