Happy Reading! ✨
Monitor terus menyala, cahaya nya menerangi ruangan yang hanya diterangi oleh beberapa lampu tumbler. Suara mouse dan keyboard saling bersahutan. Tapi itu semua tak menganggu aktifitas Shani yang fokus pada permainannya. Game adalah cintanya, tak bisa di bantah dengan apapun. Tak hanya game yang ada di dalam komputer yang Shani punya, berbagai macam PS dia simpan dengan rapi di ruangan nya. Yaa, Shani si gamers.
Tok! Tok! Tok!
"Nak, makan dulu yuk. Sudah mau malam ini" Suara sang ibunda terdengar samar, namun Shani bukanlah orang yang suka mengabaikan. Apalagi itu sang ibunda, selain kena amuk nantinya, bisa saja ruangan ini akan di kunci selamanya.
"Sebentar Bunda! Shani sedang menaikkan rank!" Sahut Shani.
"Kalau tidak keluar sekarang, Bunda jual habis semua game kamu itu" Buru-buru Shani melepas headphone yang bertengger di kepalanya, lalu melompat dengan segera membuka pintu ruangannya.
"Hehehe, Bunda bisa saja. Yuk makan Bun!" Shani dengan wajah riang nya menggandeng tangan sang Ibunda menuju lantai bawah.
"Di ancem gitu baru nurut" Cibir Bunda. Shani hanya tertawa mendengar nya.
••••••••••
"Ayah, tolong atur lagi jadwal Shani untuk ke kantor ya. Anak ini gak ingat waktu kalau udah nempel sama ruangan itu" Bunda Shani berkata dengan nada sinis sambil menatap suaminya dan juga Shani. Sedangkan Shani, dia menatap Bundanya dengan tatapan tak percaya.
"Yah, kok Bunda gitu? Shani kan udah ada disini" Shani memelas.
"Loh? Gapapa toh Bun, Shani juga butuh istirahat" Ayah menjawab ucapan sang Bunda.
"Iya butuh istirahat, tapi gak sebulan juga kamu kasih dia istirahat. Yang ada dia keburu jenggotan sambil main game. Mana ada yang mau nanti sama anakmu itu" Omel Bunda. Ayah sudah pasrah, memang benar yang di ucapkan istrinya itu. Shani kalau sudah di kasih kebebasan, bablasmya minta ampun.
"Yasudah, Shani besok kamu ke kantor. Urus lagi kantor itu" Titah Ayah, Shani menekukkan wajahnya, dengan kesal dia meminum air dalam gelas dengan cepat.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
"Nah kan, makanya nurut. Kualat kan" Omel Bunda.
"Dah tuh muka jangan di tekuk gitu, gak cocok. Udah tua" Ledek Bundanya sambil tertawa. Ayahnya pun ikut menertawakan Shani.
Makan malam pun berlanjut dengan candaan candaan yang dilontarkan keluarga kecil itu. Walaupun Shani anak tunggal, dia tak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari orang tua nya. Begitu pun hingga Shani sudah mulai dewasa.
••••••••••
"Shani, pilih aku atau PS5 kamu itu?" Tanya seorang wanita cantik sambil mensedekapkan tangannya melihat ke arah Shani yang fokus pada game nya.
"Sebentar lagi sayang, janji. Ini mau menang, sebentar lagi yaa. Dua menit deh dua menit" Ucap Shani yang fokus pada game yang ada di PS5 yang baru dia beli kemarin.
"Tau gitu aku gak bakal kasih kamu izin buat beli. Udahlah, kamu tidur aja di luar sama PS kamu itu. Jangan coba-coba buat dobrak kamar ya" Gracia, wanita itu keluar dari ruangan Shani sambil menghentakkan kaki nya. Dengan cepat Gracia masuk ke kamarnya.
Shani itu, tak melihat kah dia bagaimana pakaian Gracia saat ini. Rezeki di tolak. Gracia saja kalah oleh gamenya, apalagi yang lain. Memang game adalah cintanya, dan Gracia juga cintanya, hanya saja di bawah game.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paillettes De Verre
Teen FictionBxG 🔞 ❗WARNING❗ ❌Semua yang ada disini Fiksi❌ ❌Jangan membawa ke kehidupan nyata❌ ❌Tidak untuk di tiru adegan yang ada❌