🌨️-10. Terbangun dari tidur

76 12 2
                                    

"Percayalah, Allah tidak akan membebani hambanya diluar kemampuannya."

Tak seperti biasanya, sekarang Zab di perintah oleh umi untuk tidur di rumah.
Kini, sudah waktunya Zab melaksanakan sholat malam nya.

Setiap malam ia melakukan beberapa sholat sunah. Namun, sebelum sholat Zab mandi terlebih dahulu.

Jam tiga pagi ia akan mandi. Setelah itu sholat taubat, tasbih, hajat, tahajud dan witir.

Sekarang, Zab telah menyelesaikan sholatnya. Ia mulai berdo'a. Di pertengahan do'a ia sering menyebut kan nama perempuan dari beberapa bulan lalu.

"Azalea Kayla Az-Zahra, ya Allah." ucapnya dan di lanjuti dengan do'a lainnya.

Itulah cara Zab. Bukan berpacaran, namun berdo'a di setiap sepertiga malam. Ia benar-benar menginginkan sosok Kayla.

Tak disangka saat Zab menyebut nama Kayla sang kakak, Alva, mendengar dengan jelas nama Kayla di sebut.

"Secinta itu kamu, Zab?" Batin Alva berbicara.

****

Empat bulan berlalu, kini Kayla sudah 7 bulan tidur nyenyak. Entah kebahagiaan apa yang ia dapatkan di alam sana sehingga ia tidak berniat untuk bangun.

"Aza, apakah dunia mu terlalu kejam sampai kamu memilih untuk tidur? Aza, maafkan kesalahan saya." Saat mendengar penuturan tersebut Ziah dan Arum menghampiri lelaki itu.

"Kesalahan apa, Gus Alva?" Tanya Ziah penasaran.

"Astaghfirullahal'adzim, kamu bikin saya kaget aja." Ziah terkekeh pelan.

"Hehe, Afwan, Gus. Per-" seolah tau apa yang ingin di ucapkan oleh Ziah, Arum langsung menarik tangan Ziah untuk duduk.

"Permisi, Gus. assalamualaikum." Ziah berd cak kesal saat Arum menarik tangannya.

"Belum juga nanya, Rum." Ucap Ziah ketus.

Arum memutar bola matanya malas. "Jangan kepo urusan orang deh." Ziah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Arum berdiri dari duduknya. Ia memilih untuk berdiri di depan pintu ruangan Kayla. Terlihat dari sana sahabatnya masih nyaman dengan tidur yang lama. "Untuk ke sekian kalinya, syafakillah fii amanillah, Kayla." air mata mulai terbendung di pelupuk matanya.

Arum sedih bukan hanya karena Kayla belum terbangun. Akan tetapi, ia juga sedih karena selama tujuh bulan koma, Kayla sama sekali belum pernah di jenguk oleh orangtua ataupun keluarga nya. Entah apa alasan mereka seperti itu. Tetapi, Arum yakin di setiap perbuatan manusia pasti ada tujuan dan alasannya.

Hari-hari Arum dan Ziah sangat hampa tanpa kehadiran Kayla. Karena, tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan random dari Kayla yang membuat mereka tertawa tanpa memikirkan beban yang dipikul.

Bulan Desember kemarin, yang seharusnya menjadi liburan pertama mereka berubah menjadi tangisan untuk kesekian kalinya.

"Nanti pas libur semester pertama kita kumpul-kumpul terus jalan-jalan yaa. Ntar nginap di rumah Arum!" Ziah berbicara dengan antusias.

"Iyaa. Nanti di rumah aku kita bisa nyemil sepuasnya." Lanjut Arum.

"Kalau Allah ngasih izin, pasti bakal terjadi. Bukan wacana doang." Ucapan Kayla membuat Arum menyenggol lengannya pelan.

"Huh! Tolong ya Allah, jangan hambat wacana kami kalo ini." Ziah dan Kayla yang mendengar penuturan Arum mengangguk kan kepala secara bersamaan.

"AAAMIIIN." ucap mereka bertiga dengan bahagia.

Bayang-bayang kebersamaan terus melintas di pikiran Arum. Tentang mereka bertiga yang dihukum karena telat ke masjid. Tentang Kayla dan Ziah yang berkelahi kecil karena tidak ada yang berinisiatif untuk membeli sambel sachet-an. Dan tentang mereka yang lainnya.

7 bulan Ziah dan Arum mengenal Kayla. Namun, hanya 1 bulan kurang kebersamaan mereka.

Kini, air mata benar-benar mengalir deras.
"Kayla.." Ziah menepuk bahu Arum.

"Puasa loh, Rum. Jangan nangis." Ucap Ziah memberi semangat. Arum menggeleng.

"Apa wacana kita buat bukber bakal kayak wacana liburan semester, Zi?" Arum mengusap air matanya dengan hijab yang ia kenakan.

Ziah menggeleng kencang. "Gak. Kayla pasti bakal bangun secepat nya." Setelah mengucapkan kalimat itu Allah memberikan keajaibannya. Jari tangan kanan Kayla bergerak. Matanya perlahan terbuka.

Ziah yang melihat langsu berteriak histeris. "ARUM, KAYLA BANGUN RUM! GUS ! GUS ALVA! USTADZAH FIDA!KAYLA BANGUN MATANYA KE BUKA." Dengan cepat Arum mengangkat kepalanya. Mereka berdua menangis sejadi-jadinya. Terharu dan bahagia tentunya.

"Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah." Batin Alva.

"Saya panggil dokter dulu." Ucap Alva lalu pergi meninggalkan mereka.

Sementara ustadzah Fida sujud syukur di lantai rumah sakit. Di antara banyaknya ustadah. Ustadzah Fida lah yang paling menyayangimu Kayla seperti anak sendiri.

"Alhamdulillah ya Allah. Terima kasih." Ucap mereka semua bersyukur.

🌧️🌧️🌧️

"GUS ZABANIYAH." teriakan Ardi terdengar satu asrama. Yang membuat Kinan berdecak kesal.

"Baru juga mau tidur siang saya." Ucap Kinan dengan mata sinis.

"Hehe, Afwan." Ardi meminta maaf dengan wajah tanpa dosa miliknya.

"Gus zabaniyah, Gus zabaniyah. Kamu kira saya malaikat apa?" Tanpa peduli dengan ucapan Zab. Ardi menarik tangan Zab ke tempat Kinan.

"Heh! Ap-" belum selesai berbicara mulut Kinan sudah di tutup memakai bantal terlebih dahulu oleh Ardi.

"Diem dulu, nan." Kinan menganggukkan kepalanya.

"Ada apa? Cepat ngomong." Titah Zab.

Ardi tersenyum kecil. "Kayla udah bangun dari koma." Zab menatap wajah Ardi.

"Malas. Kamu tuh tukang sotoy. Berita kamu gak ada yang benar." Ucap Zab meremehkan ucapan Ardi.

"Ya bodoh amat kalau gak percaya, wong saya denger dari ustadz Sulaiman toh." Kinan dan Zab membelalakkan matanya.

"Alhamdulillah ya Allah,." Ucap Zab berterimakasih kepada sang pencipta.

"Sudah lah. Saya mau BAB dulu. Kebelet." Ucap Ardi pamit.

Kinan memukul perut Ardi dengan bantal. "Kalau mau BAB tinggal pergi gak usah ngomong dulu sih! Kebiasaan." Sementara, Ardi hanya cengengesan mendengar penuturan Kinan.

🌧️🌧️🌧️

Haywieee Kayza update nich!

Bagaiman chap kali ini, komen yaaw.
Semoga kalian puas.
Jangan lupa vote dan komen guys:) jangan baca doang😁🫵🏻.

Oke terima kasihhh papayyy

KAYZA- {THE PIRSUIT OF LOVE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang