Warning : Not-Safe-for-Work contained Omega-in heat, kissing, rimming, anal fingering, barebacking, knotting (because Jaeyun will get what he wants:)))
――
Jaeyun hanya bisa terpekur tanpa bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Isi kepalanya mendadak kosong. Sementara suaranya mendadak tercekat di ujung tenggorokan. Kendati demikian sepasang mata bulat miliknya tiada hentinya memperhatikan pergerakan pria bernama Park Sunghoon yang perlahan beranjak dan menghampirinya. Tanpa sadar membuat tangannya meremas ujung jas lab putih yang dikenakan.
"...gue bukan orang biasa."
"...tapi anak dari pemilik resor―"
Perkataan sang Alpha tiga tahun lalu kembali berputar di kepalanya. Jaeyun agaknya merutuk. Kenapa dia tidak mempercayai perkataan Alpha itu mentah-mentah. Kenapa dia tidak percaya, padahal malam sebelumnya, mereka juga sempat tidur bersama di sebuah kamar mewah di sebuah resor mewah yang tidak mungkin terjangkau oleh seorang gitaris band indie lebih lagi seorang bellboy.
Selama ini, Jaeyun hanya berpikir, Alpha ini hanyalah seorang gitaris band indie yang juga bekerja paruh waktu sebagai seorang bellboy di sebuah resor mewah. Karenanya, melihat Alpha lautan yang pernah berbagi malam bersama dengannya, kini di hadapannya sebagai seorang Direktur. Sebagai atasannya. Sukses membuat otak Jaeyun mendadak macet.
Bola mata Jaeyun dengan cepat bergerak-gerak ke arah lain. Mencari-cari sesuatu lain yang bisa ia pandangi. Apapun selain netra sewarna kopi pekat yang terlihat begitu menggoda untuk melepas dahaga juga lelah di hadapannya kini. Membuatnya pada akhirnya lebih memilih untuk pandangi ujung sepatu kanvasnya di bawah sana.
Tubuh Jaeyun bergetar. Denyut jantungnya meningkat. Darahnya kembali berdesir. Tapi bukan rasa takut. Melainkan perasaan asing yang belum pernah dirasakannya tiba-tiba saja muncul saat aroma lautan itu semakin dekat. Begitu dekat. Hingga penuhi paru-parunya. Membuatnya sesak seperti tenggelam dalam lautan yang dalam. Membuatnya tanpa sadar menelan ludah gugup.
Alpha lautan itu berdiri begitu dekat. Sangat dekat. Nafas pria itu bahkan terasa hingga wajahnya. Membuatnya secara insting memundurkan langkahnya. Aura sang Alpha begitu mendominasi, namun sama sekali tidak mengintimidasi. Tapi tetap saja, sukses membuat Jaeyun merasa resah dan gelisah.
Jantungnya sudah begitu berisik. Berdentum-dentum dengan tempo yang begitu cepat. Bohong, jika ia mengatakan dirinya tidak rindu. Dia rindu. Tapi, meski hatinya melolong sekalipun, otaknya menyuruhnya pergi. Dia harus pergi. Dirinya harus menjauh. Dunia mereka berbeda. Sangat berbeda. Alpha ini terlahir dengan sendok emas di mulutnya, sedangkan dirinya hanyalah anak buangan yang tidak diinginkan. Dia harus sadar diri.
Rutukan hanya bisa Jaeyun layangkan di dalam hati, kala tubuhnya tertahan pada sandaran sofa yang berada di dalam ruangan. Ia terkesiap saat Alpha lautan itu menaruh kedua tangan pada sandaran sofa yang berada di belakang tubuhnya. Menumpukkan beban tubuh di sana. Dan berhasil membuatnya tidak berkutik dalam kungkungan.
Jaeyun hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah lain. Sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan sepasang warna kopi pekat yang menatapnya lekat.
"Kamu ternyata masih sama, ya?"
Alpha itu berbisik dengan suara agak rendah tepat di telinga Jaeyun. Sukses membuat sang Omega merinding. Bulu-bulu kuduknya meremang. Dan sukses menarik atensi sang Omega hingga membuatnya melirik pada wajah rupawan yang begitu dekat. Jaeyun hanya bisa menggigit bibirnya.
"Dari ujung kepala sampai ujung kaki ... sama sekali nggak ada yang berubah."
Jaeyun bisa merasakan wajahnya memanas. Dan perutnya mendadak terasa begitu bergejolak. Tangannya semakin erat meremas ujung jas lab yang dikenakan. Membuatnya semakin kusut. Membuat buku-buku jarinya yang merona kemerahan semakin memerah, sementara kuku jemarinya memutih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Bloom [SungJake]
Fiksi PenggemarShim Jaeyun hanyalah seorang Omega resesif yang membenci hidupnya. Dia Omega, tapi dia cacat. Dia Omega, namun baginya tidak ada keindahan apapun pada dirinya. Dan saat ia sudah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, dirinya justru ditolong oleh se...