10

937 102 4
                                    

"Bentar, lo sering mimpi dua anak yang sama terus menerus sejak ketemu Logan? Hubungannya apa anjir"

"Itu yang gue bingung Jev, hubungannya apa"

"Tapi ada yang lo inget beberapa ga?" Tanya Bintang mulai tertarik dengan hal yang Gaviano ceritakan

Gaviano menceritakan semua mimpinya kepada Jevano dan Bintang, mimpi-mimpi anehnya, bahkan suara aneh yang kadang dia denger

"Zi? Ken? dua nama itu sering banget gue denger di mimpi, jangankan di mimpi, gue kadang malah ngerasa halusinasi ngeliat mereka dua di dunia nyata"

Jevano dan Bintang terdiam cukup lama, masih mencerna semua hal yang di ceritakan Gaviano, itu ga masuk akal sekali di pikir-pikir. Ga masuk akalnya kebangetan malah

"Emang bener harus ketemu om Nathan sih" Celetuk Bintang membuat Jevano reflek memukul kepala belakang Bintang

"ssh, demen lo pada mukulin gue ya!"

"Ya lo ngomong ceplas-ceplos, ga mikir kalau Gaviano malah kepikiran terus jadinya?" Gedeg Jevano sama Bintang kadang-kadang, kalau ngomong ga pernah di saring

Gaviano menghela nafasnya, sejujurnya ga nerima hidayah cerita sama dua temennya ini

"Tapi gue ada setuju nya sama ucapan Bintang Gav, ga salah kan lo ketemu ayah gue? Ketemu ayah gue ga harus gila, konsultasi aja, apalagi kata lo kadang halusinasi kan? Takutnya tambah parah"

"Ya, mungkin gue emang harus ketemu om Nathan"

__________

Tumben hari ini adem ayem ga ada yang ganggu Logan, apa Gaviano udah tobat lagi? Sejak kejadian di mall itu sampe sekarang dia ga ngeliat batang hidungnya Gaviano

Harusnya bersyukur kan, tapi Logan pengen ketemu Gaviano. Aneh emang Logan ini

"Ken"

Logan berharap nya Gaviano lho, kenapa yang dateng malah Theo.

Sebenernya Logan udah mau pergi pas Theo duduk di depannya, tapi urung pas liat tangan Theo, lebih tepatnya siku nya terluka

"Ngapain kamu sampe kaya gitu tangannya"

"Jatuh pas lari tadi"

Habis olahraga dia, seragamnya aja belum ganti. Niat mau ganti, tapi dia ngeliat kakaknya di kantin jadi belok ke kantin, ga jadi ganti baju

"ck, buruan ke UKS sana"

"ga usah, lagian kecil"

Ga bakal di gubris kalau ngomong doang, Logan yakin. Jadi dengan senang hati dia menarik lengan Theo pergi dari area kantin menuju ke UKS. Theo kalau dari awal udah nolak pasti bakal nolak terus, ya jelas harus di paksa lah

"duduk, biar aku yang ngobatin"

Serasa dapet lotre, seneng banget Theo dapet perhatian kakaknya. Kapan lagi kakaknya yang kaya triplek ini perhatian gini, masa iya Theo harus sakit terus biar dapet perhatian Logan tiap hari. Dia kan juga pengen di manjain sama kaya orang-orang lainnya, pengen ngerasain gimana rasanya bener-bener jadi adek

"ssh, Ken pelan sakit ini" ringis Theo waktu kapas yang udah di kasih alkohol nempel ke lukanya

"Lebay, diem!" Sentak balas Logan, habisnya dia nempel ke lukanya juga pelan banget ga pake tenaga

"Mana lagi yang luka?" Tanya Logan

Tapi bukannya jawab, Theo yang di tatap kakaknya malah senyum-senyum ga jelas. Berhubung yang senyum ini Theo bukan Gaviano, Logan ngerasa ngeri sampai reflek mukul bahunya Theo

"malah kaya orang gila! buruan mana lagi yang luka?!"

"Ken, galak banget orang lagi sakit"

Ngerusak kesenangan Theo aja Logan ini

"Itu, kaki. Kayanya telapak kaki aku luka, perih rasanya Ken"

Iya juga, kenapa Logan baru nyadar kalau Theo dari tadi ga pake sepatu. Logan berlutut melihat luka di kaki Theo, bener aja telapak kakinya luka, walau ga keluar darah tapi ini keliatan sakit kalau di lihat

"Ck, bisa-bisanya jatuh. Kaya bayi ngerti ga?!"

"Musibah Ken, kalau di tawarin juga aku mana mau jatuh"

Aneh, kakaknya ini aneh. Dosa ga ya Theo ngatain kakaknya, habisnya Logan kaya gini...

Logan beranjak mengambil baskom berisi air, dia kembali berlutut dan mengangkat kaki Theo yang terluka, tangannya telaten membersihkan luka yang kotor.

"Angkat kakinya jangan kena air lagi" Theo nurut aja di suruh, dia ngebiarin kakaknya mengobati dan menutupi luka di telapak kakinya

"Udah, nanti di rumah biar di obatin papa lagi"

Saat Logan ingin mengembalikan baskom yang dia ambil, tiba-tiba saja suara yang sering dia dengar kembali ia dengar. Bukan hanya dengar, Logan malah ngerasa dia melihat bayangan, seperti halusinasi melihat dua orang yang berada di UKS ini

_____
"Zi,,,"

"Kulitnya mengelupas, juga kotor karena ada debu. Tahan, mungkin agak perih karena Air"

"Angkat kakinya jangan kena air lagi"

"Zi"

"Makasih"
______

"Ken? Ken?? hey!!"

Kembali tersadar, Logan menatap wajah Theo yang terlihat khawatir. Bagaimana Theo tidak khawatir, dia melihat kakaknya tiba-tiba terdiam dengan pandangan kosong. Wajah Logan bahkan terlihat pucat

"Y-ya?"

"Kenapa, kamu gapapa?"

"Lupain, ayo buruan ke kelas"

Buru-buru Logan mengembalikan baskom nya, dan merapikan alat-alat UKS yang dia gunakan untuk mengobati Theo. Dia ingin segera pergi dari UKS ini, perasaannya kembali terasa campur aduk.

Sialan rasanya, Logan sangat tidak suka ketika kembali merasakan hal aneh seperti ini

"Ken.."

"Please stop call me Ken, Theo!!"

Theo sedikit tersentak kala Logan tiba-tiba membentak nya, bahkan tatapannya tajam. Kadang Theo merasa curiga Logan bipolar, tiba-tiba Logan sekarang terlihat marah setelah tadi tiba-tiba melamun.

"Kenzo.. are you okay?" Lirih Theo menatap khawatir kakaknya yang masih setia menatap nya tajam

"Ken, what happened?" Tanya Theo kembali dengan suara selembut mungkin, mencoba membuat Logan merasa tenang.

Tapi alih-alih tenang, Logan malah langsung pergi keluar UKS meninggalkan Theo yang terdiam menatap punggung kakaknya yang menghilang di balik pintu

Theo menghela nafasnya dan berdiri bersiap keluar menyusul Logan

"Kenapa sulit terbuka gitu aja? Ken, aku ini adik kamu"

Pengen rasanya Theo bilang langsung kaya gitu ke Logan, dia harap bisa jadi tempat keluh kesah kakaknya dan hubungan kakak adiknya itu akrab, bukan kaya gini. Logan itu kakaknya, tapi jujur aja Theo ngerasa jauh

who's he? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang