06

233 46 3
                                    

Sakura lebih dulu ke tempat janji, karena kebetulan juga kelasnya selesai duluan. Ia sama sekali tidak ada niat menunggu Sasuke, takut-takut dalam perjalanan ada fans Sasuke melihat lalu Sakura dapat masalah. Duh, Sakura tidak mau.

Sakura pilih duduk paling jauh dari jendela. Tempatnya sepi, mungkin karena cuaca hari ini lebih sering hujan jadi terasa dingin, tidak cocok untuk makan es krim. Namun Sakura tidak peduli itu, ia hanya ingin mengobrol lebih lanjut dengan laki-laki yang ditunggunya.

Bunyi lonceng di atas pintu masuk berbunyi, secepat itu pula Sakura berganti atensi. Raut wajahnya menunjukkan kecewa yang ketara, pasalnya bukan Sasuke yang tiba.

Kedua netra mereka bersirobok. Hendak Sakura abaikan sebelum lihat tatapan di sana menegang. Sakura bingung apa yang salah. Detik kemudian laki-laki itu terjatuh sambil memegang dadanya, lebih tepatnya bagian jantung.

Mengira ada masalah penyakit Sakura segera menghampiri laki-laki itu. Ia panik sekali.

"Kau baik-baik saja? Haruskah aku telpon dokter?" tanya Sakura sambil buru-buru mengeluarkan ponsel dalam ranselnya.

"Jantungku..." lirih pemuda itu.

"Jantung?!" Sakura berteriak kaget.

"Ini karena..."

Sakura menekan nomor rumah sakit, mendengar lanjutan ucapan laki-laki asing itu. Ia juga hendak minta tolong pada pegawai toko ini yang baru keluar dari dapur.

"... kau cantik sekali."

Sakura cengo, jarinya berhenti menekan layar ponsel. Ia berkedip berkali-kali, kebingungan. Sedangkan laki-laki itu malah cengengesan. Ah, sial. Ternyata hanya main-main, tapi Sakura mendesah lega sebab bukan masalah besar terjadi pada laki-laki itu.

"Oh iya!" Dalam satu tarikan napas laki-laki itu berdiri dilengkapi senyuman lebar. Sakura langsung bisa lihat name tag yang tadi tertutupi jaket saat duduk.

"Uzumaki Naruto, namaku."

Sakura mengangguk paham, ia masukan kembali ponselnya lalu menjawab sembari kembali ke tempat duduknya. "Haruno Sakura."

Tidak disangka Naruto mengikutinya sampai ambil duduk di hadapan. Sakura tidak terlalu memerdulikannya, lagi pula Naruto tidak terlihat seperti orang jahat. Kesan pertamanya saja yang aneh.

Jika dilihat lagi Naruto mengenakkan seragam yang sama dengan Sasuke.

"Kau belum pesan?" tanya Naruto penasaran. "Ah, aku bekerja part time di sini. Kalau ada yang kau inginkan bilang saja, akan aku buatkan."

"Aku akan pesan saat orang yang kutunggu datang."

Naruto kasih anggukan paham, ingin beranjak tapi hujan deras yang muncul membuatnya melihat ke arah jendela dulu. "Hujan lagi... untung aku sampai lebih dulu."

"Apa kau bawa payung?" tanya Naruto.

Duh, Sakura lupa. Ia sama sekali tidak suka ranselnya jadi berat makanya tidak pernah bawa hal lain selain buku pelajaran dan alat tulis. Meskipun payung termasuk penting akhir-akhir ini.

Payung dari orang asing itu juga masih Sakura simpan di kamar.

"Lupa."

"Itu gawat." Tangan Naruto bergerak membuka resleting ranselnya dan mengeluarkan payung dari dalam. Lalu menyerahkannya pada Sakura. "Ini untukmu, jangan sampai kebahasan saat pulang nanti."

Tanpa sempat melihat reaksi Sakura, Naruto berdiri dan berlari kecil ke arah dapur karena namanya dipanggil terus untuk segara datang. Sedangkan Sakura termenung.

Ditatapnya penuh arti payung biru muda itu. Ia pegang dan buka lalu perhatikan lebih lanjut, hasilnya sama.

Sama persis seperti yang dikasih orang asing beberapa hari lalu.

Kemudian suara lonceng kembali berbunyi, menampilkan siluet pemuda yang ditunggunya. Sasuke masuk dengan menggunakan payung.

Payung transparan bening.

***

she looks just like a dream | sasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang