Isekai demi kocheng

357 39 0
                                    

Nah yang ini.. gak tau lah baca aja
.
.
.
.
Sean adalah anak tunggal dari pasangan orangtua yang workaholic. Karena itu Sean selalu kesepian meski hidupnya dilimpahi kemewahan. Ditambah lagi dia bukanlah orang yang pandai bergaul membuatnya sulit untuk mendapatkan teman.

Makanya, bagi Sean hidupnya ini sama sekali tak berarti. Jadi Sean terima-terima saja ketika dia harus mati demi menyelamatkan seekor kucing yang nyaris tertabrak mobil. Toh, nyawa kucing itu pasti lebih berharga darinya.

Sean tak tau alam setelah kematian itu seperti apa. Dia baru kali ini mati soalnya. Saat terbangun Sean berada di ruang yang gelap sekali. Dan kosong. Serta dingin. Tempat itu entah mengapa mengingatkan Sean pada hidupnya selama ini.

Kemudian entah itu ilusi atau nyawa, seekor kucing menghampirinya. Dan menuntunnya ke suatu tempat. Jaraknya jauh. Sean tak tau harus berjalan berapa lama hingga mereka tiba di tujuan.

Sampai di penghujung lelahnya, Sean mendapati seberkas cahaya mendekat. Lalu tiba-tiba menjadi sangat silau.

"Ini... dimana?"

Begitu membuka mata Sean mendapati dirinya berada di salah satu ruangan yang ada di rumah sakit.

"Jeng jeng jeeenggg!!"

Sean yang masih linglung sehabis bangun dibuat kaget oleh sesuatu yang tiba-tiba saja muncul di depan wajahnya. Bentuknya seperti kucing, tapi ukurannya kecil sekali. Dia juga memakai topi kerucut serta jubah yang lucu.

"Hahaha... Ini sejenis hiburan buat penghuni surga ya?"

"Tet tot." Si kucing menggoyangkan tongkat kecil yang ia pegang ke kiri dan kanan. Lalu dia tersenyum misterius. "Saat ini anda terpilih dalam program 'penebusan' yang diadakan oleh raja neraka untuk membantu para arwah menebus penyesalan mereka selama hidup agar bisa beristirahat dengan tenang dan bekerja maksimal untuk raja neraka nantinya. Intinya ini adalah program untuk peningkatan kualitas kerja karyawan!"

Lalu kembang api kecil meledak di sekitar kucing tersebut setelah ia menyelesaikan penjelasannya.

"Dan saya adalah Rue. Asisten yang akan memandu anda di dunia ini."

Ini terlalu tiba-tiba. Sean tak bisa menebak apakah ia tengah bermimpi atau tidak. Tapi omong-omong apa orang mati bisa bermimpi?

"Aku.. tidak mengerti."

"Hohoho..."

Entah kenapa kucing yang semula menggemaskan itu jadi tampak menyebalkan sekarang.

"Pertama-tama saya akan menjelaskan tentang identitas tubuh yang anda tempati terlebih dahulu."

Oke. Mari Ikuti alurnya. Sean mengangguk saja.

"Namanya adalah Sean Dirgantara. Anak sulung pasangan Dama dan Elia. Usianya saat ini 20 tahun dan sedang mengeyam pendidikan di jenjang universitas dengan program studi DKV."

Lalu Rue terdiam. Menatap Sean yang entah benar-benar mendengarkan atau sedang melamun.

"Karena merepotkan untuk dijelaskan jadi.. nyaw nyaw." Dia mengetukkan tongkat kecilnya beberapa kali ke kepala Sean.

Dan ingatan-ingatan asing pun bergulir di benar Sean secara cepat. Hingga membuat dia akhirnya mengerti situasinya saat ini.

Intinya, Sean Dirgantara ini adalah tipe abang yang tsundare. Gengsinya yang selangit membuat ia sering disalahpahami. Dan menjadikan hubungannya renggang dengan adiknya.

Sean Dirgantara punya 3 adik. Adik pertamanya Hansel, tiga tahun di bawah Sean. Sementara adik kedua dan ketiganya kembar, Arta dan Zaka. Usia mereka terpaut 5 tahun dari Sean.

Selama ini karena sifatnya Sean jadi dikenal sebagai sosok 'bajingan-brengsek' oleh adik-adiknya dan beberapa orang. Karena Hansel yang paling pintar diantara mereka bersaudara, Sean selalu mengoper tugas-tugasnya untuk dikerjakan anak itu sejak jaman sekolah sampai kini dia sudah kuliah.

Kalau Hansel menolak dia akan mengancam dengan berbagai cara membuat adiknya itu tak berkutik dan mau tak mau membiarkan dirinya diperbudak sang kakak.

Dia juga hobi marah-marah dimanapun si kembar berada dengan melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Membuat keduanya sebisa mungkin selalu menghindar bila melihat keberadaan si sulung itu.

Selain itu Sean itu suka kelayapan entah kemana. Dia selalu bermain sampai lupa waktu. Sudah sering diomeli ayah tapi tetap saja tak mempan karena terus terselamatkan berkat sang ibu yang penyayang.

Di kampus Sean juga dijauhi karena sifat buruknya itu. Orang-orang memandang dia sebagai anak orang kaya yang hanya tau memanfaatkan kekuasaan orangtua dan merasa superior dengan menindas yang lemah.

Benar-benar buruk.

Padahal aslinya, Sean menyuruh Hansel mengerjakan tugasnya karena hanya itu satu-satunya cara yang dapat ia pikirkan untuk dekat dengan sang adik. Dia sering memarahi si kembar karena mereka kelewat aktif dan terkadang bermain sampai membahayakan diri sendiri. Sean hanya khawatir adiknya kenapa-napa.

Dia juga bukannya kelayapan tak jelas. Sean punya kok satu orang teman dekat dan mereka sering mengerjakan porjeck kecil-kecilan bersama. Itung-itung nambah jajan sama nambah pengalaman.

Dan soal penyalahgunaan kekuasaan, plis, Sean gak ngapa-ngapain. Mereka aja yang suka ngejilat dan cari muka. Sean juga tak pernah merundung siapapun. Dia justru menolong anak yang sedang diganggu tapi anak itu malah menganggapnya sebagai komplotan si pembully.

Sungguh miris hidup Sean yang penuh kesalahpahaman.

"Jadi kenapa aku harus menempati tubuh ini dan melanjutkan hidupnya?"

Rue terbang berputar-putar di sekitar kepala Sean, "Karena Sean yang ini memiliki penyesalan seperti anda."

"Aku tidak menyesal. Suruh saja dia perbaiki hidupnya sendiri."

Rue berhenti dan turun di sebelah wajah Sean yang masih terbaring. Ia menepuk pipi Sean.

"Tidak bisa. Karena dia sudah mati. Jika dia masih hidup anda tidak mungkin menempati tubuhnya sekarang."

Sean terdiam.

"Dan berikut ini adalah ketentuan kontrak dari program 'penebusan' yang anda ikuti saat ini."

Tring. Sebuah layar hologram muncul beserta tulisan-tulisan di dalamnya. Yang membuat Sean tak tau harus bersyukur atau tidak atas kesempatan yang ia terima kali ini setelah membaca isi kontraknya.

¥¥¥¥¥

campur aduk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang