prolog

3K 192 0
                                    

"wake up Ken!"

Sekeras apapun William berteriak, anak sulungnya ini tidak akan beranjak dari tempat hibernasi nya. Selain keras kepala, anak sulungnya ini sangat susah bangun ketika sudah menjelajahi alam mimpi.

"i'm sleepy papa, shut up!. five minutes"

Merasa sedikit kesal, William menarik selimut yang menutup tubuh Logan dan menarik kaki anaknya sehingga kakinya menapak di lantai sedangkan tubuhnya masih terlentang di kasur

"papa!!"

"look outside"

Logan tau apa yang di maksud papanya, ini memang sudah siang dan sinar matahari sudah melewati celah gordennya, tapi masa bodoh dengan itu. Logan tetap setia dengan selimutnya

Ken atau Logan, sama saja. Nama lengkap nya Arkenzo Logan Einstern, anak sulung dari William Einstern. Papa nya sangat suka memanggil nya Ken, sedangkan Logan lebih memilih di panggil Logan. Hanya papa dan adiknya yang memanggil nya Ken

Tidak tau kah mereka jika Logan sering merasa aneh ketika di panggil Ken, tapi tetap saja mereka kekeuh dengan panggilan itu

William yang merasa anaknya sudah bangun memilih keluar dari kamar itu, meninggalkan Logan yang terdiam mengumpulkan nyawanya.

Bukan mengumpulkan nyawanya, lebih tepatnya melamun. Pikirannya mengingat-ingat mimpi yang di alaminya, mimpi yang lagi-lagi menampilkan orang yang sama. Sebenarnya bukan tanpa alasan Logan sering tertidur dan susah sekali di bangunkan. Logan lebih sering terbangun di tengah malam, membuatnya letih karena terkadang dia menangis secara tidak sadar, bahkan terbangun dengan keadaan terkejut.

Mengusap wajahnya kasar, Logan beranjak masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri dan menyegarkan pikirannya dengan berdiri di bawah shower, membiarkan air mengalir menghujani kepalanya.

*****

"Pagi orang ganteng, aelah cakep bener anaknya ayah Chiko ini. Besok yang jadi bini gua pasti hidupnya bahagia sejahtera"

Abaikan saja laki-laki yang berdiri di depan cermin sembari memuji dirinya sendiri ini. Namanya Kenzi Gaviano. Orang-orang terdekat nya memanggil nya Kenzi, hanya sahabat dan orang tuanya, sedangkan panggilan umumnya adalah Gaviano

Sembari memakai dasinya, Gaviano bersenandung kecil. Bisa dibilang anak ini rajin bangun pagi, dan selalu sudah siap dengan seragamnya ketika ayah atau bunda nya masuk ke kamarnya.

Tapi, walaupun pagi hari sudah bersiap. Gaviano pasti akan telat datang ke sekolah. Gaviano sering berniat untuk terlambat, entah apa alasannya di jalan. Yang unik, dia bahkan pernah bangun jam 5 pagi dan berangkat jam 6. Tidak ada yang aneh jika di dengar, yang aneh adalah anak ini memilih berjalan kaki daripada naik motor. Jika naik motor saja membutuhkan waktu hampir setengah jam dari rumah sampai sekolah nya, bagaimana jika jalan kaki. Sudah di pastikan Gaviano akan terlambat masuk sekolah

"Rajinnya, udah ganteng aja anak bunda"

"Iya dong, udah siap ngasih bunda menantu"

Mendengar ucapan ngelantur anaknya, Sera selaku ibunda dari Kenzi dengan sukarela melayangkan tangannya memukul pelan kepala Gaviano membuat anak itu mengaduh sembari menjauhkan tubuhnya

Emang suka main tangan bundanya ini, kadang Gaviano sampai mikir, dulu waktu remaja bunda ini kayanya bar-bar banget. Anaknya sendiri aja kadang di pukulin

"sakit bunda"

"lah kamu pagi-pagi udah ngaco, turun cepet kita sarapan. Sekali-kali kamu ini berangkat sekolah yang bener, berangkat pagi sampe sekolah siang. Ngapain kamu di jalan hah? ngamen?"

Daripada mendengarkan celotehan bundanya Gaviano lebih memilih mendorong tubuh bundanya keluar kamar, dirinya juga ikut serta keluar kamar tentu saja "udah ya bunda ngomelnya, masih pagi. Sarapan dulu yuk Ano laper, Ano yakin ayah Chiko udah kesel nunggu kita lama banget turunnya"

Emang pinter ngeles, mirip bapaknya.

*****

"gak boleh! masih pagi"

Belum sampai satu buah anggur masuk ke dalam Logan, tangan lain sudah mengambil paksa dan menaruh kembali anggur yang Logan pegang ke keranjang buah

"Theo!!"

"Sarapan dulu Ken, nanti di marahin mama"

"Aku ini kakakmu, bersikap sopan lah sedikit"

"ey apa yang kamu maksud? aku mengingatkan untuk sarapan terlebih dulu sebelum memakan buah favorit mu itu, perutmu masih kosong"

"very chatty"

Memilih abai, Theo yang berstatus adik dari Logan memilih duduk diam di kursi. Membiarkan kakaknya yang menggerutu sembari menatapnya sengit. Apa Logan kira Theo takut? tidak tentu saja, untuk apa Theo takut dengan kakaknya. Backing an dia kan papa William

"morning"

"morning too papa"

Hanya Theo yang menjawab sedangkan Logan mengacuhkannya, dia masih kesal dengan papa nya di pagi hari tadi. Tambah kesal dengan Theo yang menggangu nya.

Pagi hari sudah bad mood saja rasanya

"Ken good morning" Ulang William sembari duduk di kursi nya

"too"

Cukup gelengkan kepala saja William meladeni sikap Logan. William sering berpikir, apa dulu bayinya tertukar? kenapa sifat William tidak mirip dengannya, bahkan istrinya Vey pun tidak bersikap seperti Logan. Anak siapa Logan ini, kenapa keras kepala, labil, dan pemarah. Bahkan William mengakui, Theo yang berstatus adiknya lebih dewasa daripada Logan. Dari sifatnya, Theo mirip dengan William. he's calm boy. Tapi ada minusnya, bungsunya ini bisa dibilang anak yang polos, dari pada polos lebih ke mudah sekali di bodohi. William tidak heran, istrinya juga seperti itu. Mudah sekali dibodohi.

Melirik ke arah istrinya yang tengah menyiapkan makanan, William terkekeh geli. Mungkin jika ada yang ingin menculik istrinya atau Theo akan sangat mudah sekali.

****

"ayah!! Rese ah"

Chiko tertawa pelan mendengar dengusan dari anaknya. Melihat mulut anaknya yang belepotan saat makan membuat Chiko harus membersihkannya dengan tisu

"ayah ga salah manggil kamu baby bos kan, kamu makan aja masih kotor, di rumah aja manja, giliran di luar rumah udah kaya preman kampung. Udahlah balik aja ke kamar, pake pampers minum susu pake dot"

"ayah!! diem deh, dari pada jail di rumah, mending ayah balik lagi sana kerja. Kasus orang mulu yang ayah urusin, lama-lama ayah yang bakal Ano kasus in"

Mengakhiri makannya dengan minum, Chiko fokus menatap anaknya yang mengomel tapi tetap memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Bahkan ketika habis pun, Gaviano kembali mengisi piringnya. Chiko sampai heran, seberapa banyak Gaviano makan itu tidak akan mengubah bentuk tubuhnya menjadi gemuk. Tubuh Gaviano tetap kecil, hanya saja pipinya semakin bulat. Mungkin semua lemak yang Gaviano konsumsi masuk ke dalam perut.

"Kamu nyindir ayah nih ceritanya?"

"Ah udah deh, ayah diem aja."

Membiarkan suami dan anaknya, Sera tersenyum kecil. Moment sederhana ini sedikit sulit di dapat karena pekerjaan suaminya sebagai pengacara. Sering berangkat pagi dan pulang malam, tak jarang Chiko malah tidak pulang.

*****

who's he? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang