19

140 29 0
                                    

Sakura berhasil keluar setelah salah satu dari murid di sana melaporkan kalau ada orang terjebak di gudang. Sakura tidak mau mempermasalahkan lebih lanjut, ia lebih memilih pergi dari sekolah. Sebelum itu Sakura sempatkan ambil cello kesayangannya dari kelas. Penampilannya acak-acakkan. Dan pipinya perih sekali.

Sakura mampir ke salah satu minimarket untuk membeli makanan ringan dan obat. Ia duduk sambil memakan pelan-pelan rotinya, sesekali ia meringis sakit. Baru disadari sudut bibirnya berdarah, pantas saja kasir tadi menatapnya prihatin.

Jari Sakura bergerak untuk mengusap darahnya.

"Jangan diusap dengan kasar begitu, rasanya pasti perih."

Sakura mendongak, netranya mengikuti gerakan laki-laki yang mengambil duduk tepat di depannya.

"Kau baik-baik saja?"

Sakura berguman yang artinya 'iya' sambil kasih anggukkan pelan. Sakura sudah lama tidak bertemu Naruto, terakhir kali saat lelaki itu menyatakan rasa suka padanya. Sudah akan Sakura lupakan jika saja Naruto tidak muncul-muncul lagi.

"Biar aku bantu," ucap Naruto diikuti gerakannya yang mengambil plastik berisi antibiotik.

Tangan pemuda itu dengan hati-hati menyentuh wajah Sakura, dengan telaten dan sesekali meniup ketika Sakura meringis kecil. Gerakannya kelewatan lembut membuat Sakura jadi tidak tahu harus merespon bagaimana selain bilang terima kasih.

Naruto memberi senyumnya yang lebar. Jari telunjuknya menunjuk pipi kirinya sendiri dan kemudian beralih pada milik Sakura.

"Kita sama-sama punya lebam di pipi kiri."

Sakura tak membalas senyum sebab pipinya masih terasa ngilu. Dan hanya mendengarkan dengan baik saat Naruto tengah bicara asal untuk menghiburnya.















Tanpa menyadari dari jauh ada sepasang onyx yang menatap mereka berdua dengan sendu. Ia khawatir dengan apa yang terjadi pada gadis itu, tapi tetap berdiam pada posisinya, tak tahu harus melangkah maju atau mundur.






***

she looks just like a dream | sasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang