Eps. 6

730 83 3
                                    

Jumat pagi, Marsha seperti biasa menjalani aktivitas kantorannya. Dengan suasana pagi yang indah dan cerah—seperti hatinya saat ini—Ia melangkah masuk ke kantor miliknya dengan senyum yang merekah.

Para karyawan dan pekerja lainnya yang sedang lalu-lalang mendadak terhenti. Mereka melihat Bos mereka tak seperti biasanya, yang mana setiap hari dingin bahkan datar tak berekspresi, kini berubah sebaliknya.

Bos kenapa? mungkin itu yang dipikirkan oleh seluruh karyawan Marsha.

Jabieb, Asisten sekaligus sekretaris Marsha, menatap Bosnya bingung. Ditangannya terdapat tumpukan berkas yang menggunung, siap untuk dikerjakan.

"Bos baik-baik aja, 'kan?"

Jabieb menatap Marsha dengan alis menyatu. Saat ini mereka berdua tengah berada didalam lift, menuju atas tempat ruangan kerja Marsha.

Marsha tersenyum.

"Baik. Kenapa?"

Nah kan, barusan Marsha senyum. Jabieb baru kali ini ia melihat Bosnya senyum. Dimana bosnya yang galak dan menyakitkan hati itu?

"Bos aneh tahu, tumben senyum-senyum gitu. Biasanya gak pernah. Bos lagi happy, ya?"

Marsha mengangguk samar.

"Hm."

"Pasti kabar baik nih, Bos punya pacar baru, ya?" tebaknya yang mana membawa malapetaka bagi Jabieb.

"Pacar baru? Saya tidak pernah berpacaran, sekalipun itu tidak pernah. Jangan ngomong sembarangan, saya tidak suka dengan orang seperti itu. Hati-hati kalo bicara, Jabieb."

Kutu kupret, Bosnya sudah kembali ke mode awal. Niat hati sudah bahagia, eh malah pupus begitu saja. Bosnya terbuat dari apa sih? Jabieb bingung sendiri.

"Maaf Bos."

Mereka kembali diam. Masih menunggu lift sampai ke lantai tujuan. Keadaan hening, hanya terdengar suara deru mesin yang dihasilkan lift.

Sedang asyik menunggu, netra mata Jabieb menangkap sesuatu di lengan Bos mudanya itu. Sebuah bekas gigitan rapi, tapi memerah.

Karena penasaran, Jabieb mencoba mencari tahu. "Tangannya kenapa, Bos? digigit siapa? merah gitu."

Marsha yang mendengarnya langsung menutup lengannya. Ia mendengus dalam hati. Padahal sudah ia coba tutupi, ternyata masih terlihat.

"Digigit musang?" jawabnya asal, sedikit tersenyum. Emang ada, ya, musang cantik?

Jabieb mengrenyit, "Musang? perasaan gigitan musang nggak kaya gini, bos. Ini kayaknya..., bekas gigitan manusia. Astaga, Bos digigit vampire?!"

Nyeri sudah bahu Jabieb, Bos mudanya itu langsung memukulnya dengan berkas pekerjaannya. Mendelik tajam kearahnya, Kamu milih diam atau saya potong gaji? Tanpa bersuara pun Jabieb tahu apa arti tatapan itu.

Jabieb memilih diam.

Ting! Pintu lift terbuka, Marsha langsung melangkah keluar menuju ruang kerjanya, beberapa karyawan dan pekerja menyambutnya disepanjang jalan.

Jabieb yang ditinggal Bosnya cuma menghela napas. Sabar-sabar aja.

Marsha yang baru memasuki ruangannya, langsung disambut dengan pemandangan sosok lelaki yang berdiri didepan kaca belakang meja kerjanya—melihat pemandangan kota Jakarta.

Marsha menghela napas.

"Aku udah nungguin kamu lebih dari 1 jam, Cha. Kamu lama."

"Saya tidak menyuruh anda." Dingin Marsha.

FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang