7

390 16 1
                                    

"Sayang, pakaikan dasi untukku" Reynand datang menghampiri Liera dengan sadi yang sudah dia pilih.

Liera yang awalnya hendak turun dari atas ranjang akhirnya mengurungkan niatnya, dia lebih memilih memperbaiki letak pakaiannya sebelum meminta Reynand duduk di sampingnya.

Reynand menurut dan segera memberikan dasi miliknya untuk Liera pasangkan. Kehidupan seperti ini yang Reynand inginkan, di layani oleh istrinya dari pagi hingga malam hari, sungguh menyenangkan.

"Aku akan kembali sibuk bekerja, kemungkinan makan malam pun tidak akan di rumah" ucap Reynand memberi tahu Liera.

Wanita itu mengangguk dengan pelan, jujur saja menikah dengan Reynand membuatnya harus menerima dan berteman dengan rasa sepi. Bayangkan saja, Reynand yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam, lelaki itu hanya punya sedikit waktu di pagi hari dan waktu malam hari bersama Liera.

Bagi Liera itu tidaklah masalah, tapi Reynand terlalu mengekang hidup Liera, wanita itu tidak di izinkan keluar rumah selangkah pun bahkan tidak di izinkan untuk orang lain menemui Liera.

Bagi Liera ini adalah siksaan yang lembut, tak terlihat namun mematikan, dan itu semua tidak bisa Liera bantah karena sadar jika dia menikah dengan Reynand karena satu hal.

"Bisakah hari ini aku keluar?" Tanya Liera hati-hati mencoba keberuntungan di pagi hari ini karena dia merasa sudah cukup menjadi istri yang penurut beberapa hari ini.

Jika hari-hari biasa maka Reynand akan memarahinya dan berakhir mengikat tangan Liera, sangat berlebihan kan.

Tapi hari ini Reynand hanya diam tak bersuara, seperti berpikir namun akhirnya menggeleng tegas membuat Liera menghela nafas pasrah.

"Diam lah di rumah dengan tenang, sayang. Nanti malam aku ajak kamu makan di luar" ucap Reynand yang tentu berusaha membuat Liera senang.

Wanita itu hendak menolak namun dia sadar jika suaminya ini pasti tidak akan memberikan kesempatan di lain hari jika kali ini dia menolak.

"Baiklah, berarti kamu akan pulang lebih awal, kan?" Liera tersenyum lembut.

Reynand mengecup bibir Liera sekilas dengan senyum hangat yang belakangan ini selalu menyapa pagi Liera.

"Tentu saja, istriku lebih penting daripada setumpuk dokumen" ucap Reynand sungguh-sungguh namun bagi Liera, dia sebisa mungkin tidak terhanyut dengan dambaan jika kata-kata itu benar.

Bagi Liera, Reynand itu seperti air yang selalu terlihat tenang, namun sedetik kemudian bisa menenggelamkan kemudian menyapa dengan halus. Sampai saat ini Liera bahkan tidak bisa membedakan perkataan Reynand di saat dia berkata jujur atau berbohong.

"Aku tunggu" jawab Liera pelan.

Meski dia tidak memahami Reynand, meski dia tidak tau Reynand yang sebenarnya tapi dia tau jika hatinya sudah dia jatuhkan pada sosok Reynand, suaminya yang entah sejak kapan sudah dia cintai.

"Nanti akan aku kirim Nindi untuk mengantarkan pakaian yang harus kamu pakai nanti malam," kemudian setelah Liera mengangguk, sekali lagi Reynand mengecup Liera di segala titik wajahnya hingga dia puas dan pergi berangkat kerja.

Melihat Reynand yang pergi kerja, Liera segera berlari ke kamar mandi karena mual yang mendera dirinya. Belakangan ini dia mual karena terus berada di taman sepanjang sore hari, sungguh angin sore ternyata cukup membahayakan bagi kondisi tubuh Liera yang rentan sakit.

Liera terduduk di bawah wastafel memegangi perutnya yang sedari tadi terasa mual. Dia berfikir apakah masuk angin hanya membuat orang mual saja? Kerena jujur Liera merasa mual namun tubuhnya cukup sehat tidak seperti orang sakit.

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang