Chapter 8

416 95 43
                                    

Halo, Ex disini
°Ex°

Halo, Ex disini°Ex°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Menutup kedai bibi Kwon dipukul sepuluh malam, menyampirkan tas ransel milik Jianne dibahu dan mengeratkan coat cokelat muda sebetis ia pakai— Shienna memilih berjalan kaki menuju rumah sembari menikmati udara malam kendati langkahnya kian memelan. Cuaca tidak terlalu buruk kendati angin berhembus. Orang-orang masih banyak melakukan aktivitas diluar. Mungkin karena malam akhir pekan.

Menerima pesan bibi Kwon lima belas menit lalu, "Sepertinya kami akan terlambat tiba dirumah, tidak apa-apa kan? Jianne baik-baik saja." Shienna juga memahami ketika akhir pekan, banyak sekali pengguna kendaraan umum. Hal tersebut pula menjadi alasan lain Shienna berjalan kaki sekarang.

Mengenakan alas kaki nyaman dengan dua plester luka pada masing-masing kaki— kedai hari ini ramai. Shienna disibukkan melayani pelanggan, membersihkan meja usai ditinggalkan pelanggan yang menikmati minuman mereka disana, merapikan kursi seperti sedia kala rapi, membuang sampah keluar kedai bahkan membantu barista menyiapkan pesanan siap jemput. Sampai Shienna baru menyadari sendi-sendi kakinya menjadi sakit dan betisnya seolah tertarik sekarang.

Ia menghela napas cukup panjang.

"Tidak apa-apa bibi, aku titip Jianne ya bi." balas Shienna pada bibi Kwon yang mengajak Jianne pergi sejak sore tadi. Mengunjungi kerabat. Jianne memiliki kebetahan setipis tisu itupun langsung bersemangat mendengar ajakan bibi Kwon. Shienna tak ingin Jian membantunya kendati hal yang dilakukan Jian hanyalah sebatas menemai Shienna berdiri di kasir, menemani Shienna membersihkan meja dan menemani Shienna berjalan kesana-kemari di kedai.

Rasa bersalah dan sesaknya menguap. Sebenarnya, Jianne tidak pernah mengangkat sampah— tidak pernah selama Jungkook ada disisi mereka. Jungkook memanjakan Jian, merayakan kehidupan Jian dan menjaganya penuh kehati-hatian. Lalu ketika Jungkook tak ada lagi diantara mereka, Shienna merasa Jianne berbuat demikian agar Shienna tak kesulitan sendirian. Namun hal tersebut pula membuat Shienna menyesak. Ia membuat putrinya berada dalam situasi sulit. Shienna tidak suka pada dirinya sendiri sebab Jianne harus merasakan kesulitan.

Mengecek surel sempat ia kirimkan pada perusahaan asing. Shienna tak lagi mendapati jadwal interview setelah resumenya diterima. Jungkook pernah bekerja freelance untuk mereka dan Shienna berharap ia bisa mengikuti jejak Jungkook diperusahaan asing tersebut. Menyimpan kembali ponselnya dalam saku coat, kedipan mata Shienna melambat mendapati tawa riang anak kecil tengah berlari. Disusul sang ayah lekas menggandeng tangan agar tidak terjatuh.

Shienna berjalan lebih ketepi, memberi ruang untuk mereka dengan tawa semakin terdengar ke telinga Shienna.

"Papa ayo cepat lari. Kita harus cepat dan bertemu mama." suara kecil itu Shienna dengarkan.

"Iya, tapi jangan melepas tangan papa." sahut sang papa sepertinya berubah pikiran lantas menggendong putranya dan meletakkan pada bahu. Berlari pelan menghasilkan tawa lebih bahagia dan sang anak.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang