Chapter 10

416 91 31
                                    

Shien's—

°Ex°

Shienna Sien pada akhirnya tidak memiliki pilihan selain memesan semangkuk bubur serta sarapan pagi mereka melalui aplikasi pemesan makanan siap saji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shienna Sien pada akhirnya tidak memiliki pilihan selain memesan semangkuk bubur serta sarapan pagi mereka melalui aplikasi pemesan makanan siap saji. Jianne tidak melepaskannya semalaman, ia tidur dalam dekapan Shienna sementara Shienna beberapa kali terkejut dalam lelap guna memeriksa suhu tubuh sang putri. Lalu pada pukul sembilan pagi sekarang, baru Jian tidur terlentang mengendurkan genggaman tangannya pada Shienna.

Suara ketukan pintu, Shienna segera memakai rajut dan membawa sejumlah uang membayarkan pesanan ia lakukan. Namun begitu pintu rumah Shienna buka, bukan pengantar makanan mereka yang berhadir. Melainkan bibi Kwon dengan senyuman canggung berdiri didepan pintu membawakan dua rantangan makanan.

"Bibi segera kemari begitu kau memberitahukan tidak bisa bekerja hari ini karena Jianne demam. Bagaimana keadaannya? apa sudah lebih baik?"

Shienna mengangguk pelan, "silahkan masuk." katanya melebarkan pintu dan memberikan ruang bibi Kwon masuk. "Jian sudah lebih baik pagi ini, tapi kurasa akan lebih baik untuk Jian beristirahat hari ini. Maaf memberitahukannya mendadak." kata Shienna duduk di kursi dan memandangi bibi Kwon mengatur bawaannya diatas meja makan. Ada sup ayam utuh, sup tahu, semangkuk besar nasi, serta japchae— Jian suka.

"Bibi tau kau pasti tidak bisa tidur semalaman, kan? makanlah. Ini baik untuk memulihkan energi." Shienna terdiam beberapa saat memandangi ketelatenan bibi Kwon menghidangkan Shienna sup. Ia lantas mengangguk dan mengambil satu sendok dimasukkan ke mulut.

"Maaf." ucap Shienna sebelum menghela napas berat. "maaf sudah marah dengan meninggikan suara pada bibi Kwon—"

"Sudah sepatutnya begitu. Lagipula bagaimana bisa bibi mempercayakan Jian pada seseorang yang baru pertama sekali bibi temui." bibi Kwon masih dengan kesungkanan. "bibi yang seharusnya meminta maaf telah membiarkan Jianne pulang dengan orang yang baru pertama bibi lihat dan membuatnya sakit seperti ini. Kau pasti sangat mengkhawatirkan Jianne."

Shienna menggeleng, tiga sendok memasuki lambung rasanya sudah penuh. Shienna kesulitan menelan sementara waktu sampai bibi Kwon menyodorkan minuman agar Shienna bisa bernapas lebih baik. Kantung mata lumayan gelap, garis wajah kelelahan, bibir pucat Shienna membuat bibi Kwon kasihan. Wanita ini.... kembali terlihat seperti pertama kali bibi Kwon mengenalnya. Wanita muda dengan netra berkaca-kaca seolah tengah terlantung. Kehilangan banyak energi meskipun hanya duduk, sering melamun lalu diam-diam menyeka air mata dan menggeleng buru-buru.

"Sebenarnya dia bukan orang asing untuk Jian." suara Shienna memelan seiring ia mengaduk-aduk suiran ayam dalam mangkuk kecil dihadapannya. "pria itu— um, dia ayah kandung putriku. Dia ayahnya Jianne." kata Shienna bergetar.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang