Hohoho...
.
.
.
."Plek ketiplek lo banget ini anjir!"
Bima menutup mulutnya dengan dramatis menunjuk bergantian antara Sean dan anak kecil yang tertidur di sofa dengan tubuh terbungkus kain sarung.
Sean berwajah masam. Teringat lagi saat tadi bocah tiga tahun itu dibawa Bima kemari dan langsung menghambur memeluknya sambil memanggil dirinya 'papa'.
"Ini anak siapa bangsat?!"
Aryo di sebelahnya tersenyum jahil, "Anak lo kali. Mana tau hasil plok plok satu malam gitu kan."
Yang mana membuat Sean menghunus tatapan setajam silet padanya, "Gua masih perjaka ya babi! Jangan fitnah lo!"
"Terus ini mau diapain?"
"Balikin balikin!"
Aryo menatapnya malas, "Ah elah, kriminal kok tanggung-tanggung. Jual aja jual. Mayan tuh."
"Lo berdua nyulik anak aja gak becus anjir!" Sean kesal langsung menggeplak kepala kedua rekannya itu. "Balikin pokoknya! Gue gak mau jadi buron lagi."
"Lha, kan emang udah buron," celetuk Bima dengan santainya. Ia buru-buru minta maaf begitu Sean mengangkat vas di dekatnya. "Dih galak, padahal kan fakta."
Sean mengusap wajahnya kasar, "Masalahnya gue cuman mau ngancem orang itu buat narik gugatannya..."
Dulu, sekitar tiga tahun lalu Sean masih labil-labilnya. Dia ikut balapan liar. Tapi harus rela kalah karena nyaris menabrak seorang pria paruh baya. Sean ingat jelas kalau dia gak nabrak pria itu sama sekali.
Tapi begitu dihampiri ada darah menggenang. Dan sialnya ada orang-orang yang melihat Sean dan pria itu. Mereka menuduhnya yang membuat pria itu sekarat. Anak pria itu juga menuntutnya di pengadilan. Namun Sean berhasil kabur. Dan hasilnya dia jadi buronan sampai sekarang.
Jadi rencananya, Sean ingin menculik cucu dari pria baruh baya malam itu. Dia ingin mengancam mereka untuk menarik gugatan terhadapnya. Tapi semua malah kacau begini. Kedua bawahannya malah salah culik. Asu!
"Engg.. papa...."
Sean berjengit mendengar suara cadel dari bocah itu. Spontan saja anak yang lagi mengucek mata tersebut ia raup mukanya dan di ditekan agar tidur lagi.
"Gak ada papa-papa, merem lagi lo!"
Plakk
Bima menggeplak tangan gak berakhlak bosnya itu dan mengambil bocah kecil yang sudah menangis akibat ulah Sean.
"Cup cup... Sabar ya, punya bapak kriminal emang gitu. Bawaannya pengin bunuh orang terus. Pendosa banget emang."
Sean mendelik. Mau protes tapi anak itu sudah lebih dulu merentangkan tangan padanya dengan mata berair dan bibir bergetar.
"Papaaa...."
"Dih apaan?!"
Aryo mencolek lengan Sean iseng, "Mau mimik kali bos."
Kedua tangan Sean reflek menyilang di depan dada. Matanya melotot horor, "Gue gak punya susu!"
|||||||||
Pada akhirnya, bocah korban salah culik itu tertidur lagi setelah membuat ketiga orang itu kelimpungan dengan tangisan kerasnya. Anak itu diam setelah Sean menggendongnya. Dan sekarang dia tertidur pulas diatas perut Sean yang terkapar di sofa.
"Orang bilang ikatan batin ayah dan anak itu kuat. Serius beneran bukan anak lo bos?" Tanya Aryo pelan. Dia duduk di lantai bersandar pada sofa tempat Sean berbaring. Sementara Bima tadi disuruh Sean keluar membeli keperluan bocah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
campur aduk
Randomsesuai judul isinya emang campur aduk hoho (>o<) #family #brother #school #friend #etc