Time Skip
――
Sejujurnya, Jaeyun benar-benar lelah. Hari ini, hari terakhirnya ia bekerja sebagai Ahli Gizi di sebuah sekolah dasar yang terletak di distrik Yongsan. Ia pulang sedikit lebih larut hari ini, lantaran harus membereskan barang-barang miliknya sebelum benar-benar pergi. Bahkan selama membereskan barang-barang miliknya, Jaeyun sudah menyusun rencana untuk bergelung di dalam selimutnya yang hangat sambil menikmati semangkuk ramyeon panas di rumah nantinya. Namun apa daya, dia harus menunda keinginannya itu. Karena dirinya sudah terlebih dahulu membuat janji dengan teman-temannya semasa kuliah dulu untuk berkumpul di sebuah kafe yang terletak di distrik Mapo.
Kafe tempat mereka berkumpul hanyalah sebuah kafe sederhana yang terletak di tengah-tengah distrik Mapo. Kafe itu berwarna dasar bak batu pirus yang dipadu dengan warna putih. Dan di sudut kafe itu lah kini Jaeyun duduk bersama dengan teman-temannya berbincang. Dari masalah pekerjaan, rekan kerja, bahkan hingga masalah percintaan―tentu saja untuk yang terakhir, Jaeyun hanya memilih untuk mendengarkan. Namun kini, ia sudah tidak lagi bisa fokus mendengarkan percakapan yang tengah berputar di antara teman-temannya. Konsentrasinya sudah terbagi pada ponsel yang berada di dalam genggaman. Dia terlalu sibuk menghubungi seseorang yang berada di seberang sana.
"Gue kangen Land, deh."
Tangan Jaeyun yang hendak meraih gelas es teh hibiscus nya terhenti. Matanya kini jatuh pada sosok Minjeong yang baru saja berucap. Mulut Jaeyun terkatup, sementara tangannya yang sudah terlebih dahulu terulur kini hanya mengetuk kecil badan gelas dengan pelan. Tiba-tiba saja, memori mengenai Alpha lautan itu kembali berputar di kepala. Alpha yang telah menyelamatkan hidupnya, menolongnya, bahkan hingga membantunya melewati masa heat.
Hari itu, dirinya benar-benar kalut, bahkan Jaeyun juga tidak paham kenapa dirinya harus lari. Dia hanya mengikuti instingnya yang mengatakan demikian. Dia harus lari, sebelum dirinya kembali dibuang. Dia harus lari, sebelum dirinya terlalu jatuh. Karena dirinya terlalu takut, di malam itu hanyalah dirinya yang sepenuhnya jatuh pada pesona Alpha itu. Dia takut, bagaimana saat melihat sisi Omeganya yang liar, Alpha itu juga menganggapnya menjijikan? Bagaimana jika Alpha itu berubah menjadi Alpha seperti Ayahnya? Jaeyun tidak tahu. Dia tidak mengerti. Tapi pikirannya tidak pernah bisa positif jika membicarakan hal-hal mengenai hubungan.
Bahkan kendati dirinya mengetahui Alpha itu merupakan seorang gitaris dari band indie Land sekalipun, Jaeyun memilih untuk tidak pernah mencari tahu lebih lanjut mengenai siapa sebenarnya Alpha itu. Terlalu banyak ketakutan di dalam dirinya. Dia takut selalu terbayang-bayang Alpha itu―meski pada kenyataannya, sampai sekarang pun, dia benar-benar tidak bisa melupakannya. Dia juga takut, dirinya bisa saja nekat dan menghampiri Alpha itu. Karena jujur saja, rasa rindu itu selalu ada di sudut hatinya. Dan dia tahu diri; belum tentu saat mereka bertemu lagi, Alpha itu bisa menerima dirinya.
"Sama!" seru Seonwoo dengan ekspresi cemberut yang dibuat-buat. Pria Beta itu menyuapkan sepotong keik stroberi ke dalam mulut, "Kenapa, sih, mereka harus bubar!?"
"Awalnya karena Park Sunghoon milih keluar nggak, sih?" Chaewon menyahuti seraya ikut menyuapkan potongan stroberi ke dalam mulut. Kedua alis perempuan itu menukik. Raut sebal terlihat jelas di wajahnya, "Bilangnya, sih, mau lanjutin salah satu perusahaan Ayahnya. Tapi, gue yakin, itu cuma alesan aja. Pasti aslinya karena masih ada hubungannya sama skandal dia yang di bar waktu itu."
"Hah?" Minjeong merengut tidak suka, "Kok, lo bisa mikir gitu, sih? Kan, udah dibantah juga dari awal artikelnya rilis waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bloom [SungJake]
FanfictionShim Jaeyun hanyalah seorang Omega resesif yang membenci hidupnya. Dia Omega, tapi dia cacat. Dia Omega, namun baginya tidak ada keindahan apapun pada dirinya. Dan saat ia sudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, dirinya justru ditolong oleh se...