EPILOG

550 38 3
                                    

Okay. Mungkin cerita ini akan berakhir disini. Mampir ke profile-ku yap:) I'll miss you, guys. And this is, Epilog chapter on my first story.

******************************

-Annalise PoV-

"Sekarang, ajak dia ketemuan," sela gue dan membuat Klen membulatkan kedua matanya, bulat sempurna.

"Gue gak mau memulai semua-nya duluan."

"Kenapa?"

"Gue kode duluan ke Rakha, gue nyatain perasaan duluan juga ke dia. Gue gak mau semua berakhir seperti malam itu--"

Gue menaikkan kedua alis gue, Klen membuat tatapan heran di mata-nya

"Lo masih percaya mimpi kan?"

Dia menggelengkan kepalanya. Padahal gue sangat berharap dia menganggukkan kepalanya seperti tadi.

"Setelah semua ini terjadi, gue gak bisa percaya apapun."

"Mama papa lo akan bangga jika lo mewariskan sifat mereka, Klen. Tak kenal menyerah." Gue tersenyum di akhir kalimat gue

Entah mantra atau apa, ucapan-gue membuat senyuman gue berpindah ke bibir Klen. Ia menganggukan kepalanya mantap. "Akan gue coba. Jika ini gak berhasi--"

"Pasti berhasil. Sukses!"

*****

-Author PoV-

Seorang gadis dengan dress floral biru langit selututnya melangkahkan kakinya mantap. Ya. Hari ini adalah hari pengumuman nilai UAS. Tidak memerlukan gaun atau apalah seperti pada acara perpisahan, Klen hanya mengenakan dress yang cukup indah, membuat-nya menjadi sangat cantik. Menyerupai mama-nya.

"Lo cantik hari ini."

Itulah pujian Annalise dan juga kekasih dari Annalise, Jimmy. Mereka telah jadian beberapa hari yang lalu.

Klen mengembangkan senyuman manisnya. Ia teringat saat ia mengerjakan soal UAS tanpa mencontek, saran dari Kha Champion ia jalankan dengan baik.

Gadis ini terus melangkahkan kaki-nya menyusuri koridor sekolah. Berjalan dengan kedua sahabat baiknya, Jimmy dan Annalise, menuju papan pengumuman nilai. Layaknya drama korea, nilai dipajang di papan pengumuman sekolah. Mungkin para guru terlalu sibuk untuk memberikan satu-satu hasil lembar ujian. Tetapi beda untuk raport, satu minggu lagi, raport baru dibagikan, pada wali murid.

"Lo liatin nama gue aja gih, naik apa kagak," suruh Klen mendorong pelan bahu kiri bagian belakang Annalise

"Dengan senang hati putri cantik," jawab Annalise sok manis. Dia menyeret tangan Jimmy, mengajak-nya pergi ke papan pengumuman yang dikelilingi penuh sesak manusia.

Klen menunggu layaknya bos di luar para manusia yang telah menjadi sarden. Mengumpul jadi satu.

Pandangan mata Klen tertuju pada lelaki yang tiba-tiba melewati-nya dengan santai. Tanpa sapaan. Tanpa senyuman. Tanpa tatapan yang meneduhkan. Dan tanpa semua yang dia lakukan dulu. Rakha.

Lelaki itu dengan cepat melewati Klen memasuki kumpulan manusia yang ingin mengetahui bagaimana posisi peringkat-nya pada UAS kali ini. Pandangan Klen masih pada lelaki itu, tepat pada punggung-nya. Punggung yang pada malam itu berjalan menjauh. Punggung yang menjadi saksi bisu isak tangis Klen, malam itu.

"Cukup baik Klen, peringkat 83!" Seru Annalise tepat pada telinga Klen

Klen masih tetap pada pandangannya, pikirannya lagi-lagi melayang pada kejadian malam itu. Teringat kalimat-kalimat yang dilontarkan Rakha.

DREAM (never) Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang