Untuk pertama kalinya selama ia menjabat sebagai seorang Direktur, Sunghoon benar-benar tidak bisa fokus selama rapat bulanan dengan para petinggi berlangsung. Bahkan, ia tidak terlalu banyak melakukan protes ini dan itu saat presentasi produk dilakukan atau mengenai masalah keuangan. Tidak seperti biasanya. Pikiran Alpha dengan aroma lautan itu sedari tadi hanya tertuju pada sesosok Omega yang dilihatnya tadi.
Jaeyun.
Pikiran Sunghoon hanya tertuju pada Jaeyun. Jaeyun. Dan, hanya Jaeyun.
Memikirkan berbagai macam segala cara dan juga skenario untuk menghukum Omega nakal yang telah meninggalkan dirinya sendirian begitu saja tanpa penjelasan. Meninggalkan dirinya saat perasaan sayangnya tengah memuncak. Dan meninggalkan dirinya sendirian usai malam panas mereka begitu saja tiga tahun yang lalu.
Memang, mencari keberadaan dan juga kabar Jaeyun itu memang sebuah prioritas untuknya. Dia masih sangat menyayangi Omega itu meski ditinggal tanpa sebuah kepastian dan juga alasan. Tapi untuk sekarang, kesampingkan rasa sayangnya terlebih dahulu. Sunghoon benar-benar merasa ingin balas dendam. Membuat hidup Omega agaknya sedikit tertekan dengan presensinya lalu membuat pria itu meledak seperti sebuah bom waktu.
Katakan dirinya kekanakan, tapi mau bagaimana lagi. Ditinggal begitu saja setelah malam panas mereka, sukses membuat harga dirinya sebagai seorang Alpha dominan benar-benar terluka. Memangnya Jaeyun sebegitu tidak puas dengan permainannya hingga Omega itu tidak menikmatinya? Begitu buruk kah perfomanya hingga pantas ditinggal? Tidak puas kah Omega itu dengan knot miliknya hingga pergi begitu saja?
Astaga ... memikirkannya kembali rasanya membuat darah di dalam diri benar-benar mendidih.
Buruk. Benar-benar buruk. Rasanya lebih buruk dibandingkan dikendalikan oleh seorang Jeon Wonwoo yang merupakan seorang Alpha resesif!
Sunghoon sungguh berharap sekarang, agar sosok Park Senior yang kini tengah berkeliling untuk melihat-lihat contoh produk mereka itu untuk segera kembali ke mansion mereka yang nyaman. Sunghoon merasa secepatnya ingin segera kembali ke ruang kerjanya. Berkutat dengan laptop miliknya dan memeriksa kembali profil milik karyawan yang belum sempat dilihatnya kemarin. Profil milik Jaeyun. Memastikan kembali marga pria itu dan juga berbagai macam latar belakangnya yang kini masih diselimuti dengan misteri.
"Park Sunghoon, kamu denger, nggak?"
Sunghoon agak sedikit terperanjat saat Wonwoo menyikut lengannya. Ia yang sedari tadi asik tatapi ujung sepatu kulitnya dengan terburu-buru mendongak. Menatap Alpha Senior yang sedari tadi berjalan di depannya.
"Maaf?"
"Kamu ngelamun?" Pria paruh baya itu mendesah lelah. Decakan lalu keluar dari sela bibirnya. "Ayah nanya, kapan kamu mau tunangan sama Yang Jungwon? Katanya bulan depan? Tapi lebih dipercepat bisa nggak? Ayah suka sama dia. Anaknya baik, nggak neko-neko."
"Apaan, sih, Yah? Siapa yang mau tunangan sama Jungwon? Sunghoon udah nolak." Secara refleks Sunghoon menggunakan intonasi suara yang biasa ia gunakan sehari-hari saat berbicara dengan Ayahnya. Wajahnya mendadak merengut sebal. "Sunghoon nggak tertarik. Lagian, Jungwon juga udah kaya adik Sunghoon sendiri."
"Tapi, tetep aja, Jungwon nggak sedarah sama kamu," sahut Park yang lebih Senior dengan cepat. "Atau, mau Ayah cariin Omega lain buat jadi mate kamu? Ayah pengen cepet-cepet punya cucu rasanya."
"Nggak. Apa-apaan!?" Kedua alis Sunghoon menukik dengan mata yang menyipit kesal. Pelipisnya rasanya berkedut hanya menanggapi perkataan Ayahnya kini. "Nggak usah. Nggak perlu. Lagian, Sunghoon masih dua puluh empat tahun! Terlalu muda buat punya anak!"
"Terlalu muda dari mana?" Park Senior berdecak tidak terima. "Bahkan banyak Alpha yang lebih muda dari kamu udah punya mate dan juga pups. Emang kamu nggak iri liat pups yang lucu-lucu atau malu sama temen-temen Alpha kamu karena sejauh masih hidup tanpa mates kaya gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bloom [SungJake]
FanfictionShim Jaeyun hanyalah seorang Omega resesif yang membenci hidupnya. Dia Omega, tapi dia cacat. Dia Omega, namun baginya tidak ada keindahan apapun pada dirinya. Dan saat ia sudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, dirinya justru ditolong oleh se...