"diem mulu ken, kenapa nih?"
Logan hanya melirik dan menggeleng menjawab pertanyaan Theo. Lagipula dia jawab pun, dia tidak tau apa yang harus di ucapkan. Dia saja bingung dengan dirinya sendiri sejak kemarin.
"jam berapa?"
Bingung dengan kakaknya sendiri, Theo tidak langsung menjawab melainkan menatap lamat-lamat wajah kakaknya. Cukup lama setelahnya dia melihat jam tangan "Jam lima lebih"
"ayo berangkat"
"ehh" Theo memekik kala tangannya tiba-tiba di tarik.
Melihat Logan yang terburu-buru dan Theo yang pasrah di tarik membuat William dan istrinya saling menatap bingung, apalagi saat keduanya hanya meminum susu. Tidak berniat duduk dan memakan sarapannya
"Ken, Theo. ga mau sarapan dulu?" Tanya Vey
Logan menggelengkan kepalanya "mau coba makanan sekolah"
Ketika tau tangannya akan di tarik lagi, Theo buru-buru berbalik menarik tangan kakaknya "Ken, jam 6 aja belum ada. Kamu mau ngapain jam segitu di sekolah? Mending sarapan di rumah daripada di sekolah"
"Kalau kamu mau berangkat sendiri, yaudah sana" Cetus Logan dan langsung pergi keluar rumah
Beginilah Logan, keras kepala. Mereka sudah tidak heran, membantah ucapan Logan maka siap-siap saja menerima marahnya.
Memilih untuk abai, Theo duduk di kursi meja makan. Membiarkan Logan berangkat sekolah sepagi ini, sebenarnya Theo yakin ada hal lain selain mencoba makanan kantin. Bukan tipe Logan sekali
"lihatlah kakakmu, darimana menurunnya sifat keras kepala itu?" Tanya William memulai sarapannya
"mungkin papa juga keras kepala" saut Theo
"cih sok tau kamu, diantara teman Papa. Papa adalah yang paling sabar dari pada yang lain." William menjeda ucapannya, menghela nafas sembari menatap pintu luar dimana Logan yang sudah tidak terlihat
"Liat kakak kamu, rasanya kaya liat sahabat ayah"
*****
Sesuai ucapannya sendiri, Logan benar-benar makan di kantin. Tentu itu ada alasannya, dan alasan itu membuatnya sedikit tercengang
Tadi malam, dirinya kembali bermimpi hal yang sama, dan yang mengejutkan tempat di mana kejadian mimpinya berada di sekolah ini. Sekolahnya yang baru.
bahkan kantin nya benar-benar mirip, hanya beberapa yang sudah di renovasi
"mimpi sialan macam apa itu?" lirihnya menatap sarapannya
nasi dengan telur dadar
Hanya menu biasa, lidahnya belum terlalu bersahabat dengan makanan negara ini
Dengan tenang Logan menikmati makanannya sembari melamun, hingga tak sadar sebuah piring di letakkan di hadapannya. Tentu dengan orang yang meletakkan nya juga
"anak baru bang?"
Logan menoleh, wajah itu. Bukannya dia laki-laki yang dia temui saat membeli anggur?
"Ah bang, curhat bang. Gila aja ayah gue tega ga ngasih gue sarapan gegara gue sering telat dateng ke sekolah. Ayah gua nyuruh sarapan di sekolah, aelah padahal gua pengen masuk ke kelas jam tujuh pas. ck tau lah"
Sepertinya laki-laki yang di hadapan Logan belum menyadari siapa yang dia ajak bicara, anak itu terus mengoceh tanpa menatap wajah Logan. Pandangan matanya terus menatap ke arah makanannya sendiri yang terlihat sangat asing di mata Logan
Logan juga menyimak dan menyuapkan sarapannya hingga habis, dan hebatnya laki-laki yang di hadapan Logan terus saja mengoceh sembari makan.
Logan yang melihatnya saja sampai berdoa dalam hati semoga pemuda di hadapannya ini tidak tersedak karena terus berbicara
Sampai sarapannya habis, Logan setia mendengarkan pemuda di hadapannya berbicara, bahkan ketika Logan menyodorkan minumannya, pemuda itu menerima dan langsung meminumnya sampai akhirnya pemuda itu mendongak menatap wajah nya
Lagi-lagi ekspresi terkejut yang pemuda itu tunjukkan, saking terkejutnya air yang di dalam mulutnya menyembur hingga mengenai wajah Logan
Seharusnya jika itu Theo, Logan akan sangat marah bahkan jika sedang badmood dia bisa saja melempar sendok ke arah Theo. Tapi entah kenapa Logan tetap diam dan mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya
"uhuk!! anjir elo?!!"
Jika ini di dunia anime, seluruh tubuh Gaviano mungkin sudah mematung dan berubah menjadi abu-abu
Sial sekali ternyata sedari tadi dia berbicara kepada orang yang Gaviano blacklist. Tidak ingin di temui kembali
"Kamu gapapa?" Tanya Logan yang melihat Gaviano terbatuk-batuk
Anak tunggal Chiko itu hanya diam melongo, ternyata yang dia kira bule bisa berbicara bahasa Indonesia walau agak berbeda logatnya. Dan sial kenapa dirinya bisa bertemu lagi dengan laki-laki anggur dihadapannya ini
"lo?! ngapain lo disini?!!"
Logan mengerutkan keningnya sedikit bingung dengan pertanyaan Gaviano, memangnya apalagi yang dia lakukan di sekolah? tentu untuk belajar kan
"Aku? tentu saja bersekolah"
Melihat laki-laki dihadapannya ini kembali diam membuat Logan tentu saja kembali heran, apa bertemu dirinya benar-benar se-mengejutkan itu ya?
"nama kamu siapa?"
"Kenzi- AH anjir ngapain gue jawab?! bukan urusan lo"
Lagi-lagi Logan terheran, unik sekali laki-laki ini. Apa yang salah dengan dia menanyakan namanya, apa disini menanyakan nama se-sensitif itu? Jika iya maka Logan tidak akan menanyakan nama orang lagi
Logan mengangkat bahunya acuh, dia bangkit membawa tas dan piring bekas sarapannya, tak lupa gelas yang sempat untuk di buat minum Gaviano tadi
Lihatlah anak Chiko ini, kembali diam dengan ling lung seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Hiperbola sekali padahal hanya bertemu orang asing. Tapi bagi Gaviano itu sangatlah menganggu, dia merasa marah setiap kali menatap laki-laki itu, selain marah dia kesal dan dendam. Bukan dendam lebih ke kesal, sangat lah kesal padahal dia baru saja bertemu dengan laki-laki itu, bahkan pertemuannya tidak terlalu buruk
"Woy dedek, tumben pagi pagi sampe sekolah" Jevano datang dengan Bintang, menghancurkan lamunan Gaviano
"ck, kepo lo"
"sensi amat dek, ga dapet uang jajan?" Ujar Bintang sembari mencolek dagu Gaviano membuat laki-laki itu mengernyit jijik
"sok tau, kalau ga dapet mana bisa gue sarapan di kantin"
Gaviano menghabiskan sarapannya, membiarkan Jevano dan Bintang yang duduk diam melihat Gaviano makan
Aneh kan liatin orang makan, tapi Jevano dan Bintang mereka asik-asik aja. Apalagi melihat pipi Gaviano yang bergerak karena mengunyah, udah kenyang cuma liat Gaviano makan
"Menurut lo berdua, bagus ga kalau kita bully orang lagi?"
"kocak lo, ya jelas jelek lah" sewot Bintang, merasa aneh dengan pertanyaan yang di lontarkan Gaviano
"Tapi gue rasa, gue punya target. Gimana kalau kita mulai bully orang lagi? Gue yakin target gue sekarang enak banget buat di bully" Katanya dengan kekehan
Jevano dan Bintang bertatapan sebentar, menebak apa yang ada di dalam pikiran Gaviano
"Target? Siapa?" Tanya Jevano
Gaviano menyeringai, mengingat dia sempat membaca name tag orang tak lama ini
"Arkenzo Logan"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
who's he?
RandomLogan terkadang mengalami mimpi yang aneh sejak dirinya berusia 17 tahun. Mimpi yang terus menunjukkan dua anak laki-laki. Itu terjadi tidak setiap hari, namun semuanya berubah kala ayahnya mengajak keluarganya pindah ke Indonesia. Mimpi itu semaki...