14

189 14 2
                                    

Dua minggu telah berlalu, Liera akhirnya mengambil tanggung jawab untuk mengurus Agam meskipun tidak sepenuhnya.

Anak berusia empat tahun itu menjadi anak baik yang penurut, dia tidak merengek sama sekali, dia bahkan membantu anak-anak panti dalam membersihkan halaman panti atau sekedar mencuci piring  setelah makan.

Liera tersenyum lembut menatap Agam yang sangat rajin padahal bisa saja dia main atau menangis karena tidak bertemu dengan Cecilia selama dua minggu terakhir ini.

Cecilia di di rawat di sebuah rumah sakit ibu kota, dia juga di temani oleh psikiater dan psikolog meski dia masih memilih bungkam untuk minggu pertama tapi sekarang kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya bahkan Cecilia tidak lagi marah saat menghadapi psikolog atau berusaha menyakiti dirinya sendiri.

"Buna, Agam mau ikut buna boleh tidak?" Mata berkaca-kaca dengan penuh harap membuat Liera tidak bisa menolak namun tidak ada jalan untuk membawa Agam.

"Buna..., nanti izin sama suami buna ya"

Agam menatap bingung, Liera memaklumi karena dia pasti belum mengerti tentang suami atau ayah, Agam tidak pernah mendengar kata itu, hidupnya selalu di kelilingi oleh wanita dewasa kecuali saat di pulau itu.

"Tapi Agam gak akan bandel ko" lirihnya seperti putus asa.

Liera menggigit bibir bawahnya dengan tingkah menggemaskan Agam, dia tidak bisa menolak anak itu namun rumah yang Liera tinggali milik Reynand, Liera tidak mungkin membawa Agam tanpa seizin lelaki itu.

"Agam ikut buna ke kantor suami bunda ya, nanti kita izin kalau di bolehin baru buna bawa Agam pulang ya" Liera menjelaskan perlahan berharap Agam mengerti.

"Suami itu apa nda?"

Liera tersenyum gemas, benar, Agam tidak tau istilah-istilah seperti itu. Agam masih anak kecil berusia empat tahun yang belum tau apa apa.

"Suami itu, pasangan bunda" jelas Liera singkat namun Agam hanya mengangguk seolah mengerti padahal Liera jamin anak itu tidak mengerti sama sekali.

"Berarti Agam harus bersikap baik ya" gumam Agam membuat Liera tersenyum lembut.

Anak sekecil Agam sudah tau harus bersikap bagaimana pada orang lain, Liera tau hidup sebagai Agam tidak mudah, banyak yang tidak menyukai atau bahkan ingin menyakiti.

***

Liera menggandeng tangan Agam memasuki perusahaan Reynand, dia sudah menyiapkan makan siang untuk suaminya itu seperti biasanya.

"Nyonya sudah sampai, mari saya antar" Calvin yang berada di lobi langsung menghampiri Liera dan mengarahkan Liera untuk naik kedalam lift khusus.

Loera hanya mengikuti bersama Agam, dia sudah cukup kenal dengan lelaki jangkung yang selalu berada di dekat suaminya.

"Anak ini..., " Calvin seperti menelisik membuat Liera langsung menatap Agam yang menampakkan raut biasa namun tidak menatap siapapun, dia terlihat memainkan robot di tangannya tanpa menghiraukan Calvin yang terlihat penasaran padanya.

"Dia Agam, dia putra sahabatku. Agam kenalan sama om Calvin" Liera sedikit menarik Agam maju namun anak lelaki itu bergeming di tempat seakan enggan menurut pada Liera.

"Agam..," tegur Liera membuat Agam mendongak dengan mata berkaca.

"Ini suami buna?"

Liera langsung menggeleng melihat tatapan menyedihkan anak lelaki itu, Liera langsung membawa Agam pada pelukannya sebelum Agam menangis.

"Bukan sayang, kamu takut sama om Calvin?" Liera panik, Agam jarang menangis namun sekalinya menangis akan sangat sulit di tangani.

"Agam takut" cicit Agam membuat Liera menatap Calvin tidak enak sedangkan lelaki itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang