Udah lumayan lama ya aku ga nyapa kalian disini ☺️
Maaf ya, seperti yang kalian tau emang aku lagi sibuk sama buku keduaku. Aku juga kerja, jadi aku mesti pinter² bagi waktu. Cerita ini Outline nya udah sampai ending, jadi kalian ga perlu khawatir aku berenti di tengah jalan dan bingung buat lanjutin naskah BBL..
Makasih buat yang udah nungguin cerita ini update. Maaf jadi nunggu lama.
Kalau aku belum update, itu karena aku emang belum sempet nulis, bukan karena kehilangan arah alur cerita..
Semoga bab ini masih bisa kalian nikmati, ya...
Selamat membaca ✨🍁🍁🍁
.
.
.
.
.Jungkook mengerutkan dahinya ketika membaca pesan dari Seojoon di ponsel Ara. Seojoon meminta Ara untuk membantu Aeri selama proses penyesuaian di kampus yang sama dengannya. Saat Jungkook fokus pada benda pipih itu, Ara sama sekali tak terusik tidurnya.
Gadis manis itu tengah tertidur pulas di dada sang kekasih. Tangisan langit pagi ini membuat Ara semakin enggan beranjak dari pulau kapuk dan terus berkelana di alam mimpi.
Walau Jungkook tengah mengelus pucuk kepala Ara dengan posisi duduk bersandar di headboard ranjang, sorot matanya tajam dan raut wajahnya tak bersahabat sama sekali apalagi ketika membaca kalimat 'mengalahlah untuk adikmu' dalam hati.
"Jam berapa sekarang?" cicit Ara.
Sejujurnya Jungkook merasa cukup terkejut sebab Ara tak bergerak lebih dulu sebagai isyarat bahwa dia telah terbangun dari tidurnya.
"Masih pagi. Kau sudah bangun?" Jungkook menyingkirkan ponsel Ara dari genggamannya kemudian beralih memegangi kedua sisi pinggang ramping pujaan hatinya tersebut.
Ara bergumam lalu menggeliat. Respon tubuh yang membuat Jungkook merasa gemas karena Ara terlambat melakukannya. Seharusnya dia menggeliat lebih dulu dan mengumpulkan nyawa baru berbicara.
Ara menjauhkan jarak mereka berdua dengan duduk tegak. "Bagaimana bisa aku tertidur nyenyak dalam kondisi seperti ini?" Pandangan gadis itu tertuju pada dada Jungkook yang memiliki beberapa bercak merah di sana. Dan pria itu tak mengenakan apapun.
Berbeda dengan Ara yang mengenakan pakaian lengkap meski baju yang dia pakai adalah milik Jungkook. Baju dengan aroma Jungkook yang Ara sukai. Yaitu aroma parfum bercampur tembakau di sana yang selalu mampu menyesatkan pikiran Ara.
"Karena kau merasa nyaman, mungkin?" tebak Jungkook dengan raut wajah yang Ara mengerti apa yang sedang diinginkan oleh pria tampan itu.
Jungkook dan hormon seksnya di pagi buta seperti ini adalah surga dan neraka di waktu yang sama.
"Kau benar. Selain itu aku juga merasa aman," jawab Ara sambil beranjak lalu berjalan menuju kamar mandi.
Aku harus segera menyelamatkan diri sebelum dibuat tak bisa berjalan seperti kemarin malam, batin Ara ketika mengunci pintu kamar mandi dari dalam.
Sementara Jungkook, dia kembali meraih ponsel Ara lalu memblokir nomor seluruh keluarga kekasihnya. Setelah selesai melakukannya, dia ikut beranjak dan berjalan menuju kamar mandi. Dia menarik laci lalu mengambil kunci dari sana seakan sudah tahu jika Ara telah mengunci pintu.
Hal itu membuat Ara terkejut di dalam sana. Dia tengah mandi di bawah guyuran shower dan melihat Jungkook berjalan ke arahnya.
"Kenapa mengunci pintunya, Sayang? Hm?" bisik Jungkook sambil memeluk Ara dari belakang.
Sesapan lembut pada lehernya membuat Ara memejamkan kedua mata. Pertahanannya semakin runtuh ketika dadanya juga di serang.