3

459 18 1
                                    

Seharian ini Liera habiskan dengan berdiam diri di kamar mengunci dirinya menyibukkan diri dengan merapikan pakaian dan kamar. Pelayan sempat ingin merapikan kamar dan pakaian Liera namun gadis itu dengan cepat melarangnya. Dia ingin apapun yang ada di kamar itu hanya dia yang membereskan dan menatanya. Dia ingat ucapan ibu panti jika sudah berumah tangga maka pastikan jika kamar adalah privasi dan tidak di bersihkan oleh pelayan. Ya, Liera hanya berusaha patuh lagian hanya membereskan kamar saja yang Liera bisa lakukan sesuka hati.

Liera tidak di izinkan melakukan pekerjaan apapun bahkan saat dia berjalan ke dapur mereka Langsung menghadang seakan dapur adalah tempat yang berbahaya.

Liera mendengus lagi dan lagi. Dia tidak paham dengan situasi saat ini. Semua berjalan terlalu cepat bagi dirinya, dia tidak terbiasa dengan hal seperti ini.

Liera menatap kedua ponsel miliknya di atas meja di depan sofa yang saat ini sedang dia duduki. Kedua ponsel itu miliknya, satu merupakan ponsel biasa yang bahkan sudah lecet di mana-mana, itu adalah ponsel yang di beli atas kerja keras Liera selama ini, ponsel itu sudah lama di tangannya sudah sekitar empat tahun dia gunakan. Sudah sangat tidak layak untuk di gunakan namun masih berfungsi cukup baik.

Ponsel yang satu adalah pemberian dari Reynand. Ponsel keluaran terbaru dan tentu sangat bagus dan melebihi ponsel miliknya. Di dalam ponsel itu hanya ada tiga nomor yang tak lain adalah nomor Reynand, ibu panti dan sahabat Liera, Cecilia. Liera sengaja menambahkan kontak Cecilia karena sahabatnya itu adalah orang yang Liera sayangi seperti saudaranya sendiri. Cecilia juga sempat berada di panti asuhan namun kemudian dia memilih untuk keluar dan membiayai dirinya sendiri untuk kuliah. Tidak ada yang salah dengan hal itu bukan, bahkan Liera juga di minta untuk membiayai kuliahnya sendiri oleh buk Leha tanpa harus membantu panti. Namun Liera tidak ingin melakukan hal itu, dia tidak ingin ibu panti mengurus panti seorang diri.

Dering di ponsel lama Liera membuat gadis itu tersadar dan langsung mengangkat panggilan dari sahabatnya yang baru saja dia pikirkan. Dia sangat merindukan Cecilia.

"Liera, maaf aku tidak datang ke pernikahanmu, kau tau bukan di sini susah sinyal dan sangat jauh untuk aku kembali" ucap Cecilia di sebrang sana.

Liera tersenyum mendengarnya. Meski dia sedikit kecewa karena Cecilia tidak Hadir di pernikahannya tapi Liera sudah memaafkannya.

"Tidak apa-apa Cecil, jangan merasa bersalah seperti itu. Lebih baik sekarang kamu istirahat dan bukankah kau besok sudah harus pulang?" Tanya Liera di akhir kalimatnya.

"Ya, kapal kami akan berlayar besok, aku sudah sangat merindukan kalian" Cecilia terdengar lirih dari sebrang sana. Siapa yang tidak akan merindukan keluarga yang sudah lama tak di jumpai karena harus pergi cukup lama.

"Cecil, cepatlah pulang. Aku merindukan Agam" ucap Liera lalu terkekeh kecil saat mendengar dengusan dari sebrang sana.

"Liera jangan genit. Sekarang kau sudah menikah kau akan memiliki milikmu sendiri" ucap Cecilia terdengar sangat kesal.

Liera hanya tertawa kecil. Cecilia memang selalu seperti itu jika Liera berbicara nama Agam mungkin dia sedikit kesal karena Agam lebih dekat dengan Liera daripada dengan Cecilia.

"Tapi aku merindukan Agam, bagaimana keadaan dia?" tanya Liera tak mau berhenti.

"Dia sangat bahagia di sini. Hah aku juga heran dengan Agam, padahal di sana lebih nyaman tapi dia lebih suka di tempat terpencil seperti ini. Bahkan tiga hari yang lalu dia pulang dengan pakaian kotor dan tangan yang menentang ikan besar. Huh aku tak habis pikir Liera, tapi di sini semua orang menyayangi kami"

"Tapi aku lebih menyayangi kalian" ucap Liera.

"Ya ya, tentu saja. Tapi aku ragu apa kau benar-benar menyayangiku atau hanya menyayangi Agam?"

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang