Hinata menghempaskan badannya ke atas ranjang di dalam kamarnya. Telapak tangannya terangkat di atas wajahnya, matanya menatap jemari jemarinya sambil menerawang masa masa kecilnya dulu.
Dia menghela nafas kasar, matanya mulai terpejam, pergelangan tangannya kini tergeletak menutupi matanya yang mulai mengeluarkan airmata.
"Ini air got kok keluarnya banyak banget njer"
Hinata langsung duduk dari rebahannya mengusap air matanya yang terus keluar. Dia benci jika mengingat masa lalunya, bahkan dia semakin muak dengan keadaan keluarganya. Sampai kapan dia harus berpura pura baik baik saja saat melihat ayah bundanya setiap hari? padahal tanpa mereka sadari merekalah yang membuatnya jadi seperti ini.
Tok.. tok.. tok
Pintu kamarnya terketuk pelan, dengan langkah berat Hinata berjalan untuk membuka pintu kamarnya. Lagian siapa juga yang Dateng minta sumbangan malem malem begini.
Hinata membuka pintu kamarnya menatap bingung ke arah Hanabi yang tengah menunduk sambil mengeratkan pelukannya pada boneka kelinci yang di bawanya.
"Kak ngeteh yok, Hana pusing" ujar Hanabi, kepalanya menunduk dalam seakan akan dia tidak mengizinkan jika hinata melihat wajahnya yang sembab.
Hinata menatap jam dinding di dalam kamarnya, Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
"Dibanding ngeteh, mending kita ngepet Han"
"Lilinnya abis kak"
"Kok bisa? Padahal kemarin mbak pelayan beli 2 bungkus"
"Di makan kak Neji, kak malem ini Hana ngungsi ke kamar kakak ya? ya? ya? ya??" Tanya Hanabi berkali kali saat Hinata natep datar dirinya seakan ingin menolaknya.
"Kamar Lo kebanjiran apa kena gempa?"
"Lebih dari itu kak, bakal terjadi perang dunia ke dua nanti malem"
"Lo yakin?"
Hanabi mengangguk antusias "Ya lebih tepatnya di sebelah kamar Hana yang bakal jadi tempat war nya"
Hinata mengangguk paham, lalu mempersilahkan Hanabi untuk masuk kekamarnya. Dia duduk di tepi ranjang sedangkan Hanabi sudah guling guling di atas ranjang empuk milik Hinata.
"Ya udah Lo boleh ngungsi di kamar gw, tapi nggak usah banyak protes kalo kamar gw bau ji-" ucapan Hinata terjeda saat Hanabi melemparkan bantal kotak ke arah Hinata.
"Anjir bantal Lo bau jigong nyet"
"Y-ya mau gimana lagi! Lo ngungsinya aja dadakan! Kan gw belum ada persiapan buat ganti seprai!"
Hinata menutup wajahnya malu menggunakan bantal, entahlah dia lupa kapan dia ganti seprai, makanya bisa bau jigong gini.
"Kak kemarin gimana sekolahnya? Udah dapet temen?" Tanya Hanabi mengubah topik pembicaraan, dari pada dia di usir, terus dia mau tidur dimana coba?
"Kemarin baru mos Han, tapi itu hal terburuk yang pernah gw alami"
Hinata bergidik ngeri mengingat masa masa mos 3 hari yang lalu. Dimana dia di kerjain habis habisan oleh para senior seniornya. Mana si Naruto ikut ikutan lagi, rasanya tangan Hinata nambah gatel kalo ketemu Naruto setelah mos kemarin, hawanya pengen nonjok muka sangar ala ala seniornya itu.
"Ada yang ngebuly kakak?" Hanabi yang lagi rebahan langsung duduk di samping Hinata untuk melihat wajah kakaknya, barang kali ada yang lecet.
"Nggak kok Han aman aman... mereka baik baik, cuma iseng dikit buat nguji mental kakak" kata Hinata tertawa geli melihat ekspresi Hanabi yang terlalu berlebihan, setelah tertawa Hinata merebahkan badannya lalu memeluk boneka kelinci milik hanabi.
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy fiancé [Naruto Hinata]
Random[one going] . "kalo Lo nggak mau Nerima lamaran ini, mending Lo minggat aja deh nar sekarang jadi gembel aja sana, nggak usah jadi anak papa" Namikaze Minato . "emang Lo bawa kresek buat ngantongin muka ayah Nat, Lo tega buat ayah nahan malu di depa...