6

404 12 2
                                    

"Li, aku-aku " Cecilia menangis tersedu-sedu di pojok ruangan sedangkan Liera menatap terkejut sahabatnya yang terlihat sangat terpuruk.

Liera melihat Cecilia yang lebih menyedihkan daripada dua bulan lalu, Cecilia yang terlihat lebih terluka dari beberapa waktu belakangan ini. Entah apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

Tanpa banyak bertanya Liera  menghampiri Cecilia, memeluknya erat menenangkan tanpa henti. Di usapnya air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipinya.

"Kenap Ce, cerita. Ceritain yang ingin kamu ceritain, Ce. Ada aku di sini" Liera mengelus punggung Cecilia lembut, menenangkan walau  nyatanya Cecilia masih terus menangis tanpa henti.

"Li, aku gak mau hidup lagi, aku gak sanggup Li, a-aku aku cape lie" Cecilia semakin terisak bahkan kini pelukannya pada Liera kian mengerat.

"Ce, jangan kaya gini, kamu kuat kamu hebat dan aku tau kamu bisa melawan semua rintangan ini Ce"

"Li, a-aku Ha-mil, Li dia gak mau anak ini, dia gak ngakuin anak ini Li, dia dia bahkan bilang aku ini cewek gila. Li gimana bayiku Li, gimana aku hidup kedepannya, aku gak sanggup"

"Nyonya, kita sudah sampai"

Lier terbangun dengan nafas yang memburu, nafasnya tercekat ketika sadar jika itu semua adalah mimpi, mimpi yang berisi bayangan ketika dulu Cecilia menangis di pelukannya karena mengetahui jika dia hamil dan kekasihnya tidak mau bertanggung jawab.

"Haiss, lelaki itu, benar-benar membuatku ingin menemuinya" geram Liera tertahan.

Untunglah sekarang tidak ada siapapun di sekitarnya, Liera merasa lega karena bisa mengumpat kesal pada orang yang sebenarnya tidak dia ketahui siapa orangnya.

Jika saja ada yang melihat atau mendengar, mungkin mereka akan mengira bahwa liera sudah gila saat ini.

"Cecil, jika kamu memberitahu sedikit saja tentang lelaki itu, mungkin semuanya akan berjalan jauh lebih mudah lagi" lirih Liera.

Wanita itu mencoba mengenyahkan sedikit masalah tentang Cecilia, sebenarnya hidupnya juga tidak terlalu baik bukan, tapi tentu hidup Cecilia sangat lebih menyakitkan daripada Liera.

"Keluar tanpa izin, kau sudah berani, Liera"

Liera berbalik dan menemukan Reynand yang kini berdiri di belakangnya dengan tatapan tidak suka, tangannya terlipat di depan dada menatap Liera dengan tatapan yang menakutkan.

"Rey, aku hanya keluar sebentar" sangkal Liera.

Reynand mendekati Liera yang kini mundur beberapa langkah menghindar, dia geram tentu saja namun bukan di sini membalaskan rasa kesal di hatinya.

"Sebentar apa yang hingga senja baru pulang?" suaranya dalam tertahan.

Reynand mencondongkan tubuhnya pada leher Liera membuat wanita itu memejamkan mata, menahan nafas karena mundur pun dia tidak bisa lantara tangan Reynand yang kini menarik pinggangnya erat.

Reynand menghirup aroma Liera dalam, sangat menenangkan jika saja aroma lain tidak mengganggu indra penciumannya itu.

"Parfum bayi? " Reynand membuka matanya menatap Liera yang kini kelabakan bingung harus menjawab apa.

Memberitahu soal Agam, jelas Reynand tidak akan suka. Ingat saat Liera menyebutkan nama itu Reynand begitu sangat murka. Terlebih Cecilia yang selalu mengingatkan untuk tidak mengumbar kehadiran Agam.

Bisa dibilang Cecilia menyembunyikan kehadiran Agam selama ini dan hanya saat dia membawa Agam untuk KKN, di sana teman-teman kampus Cecilia mengetahui jika wanita itu sudah memiliki anak.

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang