Lips & Soulmate

773 63 6
                                    

Happy Reading! ✨

Seorang perempuan tengah duduk di halte bus sekolah. Matanya bergerak kesana kemari melihat ramainya orang yang melakukan kegiatan berbeda-beda. Ada yang diam seperti dia, ada yang berjalan menuju parkiran, ada yang akan menaiki mobil. Oh tapi tunggu! Matanya tak sengaja melihat laki-laki yang menatap dirinya. Bahkan tersenyum padanya saat mata mereka saling menatap untuk beberapa detik. Perempuan itu tak minus atau apapun itu, malah dia takut kalau misalkan itu adalah hantu! Jarak mereka terpaut cukup jauh, tapi entah mengapa saat melihatnya membuat perempuan merinding. Apa mata batin perempuan itu sudah mulai terbuka? Sejak kapan? Sejak tadi kah?

Laki-laki itu memakai pakaian dengan setelan yang formal. Memakai rompi, jas, dasi, jam tangan, ohh jangan lupakan kacamata yang menambah kesan gagah secara bersamaan. Tapi nyatanya, semua yang dipakai laki-laki itu tak mampu membuat si perempuan menatapnya cukup lama. Kenapa? Karena dia hantu!

Perempuan itu menundukkan pandangannya, melihat pada sepatunya. Tali sepatunya lepas entah sejak kapan. Akhirnya dia pun turun dan berjongkok untuk menyimpulkan kembali tali itu.

Tap! Tap! Tap!

Langkah kaki itu terdengar dari arah depan tubuh si perempuan. Mau tak mau perempuan itu mendongak melihatnya.

"Hai Gracia" Gracia kaget, ternyata sosok di depannya ini adalah laki-laki yang tadi Gracia bilang hantu. Gracia ingat bagaimana pakaian dan aksesoris yang laki-laki hantu itu pakai. Ingat sekali! Sangat ingat!

"Hai" Sapa kembali laki-laki itu. Gracia mengedipkan matanya berkali-kali, menyadarkannya dari pikirannya yang berkelana. Lalu Gracia berdiri dengan cepat sambil merapihkan bajunya.

"A-ah sorry" Ucap Gracia gugup, jemarinya saling bertautan, bibir bawahnya yang tebal dia gigit untuk menahan gugup yang melandanya. Laki-laki itu tersenyum melihat betapa lucunya Gracia saat gugup.
Laki-laki itu melihat ke sekeliling, orang-orang sudah mulai pulang. Hanya segelintir orang saja yang ada, mungkin menunggu jemputan atau ada kegiatan lain.

Pandangannya kembali melihat Gracia yang menunduk. Laki-laki itu mendekat, semakin mendekat ke arah Gracia. Sedangkan Gracia, dia merasa kalang kabut. Takut kalau misalkan laki-laki ini hantu, tapi itu tak mungkin pikirnya. Kaki yang panjang milik laki-laki itu menapak pada tanah yang sama-sama mereka pijak. Atau mungkin, orang yang di depannya ini penculik?! Gracia dengan reflek mundur menghindari laki-laki itu. Tapi bukannya malah diam, laki-laki itu malah terus berjalan mendekat ke arah Gracia.

Duk!

Paha Gracia sudah terkena kursi halte. Itu artinya dia tidak ada space untuk kembali mundur. Mau lari langsung pun dia takut, takut di tembak karena pasti laki-laki ini membawa pistol di balik jas nya. Laki-laki itu tertawa kecil melihat Gracia yang semakin gugup saja.

"Tidak usah takut, saya gak bakalan apa-apain kamu kok" Ucap laki-laki itu. Gracia melihat ke atas, melihat laki-laki yang bertubuh tinggi itu menatapnya. Dengan ragu, dia mengangguk walau takut sebenarnya.

Tapi tanpa permisi, tangan laki-laki itu terangkat mengusap surai rambut Gracia yang panjang.

"Cantik, sangat cantik" Gumam laki-laki itu sembari tersenyum.

Gracia merasa tidak tenang dalam posisi seperti itu. Ya, you know lah. Siapa yang tidak takut dan kaget secara bersamaan? Gracia rasa kalian akan lari terbirit-birit
Sebenarnya, Gracia juga bisa saja lari detik itu juga. Tapi ingat, Gracia takut di tembak!

"Ayo pulang, saya antarkan" Ucap laki-laki itu, tentu saja Gracia menggeleng dengan cepat. Siapa dia? Mengapa mengajaknya pulang?!

Laki-laki itu tertawa melihat Gracia. Kemudian kembali mengusap surai rambut panjang Gracia.

Paillettes De VerreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang