Chapter 9

455 91 22
                                    

°Ex°

Selamat ter- 'hah, eh, ahhh 😜'

Selamat ter- 'hah, eh, ahhh 😜'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dua menit lalu Jianne telah berhenti menangis. Napasnya mulai tenang dan wajahnya telah disapu dari air mata serta rambutnya kembali rapi usai kusut sebab bersembunyi dalam dekapan Taehyung. Dan dua menit Jianne hanya diam dibelakang Taehyung yang meliriknya dari spion motor. Wajah kecil Jian tersapu angin tengah menyandar pada sisi samping tubuh Taehyung melipat bibir, menggigit bibir bawahnya sesekali dan mengerucutkannya kedepan.

Apapun dilakukan Jian agar kecanggungannya teralihkan setelah sempat mengatakan, "Jangan bertanya apapun pada Jian, ya. Jian menangis karena urusan keluarga. Kim Taehyung Sajangnim kan bukan—"

"Ck... terserah."

Kecepatan sedang berakhir membawa motor Taehyung ke kediaman Jianne. Ketiga kalinya Taehyung kesana. Dan ketiga kali ini pula ia mendapati hal signifikan mengenai Shienna. Kali pertama wanita itu dalam balutan jaket melempar sampah, lalu kali kedua hujan melucuti Shienna bersimpuh memeluk putri yang ia cari-cari keberadaannya selama hujan. Lantas kali ini, Shienna Sien tengah berdiri di jalan sembari meremat payung dan telapak tangan kanannya mengenggam udara sangat kuat disisi tubuh.

Bibir plum mengatup dan sorot mata begitu menusuk, Taehyung menghentikan motornya tepat disamping Shienna lalu menoleh memperhatikan wanita sudah lama sekali tak dilihatnya sedekat ini. Sayangnya Shienna tak membalas tatapan pria itu sesekon pun. Ia berpaling pada gadis di jok belakang membuat Taehyung meremas stir motor hingga urat tangannya tercetak cukup jelas.

"Mama." Jian melepas diri memeluk Taehyung, "Jian bertemu Kim Taehyung sajangnim di halte sambil menunggu bus datang, dan... eh, payungnya mama." Jian menutupi kepala dengan kedua tangan kecilnya begitu hujan turun dalam hitungan detik. Nyaris dalam hitungan menyerbu bumi dan akan membuat ketiganya menjadi lucut tanpa pergerakan Shienna pada payung menjadi subjek amarahnya beberapa waktu lalu.

"Mama." dan tarikan tangan Jian seolah air membilas api. Shienna mengembangkan payung melindungi Jian agar hujan tak semakin menghantam kepala putrinya. Jian memanggil sekali lagi, menutupi sisi bibir dengan satu telapak tangan agar Taehyung tak mengetahui apa yang tengah Jian katakan pada Shienna. "Mama, Jian sudah diantar pulang dan dibelikan minuman. Bagaimana? sepertinya tidak apa-apa kalau Kim Taehyung sajangnim menunggu hujan reda dirumah kita?"

"Terimakasih sudah mengantarkan putri saya. Ini kali terakhir anda tidak sopan untuk bersikap dermawan memberikan putri saya tumpangan. Ayo masuk Jianne." kata Shienna menggenggam tangan Jian.

Namun langkah kaki Jian seakan terpaku ditempat. Ia tak mungkin membiarkan Taehyung kehujanan dalam perjalanan pulang, apalagi angin ikut berhembus kencang. Bagaimana bisa Jian bersikap jahat sementara Taehyung dua kali membantunya. Sungguhan tidak adil.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang