Chapter 5

563 95 35
                                    

°Ex°

"Kau yakin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin?"

Shienna mengangguk, ia tidak memiliki pilihan lain. Biaya kehidupan semakin meningkat kian hari dan tabungan Shienna miliki tidak boleh mencapai titik nol. Shienna tidak hidup sendiri, Shienna punya Jian dengan segala kebutuhan harus dipenuhi. Sereal Jian setiap pagi, buah-buah segar Jian sukai, isi kulkas melimpah ruang, jejeran susu di pintu kulkas, iringan toples diatas meja belajar Jian atau pena warna sering habis seiring kanvas Jian menyalurkan hobi.

Belum lagi biaya sekolah Jian, biaya pemeliharaan lingkungan rumah, pembayaran pengangkutan sampah, pembelian listrik dan air atau dana darurat kalau-kalau diantara mereka berdua jatuh sakit. Sebagai seorang ibu, single parent pula... Shienna harus menanggung beban semua itu seorang diri. Ia tidak ingin merenggut satu kebutuhanpun dari Jian. Sebab semenjak awal, alasan Shienna hidup hanyalah darah dagingnya yang berharga.

Hidup di jantung kota tidak pernah mudah, lalu kembali ke Daegu bukanlah pilihan. Mau tidak mau, Shienna harus bertahan apapun caranya.

"Iya, aku bisa mempelajarinya dengan cepat bibi."

"Tapi pekerjaan ini tidak cocok untukmu, Shienna."

"Aku akan sangat berterimakasih kalau bibi memberiku kesempatan."

Pemilik kedai kopi, bibi Kwon menghela napas dengan raut wajah menyayangkan jalan hidup Shienna. Kedatangannya siang ini bukan untuk memesan satu atau tiga cup cokelat hangat serta kopi menemani pekerjaannya di kantor, namun kedatangan Shienna adalah menginginkan posisi kasir tengah dibutuhkan Kwon dengan menempelkan selembar kebutuhannya di kaca depan kedai.

"Aku tidak bisa memberimu gaji sebesar yang kau dapatkan di Realty."

"Bukan masalah besar, bibi memang harus memberikan upah sesuai pekerjaan kan?" senyuman Shienna tidak pernah luntur ketika berbicara. Tetapi Kwon memahami, betapa berat pundak wanita itu hingga sekarang.

Semenjak Shienna pindah ke Seoul, ia telah mengenal bibi Kwon. Bahkan pernah beberapa kali menitipkan Jian masih kecil saat itu padanya sebab Shienna harus mencari pekerjaan lain setelah pekerjaan sebelumnya Shienna di cut-off begitu saja. Ia tidak mampu membayar tempat penitipan anak, lalu bibi Kwon merasa iba dan menawarkan diri menjaga Jian selama kepergian Shienna menyusuri setiap jalanan Seoul.

"Shienna." bibi Kwon menggenggam tangannya lembut, malang... benar-benar malang nasib wanita cantik dihadapannya ini. Ditinggal mati oleh pria sangat menjaganya, lalu kini harus kembali menata kehidupan usai kehilangan pekerjaan lagi.

"Bagaimana, boleh aku bekerja disini?"

Bibi Kwon mengangguk, lantas tawa Shienna terdengar menyakitkan didalam telinganya. Ia memeluk Shienna erat, memberikan rasa hangat yang sudah lama sekali tidak Shienna dapatkan dari seorang ibu. Sembilan tahun yang lalu? ahh, bukan, sepertinya sudah lebih dari sembilan tahun tidak ada tangan wanita yang mengusapi rambut panjangnya.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang