•2 (MPLS)

42 5 0
                                        

Pagi yang cerah menyambut suka cita suasana hati para siswa siswi SMA Nusa Bangsa. Mereka gugup di hari ketiga Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah yang dipandu oleh kakak kakak OSIS.

Tepatnya dikelas gugus 5, kelas yang berada ditengah dan strategis untuk pergi kemana pun, seperti deket dengan mushola, dekat dengan ruang guru, dan dekat dengan UKS.

Gugus 5 adalah kelas yang memiliki beragam karakter siswa siswi. Ada yang pendiam, hiperaktif atau yang masih menyesuaikan diri ditempat baru.

Seperti yang diperintahkan kakak kakak OSIS, semua anak di gugus 5 membawa snack taro, coklat goldqueen, dan satu buah apel. Saat kadis alias kakak disiplin keliling mengecek satu persatu makanan siswa, tiba tiba salah satu kadis berhenti tepat dibangku Saga.

"Heh, kamu! Ga bawa sama apa yang kakak perintahkan?"

"Saya puasa kak, jadi percuma dong bawa makanan, kan ga dimakan juga. Mubazir namanya"

Saat itu juga salah satu kadis tadi menghampiri temannya yang merupakan penanggung jawab MPLS. Mereka berdua berbisik bisik mendiskusikan sesuatu.

"Mampus, gue bilang juga apa. Mau lu puasa apa kagak, tetep aja bawa tuh makanan", ucap Bastian yang kebetulan sebangku dengan Saga.

"Ah elah ribet. Lagian juga ngapain bawa makanan orang gue puasa"

Tak lama salah satu kadis tadi berjalan mendekati bangku mereka berdua.

"Kali ini kamu selamat. Karena kamu puasa jadi diperbolehkan. Besok tetep bawa apa yang kakak kakak perintah kan, kalau kamu tetep puasa biar temenmu yang makan"

"Asik dong", reflek Bastian yang langsung di tepuk Saga sambil tersenyum ramah pada kadis tadi.

Sementara itu, di bangku lain seorang siswi terlihat gugup sambil mengecek satu persatu makanan yang Ia bawa.

"Khawatir?", tanya Satria. Peka banget euy abang satu ini.

"E-engga. Cuma gugup dikit"

Satria memang duduk sebangku dengan perempuan, soalnya saat itu dia terlambat dan hanya tersisa bangku disamping perempuan itu. Akhirnya mau nggak mau ia menduduki bangku disana.

Satria sudah berpikir bahwa perempuan disampingnya adalah sosok yang kaku dan nggak banyak bicara. Namun, ternyata hal lain yang terjadi. Perempuan itu humble dan mudah bergaul walau masih sedikit malu malu, maklum lingkungan baru.

"Temenin ya", ucap Keyva Zevanya. Perempuan yang sebangku dengan Satria. Ucapan Keyva barusan membuat Satria sedikit bergetar, entah apa yang terjadi pada dirinya. Tetapi, ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tunggu! Bang Satria ini punya pacar.

"Temenin apa?"

"Eum, cuma kamu yang aku kenal disini. Jadi kalau ada apa apa temenin ya"

"Boleh", jawab Satria dengan lembut. Hal itu membuat Keyva melirik mata jernih milik lelaki itu, hal yang paling Keyva ingat adalah mata jernih itu cantik dan ia betah lama lama melihatnya. Perempuan itu pun menggelengkan kepalanya pelan. Gak! Ia ngga boleh jatuh cinta gitu saja, tujuannya ke sekolah ini untuk belajar. Bukan mencari pacar! Ceileh sapa tau jilat ludah sendiri neng.

Hal itu disadari oleh Satria yang sama sama melihat mata Keyva dibalik kacamata gold milik perempuan itu.

"Uuh, ngomong ngomong aku punya pacar lho", ucap Satria tiba tiba.

"Huh? Oh ya? Siapa?", tanya Keyva gugup karena sedikit merasa patah hati. Ia kira sosok teman sebangkunya ini belum memiliki pujaan hati. Cuman sedikit kok!

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang