Papa muda dan printilannya

216 28 1
                                    

Hahaha haaa
.
.
.

Kenalkan, pria tulen berkemeja biru yang tergeletak di karpet depan TV itu namanya Kaisar. Seorang duda yang hot dan kaya raya. Umurnya tahun ini 33. Anaknya ada dua, jantan semua. Yang tua udah SMP kelas 3 (14 tahun) sementara yang bontot masih bau susu dan minyak telon, umurnya baru mau masuk 5.

Iya, si duda emang nikah muda. Jadi bapak di umur 19. Bukan MBA atau semacamnya, tapi katanya atas dasar CINTA. Ditambah faktor perjodohan juga sih. Lain kalau kata adiknya Kaisar yang umurnya cuma beda 2 tahun sama anak sulung Kaisar, 'Mas Kai tuh sagapung!'.

Kaisar shock. Terserah mau dibilang alai juga. Gimana gak terguncang mentalnya dengar omongan si adek yang dulu ia timang-timang waktu bayi, yang dulu sering ia jejalin dot susu sama yang dulu sering ia gantiin popoknya. Sekarang sesat banget pergaulan anak itu.

Oke abaikan. Kita masuk ke bahasan tentang keluarga kecil Kaisar. Kalau ditanya soal istri.. hah.. Kabar buruk, istri tercintanya meninggal saat si kecil belum genap setahun. Karena sakit. Susah juga kalau Kaisar jabarkan apa sakitnya, sebab dia jauh lebih sakit mendapati fakta bahwa wanita itu telah tiada.

"Yah, ambil nih anaknya!"

Si sulung datang dengan menyeret langkah. Membuat Kaisar tergelak sebab bungsunya bergelayut di kaki sang kakak. Sama sekali tak mau lepas. Kayaknya takut ditinggal, tau banget abangnya udah dandan rapi siap mau pergi.

"Ki, sini sama ayah."

"Ndaakkk..." Kian menggeleng ribut dengan bibir mengerucut. Ia mendongak menatap Kean memelas, "Gege ndak bole pelgiiii...."

Gege. Panggilan kesayangan Kian ke abangnya. Efek kebanyakan direcokin donghua ama si om aka adek Kaisar alias Alden.

"Dih siape lo?"

"Pacar juga bukan. Ya kan ge?" Kaisar dengan sintingnya malah menambahkan. Ia ambil si bungsu itu untuk ia gendong dan ciumi dengan brutal hingga sang anak tergelak.

Merasa adiknya lengah Kean buru-buru menyusup pergi. Tapi baru juga make sepatu, si tuyul udah nemplok lagi di punggungnya dengan wajah drama.

"Ayaaahhhhh.....!" Si sulung berteriak frustasi lantaran lagi-lagi kebebasannya mau dimonopoli oleh si bungsu.

"Gege ndak bole pelgi!" Anak itu membentak, menghentak kaki pendeknya dengan bibir mencebik kesal.

Kean menatap kemusuhan adiknya itu. Lantas cepat-cepat mengikat tali sepatu dan bangkit. Bersiap pergi tanpa peduli manik adiknya sudah siap melancarkan jurus jitunya, menangis.

"Ki nangis nih!" Ancamnya.

Kean malah mendengus, "Ya silahkan."

"Ge baka!"

"Kamu tuh aho!"

Melihat dua anaknya yang beda 9 tahun itu berdebat, Kaisar hanya berpangku tangan dan terkekeh pelan. Lucu, pikirnya.

"Emangnya mau pergi kemana, Ge?"

Kean menoleh dengan wajah kusut, "Bunkasai." Jawabnya ketus.

Gitu tuh, kesel sama adeknya, bapaknya yang kena imbasnya.

"Ayah anter, ya? Biar adek gak rewel."

"Terserah."

Sulung itu menggendong adiknya yang bibirnya udah gemetaran nahan tangis. Ia puk-puk pelan punggung sempit Kian. Tadi aja dimarahin, sekarang disayang-sayang. Dasar!

"Buruan, yah!"

Ini kok kesannya kayak Kean itu marahnya ke Kaisar ya? Duda ini salah apa coba? Bukannya tadi masih marahan sama adeknya?

Suka-suka anaknya aja deh. Yang penting mereka bahagia, Kaisar juga bahagia.

||||||||||

campur aduk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang