17

3 1 0
                                    


Dibawah sinar senja yang hangat, yang selalu ku tunggu kehadirannya setiap sore dengan novel dihadapan ku yang sudah tergeletak di rerumputan yang membuat ku membacanya dengan secangkir kopi caramel Macchiato dan duduk bersila dihadapan nya.

Kenikmatan, ketenangan, dan keindahan ini bisa kurasakan memasuki seluruh raga jiwaku, tidak heran mengapa diriku selalu tidak bisa melewatkan keindahan yang akan kurasakan di setiap menitnya sebelum cahaya itu terbenam dan menerbitkan kesepian diatas kegelapan nya. Disaat itu juga aku harus menunggu cahaya itu terbit kembali esok pagi.

Layaknya dirimu yang selalu ku kagumi di setiap lembar cerita hidup ku, dirimu selalu memancarkan cahaya mu yang hangat dibalik senyuman mu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Layaknya dirimu yang selalu ku kagumi di setiap lembar cerita hidup ku, dirimu selalu memancarkan cahaya mu yang hangat dibalik senyuman mu itu. Satu kata untuk itu "Indah". Mungkin lebih? Candu?apa lagi? Tidak bisa ku deskripsikan dalam suatu kata, kalaupun kata itu dibaluri oleh bahasa Sansekerta, Masih belum bisa mendeskripsikan keindahannya.

Haruskah aku menggantikan peran senja yang selalu ku takut kan itu? Aku takut peran itu masih ada dalam dirimu, aku takut dirimu akan terbenam kembali dan tidak akan pernah terbit lagi di hidupku, meninggalkan kesepian itu diantara kegelapan malam.
mungkin aku yang bodoh, tidak pernah jujur akan perasaan ku terhadapmu, salahku berharap lebih kepadamu, salahku mengganggap dirimu membukakan hatimu untuk ku, Salahku.
Namun, bisakah aku melupakan mu dengan mudah?

Kata kata itu kutulis di setiap lembaran novel yang kutulis di taman dengan cahaya senja yang menyinari buku dan raga jiwaku. Mungkin banyak yang mengira dan menerka merka, novel apa yang kutulis semenjak aku sma hingga sekarang, bahkan orang terdekatku saja tidak tahu novel yang kutulis dalam waktu yang cukup lama itu.
Bagaimana bisa aku mengakhiri novel ini jika dirinya selalu berputar putar dipikiranku? Kurasa novel ini akan berakhir jika dia menemukan seseorang yang menjadi pilihan nya, dan mungkin itu bukan aku.

Aku menutup lembaran novel itu, berbaring di pohon yang berada tepat disamping ku, memeluk novel yang baru saja kututup. Merasakan sakit dan hampa nya perasaan ini, tidak nyaman rasanya jika harus dipendam-tapi disisi lain jika aku mencurahkan nya akan lebih menyakitkan jika kemungkinan yang kutakutkan akan terjadi.
Aku memejamkan mataku.

"Raaa.... Clara.... "
Suara itu tak asing, jangan bilang itu...
Ohh iya, setelah aku membuka kelopak mataku aku sudah tak heran melihat nya, siapalagi kalo bukan si senja ke dua? Iya senjana.
Perasaan ini? Jangan hiraukan, selalu begini jika di dekatnya.
Aku hanya tersenyum, menganggukkan kepalaku dan menatap langit senja bersamanya.

"Nulis lagi??" Ujar senjana memberikan sebungkus roti tawar manis dan diletakkan diantara mereka berdua yang kini tengah duduk di rerumputan taman menghadap mentari senja yang kini menyinari mereka berdua.

"Lo gak pernah ngasih tau ke orang orang tentang novel yang lo tulis sejak sma... Kenapa ra? Rahasia negara? Atau novel berkedok buku diary? " Tanya senjana, membukakan sebungkus roti dan menyantap nya.

Clara terdiam, melihat sejenak kearah senjana dengan kulitnya yang memantulkan sebagian cahaya senja,
"Apa gua ungkapin sekarang? "
Gumam ku dalam hati.
Gak! Sama aja lo buat diri lo makin sakit.

SENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang