🌧️-15. sepertiga malam yang terkabul.

109 14 4
                                    


Setelah membaca Al-Qur'an Kayla memilih untuk mandi. Setelah itu melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.
Lima belas menit ia isi untuk beribadah kepada sang pencipta.

Ia memilih untuk pergi ke ruang keluarga. Menonton televisi menjadi tujuan utama nya.

"Eum.. nonton apa ya?" Tanya Kayla pada diri sendiri.

Ada sebuah acara televisi yang melintas di pikiran nya. Dengan cepat ia memindahkan chanel televisi.

Tawa bahagia menggeledah seisi rumah. Acara yang ia tonton mampu membuat kebahagiaan pada hidup nya. "PFTT.. HAHAHAHA. YA ALLAH LUCU BANGET." Teriak Kayla menertawakan Marsha.

Untung ia hanya sendiri di rumah. Jadi, tak akan ada yang memarahi nya karena tertawa dan berbicara keras.

Tiba-tiba bunyi ponsel membuat tawa Kayla menghilang. Ia melihat nama kontak. Lalu, mengangkat telepon tersebut.

"Assalamualaikum." Ucap seseorang dari sebrang sana.

"Wa'alaikumsalam. Kenapa, Zi?" Tanya Kayla.

"Gak apa apa, sih. Hehe."

Kayla memutar bola matanya malas.
"Maaf aja, ya. Aku lagi nonton Marsha and the bear. Jadii, tolong jangan menganggu-gugat kebahagiaan ku. Assalamualaikum."

Telepon ia matikan secara sepihak.

"Apa coba si Ziah itu." Gerutu Kayla.

Setelah mematikan telepon Kayla memutuskan untuk melanjutkan aktivitas nya.

Dan.. pintu terbuka. Menunjukkan seseorang dengan raut wajah datar.

"Kamu, saya jodohkan." Ucapan itu membuat Kayla langsung berdiri.

"Apa maksud papa?!" Tanya Kayla tak terima. Sementara sang papa memilih untuk duduk di sofa.

"Jawab, Pa!" Sang papa menatap lama wajah putri nya.

Batinnya berkata. "Sudah besar, Nak."

Kesedihan dan penyesalan membuat Papa terdiam. Ia seolah di paksa untuk merenungi perbuatan nya selama ini. Namun, ego nya lebih besar.

"Kamu, saya jodohkan. Azalea Kayla Az-Zahra." Tegas sang papa. Kayla membelalakkan matanya.

Tanpa sengaja, emosi Kayla yang selalu ia pendam kini meledak. Ia menggebrak meja. "SETELAH PAPA DAN MAMA RENGGUT KEBAHAGIAAN KAYLA DI MASA REMAJA, MAMA DAN PAPA JUGA MAU RENGGUT KEBAHAGIAAN MASA DEPAN KAYLA?!!" Teriak Kayla.

Amarah benar-benar telah berada di titik puncak. Mungkin kini ia sudah menjadi anak durhaka.

"Sudah cukup, Pa. Sudah cukup kesengsaraan menyelimuti hidup, Kayla. Hamba mu lelah, Ya Allah.." lirih nya yang masih bisa di dengar oleh sang papa.

Lututnya melemas. Air mata bercucuran di wajah cantik itu. Entah seberapa banyak luka yang ia pendam. Sampai seolah ini lah puncak dari segala nya.

"Anak durhaka!" Bentak Papa menampar wajah Kayla, lagi.

Wajah putih Kayla memerah. Tamparan papa lebih keras dari tamparan sebelumnya.

"Maaf, Pa. Maaf, Kayla durhaka." Ucap Kayla menundukkan kepalanya.

"Kayla gak mau di jodohin, Pa." Mohon nya.

Papa menggeleng. "Kamu tetap di jodohkan. Sekalipun kamu menolak."

"Siapa laki-laki yang akan di jodohkan dengan Kayla, Pa?"tanya Kayla.

"Zab." Jawab papa singkat.

Kayla membelalakkan matanya. "Zab Syakir Ibrahim?" Papa mengangguk.

Tanpa memperdulikan papa. Kayla langsung ke kamarnya.

Ia duduk di atas kasur kecil itu. "Hidup gue beneran kayak di wattpad ini mah. Apaan kali jodoh-jodohan." Gerutu Kayla kesal.

"YA ALLAH KENAPA HARUS SAMA GAS GUS ITU!!" Teriak Kayla dalam kamar kecil itu.

"Baru juga masuk SMA, masa udah di jodohin aja."

Seketika senyum kecil timbul di wajahnya. "Mungkin ini yang terbaik. Siapa tahu, Gus Zab bisa kayak cowok di wattpad. Aamiin, ya Allah." Harapan nya terlalu tinggi, semoga di kabulkan.

🌧️🌧️🌧️

Sementara di sisi lain. Ada Zab yang tak henti-hentinya tersenyum. "Cie, sepertiga malam nya, terkabul." Ucap Alva yang baru muncul.

Zab menoleh. "Abang?"

Alva mengangguk.

"Nikah nya nanti aja. Selesaikan dulu sekolah nya." Zab mengangguk.

"Lagian, Kayla juga masih kecil." Ucap Zab.

"Ardi yang kasih tau, ya?" Tanya Zab penasaran.

Alva terkekeh. "Gak tahu deh. Lagian apa sih yang Abang gak tahu tentang adik kecil ini?" Alva melepas kopiah hitam Zab lalu dipasangkan lagi dengan asal.

"Dih."

"Tapi, Kayla mau gak ya." Alva mengangguk dengan semangat.

"Siapa sih yang gak mau sama Zab Syakir Ibrahim." Mereka berdua tertawa.

"Kok bisa, ya." Seolah tahu apa maksud dari perkataan Zab, Alva langsung mengeluarkan ucapan nya.

"Allah itu maha kuasa, maha mengetahui pula.  Allah tahu ini yang terbaik untuk kalian." Ucap Alva.

"Tahun depan, lulus. Lanjut S1. Lima sampai enam tahun. Itu pun, gak langsung nikah. Apa dia siap menunggu selama itu, bang?" Alva terdiam.

Ia merangkul pundak sang adik. "Katanya, wanita kalau udah cinta mau nunggu sampai belasan tahun pun bakal tetap setia. Jadi, jangan mikir aneh-aneh. Kalau yang merestui kalian bukan hanya manusia tapi Allah. Yakin, deh. Pasti bakal happy ending." Zab tertawa terbahak-bahak.

"Kalau Happy ending yang Allah siapkan di surga, gimana?" Tanya Zab iseng.

"Heh kamu!  Jangan takabur." Tegas Alva. Ia benar-benar tak suka dengan apa yang di ucapkan oleh Zab.

"Apasih bang! Zab juga, mau jadi psycholog dulu kali."

🌧️🌧️🌧️

Hay Hay hayyyy.

Semoga suka dengan bab kali ini.

Maaf, lama update yaaa!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

KARENA VOTE DAN KOMEN KALIAN SANGAT BERPENGARUH UNTUK AUTHOR!

👉🏻⭐ Sebanyaknya.
Begitupun dengan komen

And... Thank you.

Papayyy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAYZA- {THE PIRSUIT OF LOVE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang