Eps. 14

689 79 9
                                    

Fiony nampak gusar. Badannya bergerak kesana kemari di atas kasur. Entah karena apa dia tidak tahu, yang pasti perkataan sepupunya tadi saat di bawah sangat mengganggunya.

'Lupakan. Lagipun, selama ini aku udah ngadepain semua hal sendirian yang bahkan nggak mungkin bisa kamu lakukan, Fio. Bahkan aku udah nuntasin setengah jalan kamu buat dapetin Freya. Masih yakin mau saingan sama aku buat dapetin Freya?'

"'Setengah jalan'?" Fiony menatap kosong pantulan dirinya di cermin lemari samping kasur. "Apa maksudnya?"

Selama itu, saat dirinya memutuskan untuk menginap di apartemen milik sahabat sematinya ini, pikiran itu selalu mengganggunya.

Sebenarnya, apa yang di maksud dengan 'setengah jalan' perkataan Marsha? Ia kepikiran terus menerus, hingga Freya di sebelahnya menatap kesal. Sedari tadi, sahabat pecinta ayam-nya itu tidak mau diam. Kesana-kemari yang membuat kasur miliknya berderit tidak karuan.

"Kamu bisa diem nggak sih? aku mau tidur, Fiony alveria. Besok toko harus buka pagi."

Fiony membalikan badan. "Tapi... aku nggak bisa tidur, Nurdhana,"

"Ya itu urusan kamu, bukan urusanku. Kamu mau tidur atau engga, jangan bikin orang lain bernasib sama kaya kamu, dong. Aku mau tidur."

"Kok kamu gitu sih, sama aku," Fiony memajukan bibirnya. Freya memutar mata malas.

"Jangan mulai lagi, kamu mau aku usir dari sini?"

"Eh, ya jangan, dong. Sekarang udah malem, nanti kalo aku pulang yang sampai rumah namanya doang, gimana? kamu mau?"

"Apapun itu kalo bikin kamu nggak gangguin aku lagi, ya... gak papa. Aku ikhlas, kok. Lagian nih, ya, kehidupan di surga itu lebih enak dari di bumi loh, Fio, kamu gak mau gitu?"

"Heh?!" Fiony mendelik.

"Makanya diem, aku mau tidur. Ini udah malem, Fiony. Bahkan udah pagi buta. Jadi stop buat kasur ini derit-derit ganggu telinga kaya tadi. Aku mau tidur tanpa gangguan apapun."

Freya memunggui Fiony. Selimut berukuran tak seberapa ia tarik sedemikian rupa membuat tubuh Fiony tak dapat perlindungan dinginnya malam.

"Oi, tapi jangan maruk selimut juga, dong. Aku juga butuh, Frey." Selimut itu ditariknya. Namun nihil, Freya terlalu kuat menahan diiringi senyuman jahil dibaliknya.

"Ih, Nurdhana Jayawardha! bagi selimutnya, aku kedinginan ini. Bagi, ih!"

"Gak mau." Freya mengeratkan selimut didekapannya. Fiony menatap tak percaya.

Malam ini, sebetulnya tidak sedingin apa yang kalian pikirkan. Bahkan Fiony bisa saja tidur tanpa balutan selimut motif kartun Angry bird itu. Hanya saja, dia sudah lama tidak bermain-canda dengan sahabat yang ia taruh perasaan lebih itu. Mumpung menginap, dan juga tanpa ada gangguan sepupunya ya, 'kan. Fiony bisa bebas bermain semau sepuasnya.

"Nurdhana!"

"Apa!"

"Bagi selimutnya! dingin!"

"Gak. Aku hangat tuh, nggak dingin. Boong ih, Fiony, Freya nggak suka."

"Karena kamu pake selimut, Nurdhana Jayawardhana jidat lebar, tapi aku nggak. Bagi dua nggak selimutnya."

"Nggak. Kamu body shaming soalnya."

"Astaga." Fiony hampir menbenturkan kepalanya ke headboard karena saking kesalnya. Sedangkan gadis di dalam selimut cekikikan bahagia karena dapat membalas sahabatnya.

"Freyanasyifa Jawardhana Nurdhana."

"Ya, Fiony Alveria Tantri-Tantri? ada apakah gerangan?"

"Bisakan kanjeng ratu ndoro berbaik hati membagi selimut itu untukku? aku kedinginan sekali, Ndoro. Hawa dingin di luar sini mampu membuatku mengigil."

FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang