"Tepati janji Lo, Delv. Jangan sampai Lo babak belur."
Dengan wajah datar Delvin menatap Gara yang tampak sangat mengkhawatirinya. Hingga Gara memberikan pelukan yang erat di tubuh Delvin.
"Gue balik." Tutur Pemuda dengan seluruh kancing seragam terbuka memperlihatkan kaos putih polos ketika melepas pelukannya pada tubuh Delvin yang hanya diam saja menerima.
Meski enggan meninggalkan Delvin, tetapi mobil yang dikendarai oleh Gara terlihat mulai bergerak, bersamaan dengan langkah Delvin yang memasuki halaman rumah tua tak berpenghuni itu.
Ketika mobil Gara terlihat sedikit menjauh dari markas Gerry, tiba-tiba Gara menginjak rem.
Kaki Gara yang masih berada pada rem bergetar, remasan pada kemudi menguat, beserta keringat dingin mulai terlihat di pelepisnya. Hal itu semua diakibatkan oleh Nagi yang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak dan mencekal kendaraan Gara yang beruntung saja sigap menginjak rem.
Seakan kejadian beberapa detik lalu tak mampu menghilangkan nyawanya, Nagi berjalan santai menuju tempat pengemudi yang masih mengatur deru nafas.
"Anjir! Goblok! Tolol! Gue hampir aja bunuh Lo, bjir!" Kesal Gara berturut-turut kala kaca mobil terbuka menampakkan wajah tak bersalah Nagi.
"Cepet sembunyiin mobil Lo di Gang sana."
Bukannya menatap Nagi yang tengah melawannya berbicara, Gara terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.
"Bangsat kalian! Kenapa ga kabari Gue dulu! Main buat rencana tanpa sepengetahuan Gue."
Kekesalan Gara meledak kala menemukan sosok Gabriel tengah membersihkan kacamata di balik semak-semak.
"Ngebacotnya ntar. Lo mau ketahuan Delvin?"
"Gue ada rencana. Sini Gue bisikkin." Gara menggerakkan tangannya meminta Nagian mendekat hingga membuat kepala pemuda berambut mullet itu masuk ke dalam mobil.
Tak ada kecurigaan dari Nagi, hingga rencana Gara untuk mencekik leher Nagi dengan kaca mobil pun berhasil.
"Ba-bi! Gu-gue ga bi-sa na-na-fas."
Melihat keterpurukan Nagi membuat Gara semakin senang dan semakin menaikkan kaca jendela mobil.
Setelah puas menjahili Nagi, Gara pun menurunkan kembali kaca jendela hingga Nagi bisa menarik diri.
Belum sempat Nagi menyumpah-serapahi Gara di hadapan wajahnya, pemuda berambut buzz-cut itu lebih dahulu menginjak gas. Sambil mengarahkan pandangan ke arah mobil Gara yang menjauh, Nagi mengelusi lehernya dengan melayangkan umpatan-umpatan kecil.
"Fuck!" Salah satu umpatan Nagi pun terdengar akibat suatu benda keras menubruk kakinya.
Nagi meringis, menatap sebuah batu berukuran sekepal tangan di samping sepatunya, lalu Nagi menatap tajam ke arah pelaku pelemparan batu tersebut. Namun, sebelum Nagian melayangkan protes kepada Gabriel— Si Pelaku — lebih dulu meletakkan jari telunjuk pada bibirnya.
Nagi segera berlari kecil menghampiri Gabriel yang berjongkok di balik persembunyian 'semak-semak'.
"Asu! Kaki Gue sakit anjay! Ga ada batu yang lebih besar, hah??!!" Kesal Nagi dengan berbisik kepada Gabriel yang tengah fokus menatap ke arah rumah tua tidak berpenghuni itu yang merupakan markas Gerry dan teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝗣𝗘𝗡 𝗔𝗥𝗠𝗦
Teen FictionWarning Geenflag Area...! Awal mula, 𝘼𝙧𝙨𝙚𝙣𝙞𝙤 𝘿𝙚𝙡𝙫𝙞𝙣 𝙂𝙞𝙗𝙨𝙤𝙣 hanya ingin menjauhkan Bella dari seseorang yang Delvin sangat benci. Akan tetapi, Delvin malah terperangkap ke dalam pesona 𝘼𝙣𝙣𝙖 𝙍𝙤𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙡𝙖 - '𝘚𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘪...