Eps. 2

1K 114 5
                                    

Tring!

Suara lonceng atas pintu masuk berdenting nyaring, menandakan pelanggang masuk. Freya yang tengah mengganti bunga baru untuk vas-nya menoleh, mendapati seorang remaja yang tersenyum kikuk kearahnya.

"Selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu?"

Remaja nampak ragu-ragu, ia memainkan ujung almamater berwarna putih sekolah nya dengan gugup. Freya tersenyum, biarkan Freya menebak, remaja didepannya pastilah sedang kasmaran.

"Ayo, ikuti saya."

Remaja menatap bingung, lalu perlahan mengikuti langkah Freya.

"Kamu sedang jatuh cinta, bukan?" Freya menebak tepat.

Dengan ragu entah malu, remaja mengangguk samar. Walau tak melihatnya, Freya tetap saja mengetahuinya.

"A–Anda tahu dari mana?" Kikuk remaja.

"Begitu banyak orang seperti kamu yang datang ke toko saya, saya bahkan tak bisa menghitungnya. Begitu banyak pelanggan."

Ah, terjawab sudah pertanyaan dikepala remaja. Ia mengangguk setuju, kata temannya tempo lalu, toko ini cocok dijadikan pilihan utama berburu bunga, temannya merekomendasikan.

"Bunga mawar cocok untuk pasangan, bunga mawar melambangkan rasa sayang yang paling dalam, cocok untuk mendapatkan kesan pertama wanita idamanmu. Kamu mau?" Ujar Freya mengacak-acak barisan bunga didepannya.

Remaja mengangguk, "Saya mau, saya tidak terlalu paham soal begitu. Jadi saya serahkan saja kepada anda."

Freya mengangguk, memilah-milah bunga terbaik, lalu berlalu menuju meja kasir didepan. Remaja mengikutinya kecil dari belakang, tampak tak sabaran.

"Kamu mau saya buatkan catatan juga?"

Remaja tampak ragu-ragu lagi.

Freya tersenyum, "Tenang, soal harga tidak akan berubah, tetap sama."

Senyum merekah terbit diwajah remaja, ia mengangguk antusias.

"Apa?"

Remaja nampak berpikir, Lantas menjentikan jarinya setelahnya. Dengan malu-malu ia berbisik kepada Freya seolah tak ingin orang lain mendengarnya. Toh, hanya mereka berdua saja disini.

Freya tersenyum mendengarnya.

"untukmu Callie, wanita tercantik yang pernah aku temui."

Merah sudah wajah remaja, ia tak berspekulasi bahwa Freya akan mengejanya sembari menulisnya. Sungguh malu batinnya.

"Namanya cantik, pasti orang juga cantik." Freya tersenyum, menyerahkan hasilnya. Remaja menyambutnya kikuk, rona wajah masih memenuhi wajahnya.

"Kamu sekolah di SMA Jakarta 48?" Freya menatap almamater yang dikenakan remaja.

Remaja mengangguk.

"Anda tahu sekolah itu?"

"Tentu, saya lulusan terbaik di sekolah itu."

Mata remaja membulat, Ia menatap Freya tak percaya, "Anda Freyana Jayawardana?"

Freya tersenyum, mengangguk. Hei! memang kenyataannya begitu.

"Astaga," Remaja itu menepuk dahi, "Saya tidak menyangka akan bertemu dengan orang terpopuler di sekolah, Ini mengejutkan."

Freya tersenyum kikuk, kaget respon remaja yang berlebihan.

"Bolehkah saya berfoto dengan anda? Saya ingin memamerkanya pada teman-teman saya." Tanyanya membujuk.

Freya dengan senang hati mengiyakan, melihat wajah senangnya membuat Freya tak tega untuk menolak. Freya mengangguk.

FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang