Yudistira Cakra Warman (2)

275 56 16
                                    

Iseng doang kok...

••••

Tempat ini asing. Bahkan orang-orang di sekitarnya pun tak ia kenali. Jangankan itu, siapa dirinya saja dia tak tau.

Tadi salah seorang pria yang memperkenalkan diri sebagai ayahnya mengatakan kalau namanya adalah Cakra, Yudistira Cakra Warman. Namun itu memang terasa akrab, tapi kepalanya malah dibuat sakit saat mencoba mengingat lebih jauh.

Cakra baru bangun dari tidur panjangnya akibat kecelakaan dua bulan lalu. Dan dia sama sekali tak mengingat apapun termasuk tentang dirinya sendiri.

Hanya saja, alam bawah sadarnya mengingatkan Cakra bahwa orang-orang yang mengaku sebagai keluarganya saat ini adalah orang-orang yang ia benci. Meski Cakra tak mengerti kenapa dia harus membenci keluarganya sendiri. Tubuhnya bereaksi lebih dulu untuk mengelak tiap kali mereka mau menyentuhnya.

Cakra melupakan semuanya. Tapi sedari bangun ada satu nama yang terus ia ingat meskipun tak tau siapa itu. Namun Cakra yakin, itu adalah satu-satunya orang yang harus Cakra percaya saat ini.

"Rajendra."

Galuh terdiam saat Cakra menyebut nama anak dari keluarga Maheswara tersebut. Seingatnya Cakra tak pernah berhubungan dengan orang dari keluarga tersebut. Tapi bagaimana bisa hanya nama itu yang Cakra ingat disaat dia bahkan tak mengenali keluarganya sendiri?

Dua bulan belakangan Rajendra memang sering berkunjung, melihat keadaan Cakra. Galuh kira itu hanya formalitas semata yang dia lakukan menggantikan orangtuanya. Tapi ternyata hubungan kedua anak itu lebih dekat dari yang Galuh duga.

"Lo ingat gue?" tanya Rajen tak yakin. Pasalnya dia sudah dapat kabar kalau Cakra kehilangan ingatannya.

Cakra mengangguk dengan muka patuh bak anak baik-baik. Menggelikan bagi Rajen yang terbiasa dengan Cakra yang tengil dan kurang ajar.

"Tau gue siapa lo?"

Saat itu Cakra terdiam. Benar, dia cuma ingat Rajen itu ya Rajen. Tapi memang hubungannya dengan Cakra apa? Saudara? Teman? Musuh?

Cakra lalu menggeleng kemudian berujar pelan, "Tapi lo Rajendra."

Rajen mencerna baik-baik wajah yang tampak sayu itu. Tampak seperti anak anjing yang minta dikasihani. Dia mengulum senyum.

"Gue bapak lo."

Kepala Cakra tegak dengan cepat. Begitupun orang-orang di ruangan itu yang kaget dengan celetukan nyeleneh anak yang biasanya terkenal alim dan waras itu.

Bodohnya Cakra percaya saja, "Ayah.."

Rajen tertawa ngakak. Tak peduli lagi dengan citra baik yang selama ini dia bangun. Hancur, hancur dah. Dia udah dapat Cakra versi baru yang begini, hidup Rajen pasti akan lebih baik lagi.

Mungkin ini hadiah. Karena Cakra yang tidur begitu lama, hidup Rajen jadi berantakan. Anggap aja ini kompensasi untuk Rajen yang sudah berencana mati kalau saja Cakra tidak bangun juga. Untung bocah itu masih mengingat dirinya, kalau gak Rajen bisa gila.

Cakra berdiam di rumah sakit selama seminggu lagi sehabis dia bangun. Sekalian menjalani rehabilitasi dan pemeriksaan lanjutan kalau-kalau ada gejala lain akibat kecelakaan itu.

Selama itu pasti anak ini gak lepas dari yang namanya Rajendra. Sepertinya dia benar-benar menganggap Rajendra ayahnya. Tanpa sedikitpun berpikir bagaimana mungkin ayah dan anak hanya selisih beberapa bulan.

"Rajen mana?"

"Kok Rajen gak ada?"

"Rajen belum datang?"

campur aduk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang