Eps. 3

941 105 13
                                    

Didepan Minimarket pinggir jalanan lenggang Ibukota, dua wanita tampak duduk bersanding menikmati suasana sore hari dengan segelas cup kopi digengamam tangan mereka. Tampak serasi.

"Ternyata bukan pertemuan terakhir," Yang lebih tinggi bersuara.

"Yah, itu semua diluar kendali saya. Jadi mau bagaimana lagi." Balas Freya menanggapi.

Marsha tertawa. Betul juga.

"Hmm, ngomong-ngomong anda baru pulang bekerja atau bagaimana? Pakaian anda tampak rapi, tapi tidak dengan tingkah laku anda."

"Oh, ya? Apa tingkah lakuku berbeda? Sebegitu jelaskah?"

Freya mengangguk.

Marsha tersenyum tipis, sangat tipis. "Anda benar, saya baru pulang bekerja. Dan anda tahu, bekerja itu melelahkan. Saya tidak suka."

Freya menatap bingung-walau dalam hati setuju.

"Entahlah, saya tidak terlalu suka saja. Benar-benar melelahkan." Gerutu Marsha.

Freya tersenyum saja. Diam sejenak, lantas netranya melirik bungkus camilan ditengah-tengah mereka yang telah habis sejak tadi.

"Anda sepertinya suka sekali dengan rasa Honey butter, apa sebegitu melezatkan?" tanya Freya menatap Marsha.

Marsha mengangguk mantap.

"Tentu saja, saya sangat menyukainya. Itu melezatkan."

Lagi. Freya hanya tersenyum. Kembali menatap kedepan. Jalanan masih lenggang, sedikit saja yang terlihat melintas.

Marsha yang menyadari suasana akan menjadi canggung, ia berusaha kembali menghidupkan suasana. Melihat barang belanja Freya yang terbilang cukup banyak, senyum Marsha timbul.

"Belanja bulanan, Frey?"

Freya menoleh, lantas mengangguk.

"Banyaknya belanjaan anda, mau saya bantu bawakan? Sekalian mau mampir."

Freya dengan cepat menggeleng, "Tidak perlu Marsha, saya bisa-Eh? Marsha, mau dibawa kemana belanjaan saya?!"

"Ayo, saya hantarkan pulang. Beruntung sekali, waktu saya masih panjang, tidak seperti tempo lalu." Jawabnya beranjak berdiri membawa 2 kantung belanjaan Freya.

Freya menghela napas saat belanjaanya telah masuk rapi kedalam mobil milik Marsha. Ia mengumam pelan. Mirip Fiony, sama-sama nggak mau ditolak.

"Ayo, saya antar pulang. Anda tidak akan disitu saja, bukan?" Panggil Marsha melambai.

Freya menatap Marsha sejenak, lantas mengangguk berjalan menghampiri. "Saya tidak mau merepotkan anda, saya khawatir nanti anda kelelahan. Betul kata anda, bekerja memang melelahkan."

"Tidak papa, saya sekalian ingin mampir. Anda mengijinkan?" tanya Marsha mulai memasuki mobil abu-abunya.

Freya mengangguk.

"Tamu tidak boleh ditolak," ujarnya memasuki mobil Marsha.

Marsha tertawa.

Freya menggelengkan kepala pelan, lantas berusaha menggunakan sealbet. Tampak kesulitan Freya melalukannya, entah kenapa bisa seperti itu. perasaan saat di mobil Fiony biasa-biasa saja. Mudah.

Marsha yang sedari tadi memperhatikan tersenyum gemas kepada Freya. Pipinya yang menggelembung sebal membuat Freya tampak menggemaskan.

"Sini saya bantu."

Freya menggeleng dalam tundukan usahanya, mendongak untuk melihat Marsha. "Tidak usah, saya bisa..." Ucapan Freya terhenti kala Marsha telah memajukan badannya untuk membantunya.

FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang