Chapter 11

73 9 1
                                    

사랑은 나의 마음 아프서

"Kau sudah siap untuk ujian?"

Sapaan itu membuat Sakura tercekat dan menghentikan kegiatannya merapihkan tasnya sejenak sebelum menoleh menatap seseorang yang menjadi sumber suara.

Sasuke.

Sakura mendengus kecil sebelum kembali pada kegiatannya. Sebulan sudah semenjak insiden olimpiade dan rasa kesal itu masih ada. Tapi Sakura juga tak menginginkan jika rasa kesalnya pada laki-laki berambut legam itu membuat hubungannya dengan Sang Kakak memburuk. Sakura masih tak tahu apa yang dilakukannya pada Sasuke yang membuat Sasori meradang sampai mengacuhkannya. Namun, ia sendiri juga tidak mau terlalu memperpanjang masalahnya jika itu memang karena sikapnya pada Sasuke.

"Ya," jawabnya singkat yang membuat Sasuke mendesah putus asa. Ia sadar jika Sakura masih kesal padanya, tapi mau memaksakan diri untuk menjadi dekat dengan gadis itupun sepertinya mustahil. Ia melemparkan pandangannya pada Gaara yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka di depan teras rumah Sakura.

"Ayo berangkat."

Laki-laki berambut merah itu berucap yang di sambut Sasuke dengan anggukan kepalanya. Jika Sakura masih menyimpan kekesalan padanya, tidak bagi Gaara yang langsung menurunkan tensinya saat Sasuke mengatakan rasa penyesalannya karena telah menganggap remeh keputusan kakak laki-laki Sakura itu yang telah memilih dirinya untuk menjadi perwakilan dari sekolah dalam ajang olimpiade bergengsi itu.

"Maaf membuatmu repot, Nak Sasuke. Mobil Bibi masih di bengkel. Mungkin besok baru bisa mengantarkan Sakura dan Gaara."

Suara Tsuki dari ambang pintu membuat Sasuke menoleh lalu menunduk hormat pada wanita itu.

"Selamat pagi, Bibi. Tidak apa-apa Bibi. Mobil saya masih muat untuk menampung tiga orang lagi. Lagipula rumah saya searah dengan rumah ini."

Sasuke menjawab dengan tenang yang langsung membuat Tsuki tersenyum senang.

"Ya sudah, kalian berangkatlah. Nanti terlambat," sambung Tsuki lagi yang dibalas dengan anggukan kecil dari Gaara. Laki-laki itu kemudian berjalan pelan menuju halaman depan rumah Sakura di ikuti Sasuke di belakangnya. Tetapi ketika sudah beberapa langkah berjalan, laki-laki Uchiha itu kembali berbalik saat menyadari ada seseorang lagi yang bersama mereka yang kini hanya terdiam di tempatnya, seolah ragu untuk ikut berangkat bersama mereka. Ia menoleh menatap Sakura dan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat gadis itu balik menatapnya.

"Ayo Sakura?"

Sampai suara rendah itu mengalun datar membuat Sakura mendesah kecil sebelum mengikuti langkah Sasuke masuk ke dalam mobil.

"Semangat belajar, Sakura-chan!"

Dan suara penuh semangat yang terlontar di belakang mereka membuat Sakura spontan berdecak kesal dengan bias kemerahan pada pipinya. Dari dulu ibunya selalu membuatnya malu dengan tingkah lakunya. Dan Sasuke hanya mampu tersenyum samar melihat rona merah itu bak semburat senja di wajah imut Sang Gadis.

*****

Sakura meletakkan kepalanya pada meja di depannya. Ujian semester pertamanya berjalan dengan buruk. Bukan hanya harinya yang harus rusak karena kehadiran Sasuke, sekarang ia bahkan meratapi soal-soal kalkulus yang tak banyak ia jawab di ujiannya hari ini.

"Aw!"

Sampai pekikan kecil keluar dari bibirnya ketika ia merasa sensasi dingin di pipinya membuatnya dengan sengit menoleh menatap Sasuke yang kini tengah tersenyum manis padanya.

"Untukmu," ujar Sasuke sambil menjulurkan sebotol minuman isotonic dingin kepada Sakura, yang spontan membuat gadis itu mendengus keras.

"Bisa tidak kau tidak menggangguku sehari saja?" sengit Sakura yang membuat senyum manis di wajah Sasuke musnah seketika. Ia menatap Sakura dalam.

"Aku pikir kita sudah berdamai? Apa itu hanya imajinasiku saja?"

Untuk kedua kalinya Sakura mendengus keras, sebelum kemudian kembali meletakkan kepalanya di meja namun masih mampu menatap laki-laki yang sedang berbicara dengannya itu. Terlihat malas menanggapi laki-laki Uchiha itu, namun tetap menyahutinya saat ia mengingat pesan Sang Kakak untuk tidak terlalu menaruh benci pada laki-laki itu.

"Ada angin apa kau ke kelasku?"

Senyum kembali terpatri di bibir Sasuke membuat Sakura memutar matanya bosan. Kalau bukan karena Sasori, ia malas bermanis-manis ria dengan pria itu.

"Bagaimana ujianmu? Apa semua berjalan lancar?"

Kali ini Sakura mendesah karena pertanyaan laki-laki itu. Terlihat memikul beban yang sangat berat hanya karena sebuah pertanyaan.

"Apa aku menunjukkan sikap jika semuanya berjalan lancar?"

Suara lesu itu membuat alis Sasuke menyatu.

"Aku rasa tidak ada yang susah dengan ujiannya? Apa aku salah?"

Lagi-lagi Sakura kembali mendesah. Dalam hati mengeluhkan mengapa Tuhan begitu tak adil dalam pembagian otak saat menciptakan generasi mereka dulu. Mengapa ia harus menaruh otak cemerlang pada laki-laki menyebalkan di sampingnya kini.

"Pergilah jika kau hanya ingin menyombongkan otak cemerlangmu lagi padaku."

Kali ini Sasuke harus mendengus rendah saat mendengar kalimat sarkas itu dari gadis di depannya ini. Terlihat benar jika Sakura masih mendendam padanya akibat insiden olimpiade. Namun seolah ingin menyabarkan diri, Untuk kedua kalinya Sasuke menempelkan lagi botol isotonic ke pipi Sakura.

"Aw!"

Dan untuk kedua kalinya juga Sakura memekik kecil, menegakkan duduknya sambil menatap tajam kea rah Sasuke.

"Apa yang kau lakukan-!"

Sakura sudah ingin membentak Sasuke lagi, sebelum suaranya tercekat saat ia menatap Sasuke yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Bersemangatlah Sakura. Agar aku tak menyesal telah melepaskan segalanya untukmu."

Sakura mengedipkan matanya tak mengerti. Bahkan saat laki-laki itu mencoba tersenyum sambil mengusak rambutnya, ia masih tak mampu mengerti apa yang dikatakan Sasuke.

"Kalau jatuh cinta semenyakitkan ini. aku berharap aku tidak merasakannya," ujar Sasuke lagi sebelum ia mengambil tangan Sakura dan meletakkan botol isotonic itu di sana dan pergi meninggalkan Sakura yang masih linglung menatapnya.

****

A/n : Sejujurnya aku kangen menulis, kangen berinteraksi dengan pembaca. Tapi kenapa setiap kali aku duduk di depan laptop, nggak ada satupun yg bisa aku ketik. Dan oemji, itu membuat aku frustasi.. aku mencoba untuk menulis dream dan hasilnya tidak memuaskan. Tapi aku tetap mengupload hasilnya. Nggak tahu deh ini bagus atau nggak.. Kalaupun menurut kalian nggak bagus, maafkan ya.. hehehe..

Sekian dan terima kasih...

Semarang, 15 April 2024

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang