Sixth - I Love You, Boy

395 40 7
                                    

WARNING. Ini chapter panjang pake banget. Lebih dari 1700 kata. Jadi buat yang gak kuat baca, vomment aja HAHA. Ya kuatin bacalahhhh. Makin seru nih!

******************************

Klen yang membenarkan posisi duduknya dikasur berusaha mengerjapkan matanya.

"Aishh, lo ngeliatin gue kaya' ngeliat cowok kece aja sih. Terpesona banget!"

Dan setelah Klen benar-benar sadar dari tidurnya, ternyata dihadapannya adalah seorang Annalise.

"Lu kemarin kemana coba, bolos bolos? Katanya di cafe biasa? Gue cari gak ada. Kemarin sore diapartement lo juga sepi. Lo ngehindarin gue apa gimana sih?"

Klen mengusap matanya yang terpejam. "Kenapa nih anak jadi makin sering keapartement gue sih?" Batin Klen kesal. Gadis ini kembali membuka matanya. Masih terdapat Annalise disana. "Bawel lo. Minggir minggir. Gue mau sekolah."

"Gak mandi dulu lo?"

"Ya mandi lah! Ish."

*****

Tap tap tap

Suara langkah kaki menggema ke sudut sudut koridor. Iya. Masih pagi banget dan Klen sudah tiba disekolah, berbeda dengan Annalise yang memilih mampir ke sebuah cafe yang buka pagi pagi buat isi perutnya.

Klen masih saja berjalan menyusuri koridor, sampai ia sadar ada tangan yang menggenggam pergelangan tangannya. Seseorang yang baru saja berpapasan dengan Klen menggenggam pergelangan tangan Klen cukup kuat. Klen membalikkan badannya. Membulatkan mata dan menatap lelaki itu tajam.

"Ini persis sama kejadian di mimpi gue semalem, dejavu," batin Klen yang berusaha dengan susah payah menelan air liurnya yang memenuhi tenggorokannya kini.

"Lo kenapa, Clairine? Sakit?" Tanya lelaki itu seraya menaruh punggung tangannya di dahi Klen

-KlenPoV-

Pergelangan tangan gue masih dipegang olehnya -Rakha-. Gue gak bisa ngontrol degup jantung gue yang semakin cepat. Karena gue inget betul. Di mimpi gue, dia pegang pergelangan tangan gue, berusaha bersikap manis, dan ujung-ujungnya bilang, "lo cantik, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Tenang Klen. Itu cuma mimpi dan gak mungkin terjadi secepat ini. Gue berusaha nenangin perasaan gue walaupun emang udah gak bisa ditenangin. Perasaan ini bener bener aneh.

Gue akhirnya menepis genggaman tangan dia cukup kasar. "Lo apa apaan sih!"

"Lo yang apa apaan, ngeliatin gue sampe lo kaku gitu. Salting sama kegantengan gue?" Lelaki itu sangat menyebalkan. Oke, bukan sangat, tapi sangat menyebalkan sekali banget banget.

"Gue gak salting, dan perlu lo tau, lo tuh gak ganteng"

Ganteng sih. Apaan sih, mungkin kata hati sama mulut gue lagi gak mau kompak.

"Gue ganteng kok, lu ngapain ke sekolah pagi pagi setelah kemarin bolos gitu aja?" Tanyanya lagi seraya membenarkan lengan seragam gue yang sengaja gue tekuk. Dia buat seragam gue menjadi pelajar pada umumnya, bukan badgirl

Gue lagi lagi menepis tangannya kasar. Tetapi terlanjur, kedua lengan seragam gue udah gak ketekuk kaya semula. "Ish. Emangnya kemarin lo ngapain? Ada dicafe pagi pagi bukan bolos namanya?"

Lelaki itu menggeleng cepat. "Gue gak bolos, kabur dari jam pelajaran tepatnya." Dia tersenyum manis. Sangat manis

"Udah, gue mau ke kelas!"

DREAM (never) Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang