Tangan Sunghoon menarik tuas yang menurunkan atap mobil konvertibel miliknya. Membuat mobil yang tengah dikendarai itu kini terbuka atapnya. Membuat angin laut segera membelai halus setiap inci permukaan kulit dan menyisir lembut helaian rambutnya. Kini dirinya hanya memegang kemudi dengan satu tangan, sementara satu tangannya ia taruh di sisi pintu dengan sesekali mengetuk badan mobil mengikuti ritme lagu yang mengalun.
Kini, ia tengah dalam perjalanan pulang menuju resor Ayahnya. Harusnya. Namun, kalau dipikir lagi, untuk apa ia harus cepat-cepat kembali dan menghabiskan waktu menjadi seorang bellboy di sana. Karenanya, ia memutuskan untuk menepi terlebih dahulu di sekitar pesisir pantai yang agak sepi. Mencoba menghilangkan perasaannya yang tidak keruan dengan sebotol arak anggur yang dibawanya. Lagipula, ia yakin, jikalau dirinya kembali ke resor pun, belum tentu juga Jaeyun masih di sana. Dan sialnya, ia lupa membubuhkan kontak miliknya di atas sticky note yang ditulisnya untuk Jaeyun tadi pagi.
"Oh?"
Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Baru saja dia memikirkan Jaeyun, dan kini ia sudah melihat sosok pria itu duduk di halte bus dengan kaki yang bergoyang-goyang seperti anak kecil. Membuatnya tanpa sadar mendengus menahan tawa. Ia memelankan pijakannya pada pedal gas. Membawa mobilnya dengan tempo yang agak melambat.
Ia menghentikan laju mobil miliknya tepat di depan halte bus, membuat Jaeyun yang hendak membuka lebar mulutnya untuk menyuapkan sepotong nasi kepal langsung sukses terkatup rapat. Sementara Sunghoon hanya bisa menatap Jaeyun dengan sebelah alis yang terangkat. Lalu dilihatnya jam tangannya sebelum kembali melihat ke arah Omega itu dengan kening yang mengerut samar.
"Lo ... baru makan jam segini?"
Ada nada khawatir di sana. Pasalnya ini sudah lewat dari jam makan siang. Dan pria ini hanya memakan satu potong nasi kepal―ia tidak mendapati bungkusan lain di sekitar pria itu bahkan Jaeyun sama sekali tidak membawa tas apapun. Pantas saja, tubuh Jaeyun benar-benar terasa ringan.
"Iya," sahut Jaeyun diikuti dengan anggukan santai. Seperti anak kecil polos. Lalu terlihat raut ekspresi bingung, dengan kedua alis yang menaut, bibir mencebik, dan juga kepala yang sedikit ia miringkan, "Tapi ... itu bukan urusan lo, kan?"
"Urusan gue."
Sunghoon bahkan tidak berpikir panjang kala menjawabnya. Memperhatikan wajah bingung yang begitu kentara di wajah Jaeyun, membuat Sunghoon terdiam sejenak. Sebenarnya dia baru berkata apa, sih? Kalau dipikir-pikir lagi memang bukan urusannya. Memangnya dia siapa selain orang yang mengenal Jaeyun saat kecil dulu?
"Lo ..." Otaknya mencoba mencari-cari alasan, "Lo mirip Gaeul, soalnya."
Bodoh. Rutuknya di dalam hati.
Meski, yah, jika dipikirkan pun, Jaeyun dan Gaeul memang mirip. Dua-duanya sama-sama menempati posisi penting untuknya.
"Gaeul?"
"Temen gue yang selalu gue kasih makan setiap harinya."
"Ngomong-ngomong, gue penasaran, deh. Lo ... sekarang nyewa mobil?" Jaeyun melemparkan tatapan penuh selidik, seolah tidak peduli dengan perkataan Sunghoon padanya, "Lo ... nggak mungkin nyuri mobil salah satu tamu yang nginep di resor, kan?"
Pertanyaan yang dilemparkan Jaeyun padanya, tentu saja sukses membuat si Park muda itu mengerutkan kening. Jadi, Jaeyun memang tidak ingat pada dirinya, ya? Tapi, kalau dipikir pun, rasanya itu bukanlah hal yang aneh. Dia saja sempat tidak mengenali Jaeyun kalau saja dirinya tidak berada di tempat kejadian kemarin.
Tapi, menganggapnya untuk mencuri sebuah mobil, bukankah itu sudah keterlaluan?
Memangnya, Jaeyun pikir, dirinya ini siapa, sampai harus mencuri mobil ini yang bahkan tidak terlalu mahal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bloom [SungJake]
FanfictionShim Jaeyun hanyalah seorang Omega resesif yang membenci hidupnya. Dia Omega, tapi dia cacat. Dia Omega, namun baginya tidak ada keindahan apapun pada dirinya. Dan saat ia sudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, dirinya justru ditolong oleh se...