Alih-alih rasa rindu dan juga haru, ia justru merasakan perasaan risau dan juga gelisah yang tidak menentu saat dirinya akhirnya berhadapan kembali dengan seorang Jeon Wonwoo―tetangga sekaligus orang yang ia kenal sebagai teman bertengkar Jennie saat mereka masih tinggal di Cheongdam dulu. Mulutnya kini bergerak-gerak berusaha mengucapkan sepatah dua patah kata. Namun percuma, suaranya tersendat di tenggorokan.
"Jadi, gimana? Kamu bisa terima tawaran saya atau nggak? Jujur aja, demi efektivitas dan juga masalah manajemen keuangan perusahaan, saya butuh kamu sebagai Ahli Gizi perusahaan ini menyiapkan makanan untuk Direktur Park." Dari balik lensa kacamatanya, sepasang mata Wonwoo menatap tepat pada hazel milik Jaeyun. Pria yang lebih senior itu menghela nafas berat. "Tapi, kalo kamu emang nggak bisa, ya, saya mau nggak mau, memang harus cari Ahli Gizi yang lain."
Jaeyun menggigit bibirnya. Sementara sepasang tangan meremas ujung jas lab yang dikenakan hingga kusut. Dirinya benar-benar terjebak pada pilihan sulit. Ancaman dipecat dari Alpha di hadapannya atau aura penuh intimidasi dari Alpha di belakangnya. Tidak ada pilihan yang lebih baik. Dirinya benar-benar mendadak resah.
Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Pada akhirnya, ia menganggukkan kepala diikuti dengan senyuman tipis terukir di wajahnya. Setuju.
Urusannya dengan Kepala Koki Bae akan diurusnya setelah ini. Kendati dirinya sendiri pun tidak yakin bagaimana bisa ia menghadapi Alpha yang dari auranya saja sudah berhasil membuatnya merinding setengah mati. Bahkan perutnya kini mendadak terasa mulas hanya untuk sekadar memikirkannya. Berbeda dengan Jeon Wonwoo yang sama sekali tidak mengeluarkan aura intimidasi apapun, Bae Joohyun benar-benar mengeluarkan aura yang begitu mencekam.
Tapi, ya, bagaimana pun juga, dia sadar, jika ia kehilangan pekerjaannya yang sekarang, belum tentu setelahnya ia bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Ia masih mempunyai putra kecil yang masih berusia dua puluh delapan bulan yang harus ia nafkahi.
"Saya terima tawarannya. Kami sebisa mungkin akan menyiapkan makanan untuk Direktur Park," sahut Jaeyun kemudian. Nadanya sedikit bergetar. Sementara senyuman canggung masih terukir di wajahnya. "Lagipula, kan, Direktur Park juga bagian dari perusahaan, jadi, udah seharusnya kami juga buat mempedulikan makanan yang beliau makan."
Suara benturan antar benda yang berdenting keras dari kejauhan, sukses membuat Jaeyun bergidik. Ia menelan ludah. Bahkan tanpa menoleh pun, dia tahu Joohyun lah yang menyebabkan suara denting itu hingga terdengar menyapa indera pendengarannya. Ia menggigit bibirnya, sementara mata mencoba melirik dari ekor matanya. Namun yang ia dapati dari cakupan penglihatannya hanyalah Seokmin dan juga Soonyoung yang sudah melemparkan tatapan penuh akan simpati.
"Kalo gitu, saya minta tolong, siapkan tiga makanan untuk Direktur Park dalam sehari." Suara Wonwoo kembali menarik atensinya; membuatnya kembali menoleh dan mendongak, menatap sepasang obsidian yang tersembunyi di balik lensa kacamatanya yang cukup tebal. Alpha berkacamata itu kemudian mengangkat tiga jarinya, "Siapkan makanan untuk sarapan, makan siang, dan juga makan malam. Tolong juga, siapkan makanan yang sehat dan dibuat secara berkala, ya."
Sepasang mata Jaeyun membola, menatap tidak percaya. Dengan ragu dia mengangkat tiga jarinya mengikuti gestur tangan Wonwoo di hadapannya. "Ti, tiga kali sehari...?"
Sinting. Ini, sih, tidak ada bedanya dengan ia menyiapkan makanan untuk Jaewon setiap harinya. Ah, tidak, bahkan untuk anaknya saja, ia tidak bisa sepenuhnya membuatnya secara berkala selain di hari libur.
"Kenapa?" Sebelah alis Wonwoo terangkat, "Keberatan, ya?"
"Nggak. Nggak keberatan sama sekali!" Jaeyun berseru cepat dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Meski sejujurnya keberatan pun, ia tidak mungkin bisa menolaknya. Senyuman canggung itu masih senantiasa terukir di wajahnya. "Pada dasarnya, kan, kami juga memang menyiapkan makan siang untuk banyak karyawan di sini, jadi, seharusnya makanan untuk Direktur Park itu bukanlah masalah yang sulit. Jadi, tolong jangan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bloom [SungJake]
FanfictionShim Jaeyun hanyalah seorang Omega resesif yang membenci hidupnya. Dia Omega, tapi dia cacat. Dia Omega, namun baginya tidak ada keindahan apapun pada dirinya. Dan saat ia sudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, dirinya justru ditolong oleh se...